Pages

Labels

Saturday 27 February 2016

Motor Alat Transportasi Bukan Alat Pemaksa Diri









Kebersamaan dengan keluarga adalah satu hal yang amat dirindukan oleh seluruh orang di muka bumi. Bukan hanya di Indonesia, hidup tentram bersama dengan keluarga adalah idaman banyak orang di seluruh dunia.
Kebersamaan tidak hanya tergambar di dalam rumah. Namun, kebersamaan juga seharusnya digambarkan dalam berbagai kesempatan, baik di dalam rumah, di luar rumah, di tempat umum, bahkan di jalanan sekalipun.
Tapi pernahkah kita berpikir, kadang ada beberapa kebersamaan yang cara pengaplikasiannya jauh dari kata benar. Dimana  landasan kebersamaan ini, dijadikan sebagai suatu alat untuk membuat diri kita terhindar dari rasa nyaman dan aman.
Tentu kita pernah melihat  dibeberapa kesempatan, kendaraan bermotor digunakan sebagai sebuah alat transformasi layaknya sebuah mobil. Ditumpangi oleh lebih dari tiga orang. Bahkan, terkadang motor secara ajaib bisa langsung mengangkut enam, bahkan lima orang sekaligus dalam satu kali jalan.
Jika kita pernah menyaksikan kejadian ini atau bahkan melakukan aktifitas ini, kita semua pasti tahu, bahwa terkadang saat-saat seperti ini  biasa terjadi ketika pagi hari atau jam berangkat sekolah dan juga jam pulang sekolah. Kebanyakan motor digunakan oleh orang tua untuk mengangkut ketiga anaknya sekaligus yang semuanya memakai seragam sekolah  untuk berangkat bersama.
Motor menjadi transportasi pilihan bukan karena si ayah tidak ingin menggunakan mobil, tetapi karena orang tua tersebut memang belum mampu membeli mobil untuk mengangkut anak-anak mereka berangkat ke sekolah. Satu-satunya kendaraan yang orang tua tersebut miliki hanyalah sebuah motor, sehingga mau tidak mau pendidikan harus tetap terus didapatkan oleh anak mereka dan merekapun akhirnya mengabaikan keselamatan dan membawa seluruh anaknya dalam satu motor  demi satu kata yakni  efektivitas”.
Apakah semua ini salah motor? Apakah semua ini salah orang tua tersebut yang tidak mampu membeli mobil?
Sebenarnya dalam situasi seperti ini, yang jelas salah adalah tatanan keluarga tersebut.
Pernahakah anda memikirkan mengapa orang tua tersebut tidak mengurangi jumlah anaknya sejak awal melalui perencanaan jumlah anggota keluarga? Mengapa ia nekat memiliki keturunan yang banyak, sedangkan kondisi mereka tidak mendukung?
Keluarga, adalah sebuah anugerah yang terbesar, namun jika kita benar-benar memikirkan kemampuan kita, mengapa tidak berusaha mengurangi agar setidaknya kebahagiaan itu tidak menghilang?
Sebenarnya peristiwa orang tua yang memboncengi anaknya lebih dari dua orang dalam satu motor terjadi karena motor yang orang tua tersebut miliki terbatas jumlahnya, dan jumlah orang yang ingin menaiki motor melebihi kapasitas yang ada. Sebenarnya masalah mereka bisa teratasi dengan cara membeli lagi motor, dan membagi tugas antar anak ke sekolah dengan istri. Mungkin cara itu bisa diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Namun, mengapa tidak menggunakan cara yang sederhana dari awal? Yakni, mengurangi dan mencoba memikirkan dan merencakan jumlah keturunan. Bukankah cara seperti itu lebih membuat kita tenang dan tentram?
Belum lagi, jika kita masih belum mampu untuk memiliki transportasi yang layak untuk seluruh keluarga, sudah pasti kelak akan menjadi masalah ketika keluarga tersebut ingin mencari sebuah hiburan bagi diri mereka.
Mungkin saat ini kita melihat situasi ini sering terjadi hanya karena urusan sekolah. Tapi suatu waktu, mungkin saja akan bisa terjadi dikala keluarga tersebut juga butuh hiburan. Akankah istri, suami, serta ketiga anak harus menggunakan satu motor dan menuju tempat wisata bersama? Apakah cukup? Apakah aman? Dan apakah tidak melanggar peraturan?
Akibatnya akan mempengaruhi kebahagiaan yang dicari, kebahagiaan bersama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Niat untuk bahagia bersama, merasakan kebersamaan bersama, merasakan liburan bersama, tentu pasti tidak akan pernah bisa tercapai hanya karena tidak memiliki transportasi yang tidak memadai.
