Pages

Labels

Monday 29 August 2016

Pemimpin Daerah Dan Pentingnya Mencintai Seni Budaya


Selamat membaca
---------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Negara kepulauan. Itulah yang diingat dari sekedar menyebut nama Indonesia. Indonesia memiliki banyak sekali pulau yang tentunya dipimpin oleh penduduk asli setempat yang terpilih secara demokratis untuk mewakili daerahnya.
2017 adalah lembaran baru bagi pemilu serentak. 7 provinsi, 18 kota dan 76 kabupaten akan memilih pemimpin baru mereka melalui cara yang sangat demokratis. Para pemilih akan disuguhkan oleh kontestan calon pemimpin yang beragam. Memiliki rekam jejak yang tidak bisa dianggap remeh, gelar pendidikan yang tidak main-main, bahkan sudah barang tentu pastilah cerdas dan berpengalaman.
Pertanyaannya, apakah hanya pemimpin yang cerdas dan berpengalaman yang kita butuhkan?
Tentu tidak!
Para calon pemimpin daerah memiliki peran yang besar untuk mewakili hati nurani orang banyak, menampung aspirasi rakyat dan juga menjadi sosok icon bagi masyarakat di daerahnya. Pemimpin bukan hanya menjadi seorang pemimpin, tapi dia juga memiliki peran besar untuk menjaga aset yang dimiliki oleh daerahnya tersebut.
Bukan rahasia lagi, bahwa Indonesia memiliki alam yang elok dan berbagai macam suku dan seni budaya yang sudah terpatri sejak nenek moyang dulu. Semua itu, haruslah dijaga!
Seorang calon pemimpin daerah bukan hanya harus memahami situasi daerahnya saja. Mampu menggunakan teknologi untuk menunjang sarana dan prasarana dalam kegiatan kepemimpinannya atau sekedar peka terhadap tingkat kemiskinan yang