Lalu tidak bisa dipungkiri lagi, motor memang menjadi alat transportasi yang efektif dan amat digemari, karena motor sudah menjadi sebuah alat transportasi yang sangat romantis dan mengikatkan rasa kebersamaan yang baik. Motor yang hanya memiliki satu tempat duduk, dan membiarkan para penggunanya duduk diatas berderet dan berdekatan bersama, sudah pasti akan mengikatkan tali kebersamaan yang lebih baik. Keluarga yang baik, mungkin bisa diukur dari seringnya mereka naik motor bersama. Namun, apakah dengan jumlah yang melebihi kapasitas dari motor itu sendiri, mampu menimbulkan rasa romantisme yang diharapkan?
Bisa jadi, keinginan untuk mendapatkan suasana romantis diatas motor, akan gagal hanya karena harus menghitung-hitung tempat dan berusaha memaksakan kondisi dimana satu motor yang dimiliki tersebut cukup untuk kelima anggota keluarga. Yang ada, bukan romantisme yang didapat, tapi malah rasa ketidaknyamanan.
Selayaknya, pengurangan jumlah penduduk dengan menekan jumlah keturunan, pasti tentu akan berdampak pada pembelian motor pada saat ini. Perkembangan pembelian motor sudah sangat mengkhawatirkan saat ini, dimana semakin banyaknya jumlah motor yang terjual setiap harinya, sudah pasti juga akan mengeluarkan banyak emisi tentu hal ini jelas akan mencemari udara kita saat ini.
Sudah seharusnya kita paham dengan mengurangi jumlah keturunan, akan pasti mengurangi pembelian motor di Indonesia pula dan juga secara tidak langsung mengurangi polusi yang ditimbulkan.
Bayangkan, saat ini satu keluarga memiliki tiga anak, dan harus membelikan mereka satu motor untuk satu anak demi keperluan sehari-hari, berapa banyak motor yang akan dimiliki oleh satu keluarga?
Bisa jadi, satu rumah nanti akan memiliki minimal empat motor. Dan bayangkan setidaknya bila satu gang memiliki 10 rumah, dan satu rumah memiliki 4 motor, berarti dalam gang tersebut sudah memiliki 40 motor, belum lagi di dalam gang tersebut ada yang memiliki mobil. Bayangkan, betapa kumuh dan padatnya Indonesia saat itu?
Andaikan kita menekan jumlah keturunan dan satu keluarga hanya memiliki satu anak. Paling tidak, satu keluarga hanya memiliki dua motor, yakni untuk ayah dan ibu, serta satu lagi untuk anak dewasa mereka yang digunakan sebagai transportasi operasional setiap harinya. Setidaknya kita akan mengurangi jumlah motor, dan pasti juga mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan dari motor tersebut.
Dari pengurangan penduduk saja, tanpa kita sadari kita sudah mampu membantu melestarikan bumi secara tidak langsung. Dan juga, dengan mengurangi jumlah keturunan, kita pasti sudah membantu mengurangi jumlah kecelakaan di Indonesia yang hampir setengah, dari jumlah kasus yang terjadi di alami oleh pengendara motor. Lalu, dengan berkurangnya jumlah motor kita juga pasti akan mengurangi jumlah pengguna jalan dan sudah pasti kelak akan mudah kita menemui jalan yang sepi dan terbebas dari kemacetan.
Betapa banyaknya keuntungan yang bisa kita dapat dari mengurangi jumlah keturunan, dan dengan seperti itu, masihkan kita mau seperti saat ini?
Mungkin bagi sebagian orang tua saat ini, pemahaman ini sudah terlambat dan mungkin sudah tidak dapat mereka gunakan lagi. Namun, kita sebagai seorang anak muda yang diberikan amanat sebagai agen perubahan harus mampu merubah ini semua. Setidaknya ketika kelak kita telah dewasa dan memiliki keluarga, buatlah keluarga itu sejahtera dan bahagia dengan membatasi jumlah keturunan. Karena dengan cara seperti itu, kita dapat berperan serta membantu negara menyelesaikan salah satu masalah kependudukan di Indonesia.
Bumi kita sudah terlalu penuh dengan manusia saat ini, kalau kita tambah lagi dengan memenuhinya menggunakan mobil, motor, dan kendaraan lainnya, apakah kelak kita masih bisa bertahan?
Karena mengurangi masalah di negara ini bukan semata–mata tugas pemerintah, tapi ini juga tugas kita semua. Kita memiliki andil untuk merubah itu semua.
Ingat, dari hal kecil yakni mengurangi jumlah penduduk dengan menekan jumlah keturunan, paling tidak kita sudah sedikit berperan membantu mengurangi polusi, dan mengatasi salah satu faktor penyebab kemacetan. Lalu yang jadi pertanyaa saat ini adalah masihkah anak muda saat ini masih ingin sama dengan generasi sebelumya? Jawabannya hanya ada dihati anda para pemuda.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Motivator Muda Kependudukan Tahun 2016

Pandu Pratama Putra

0 comments:

Post a Comment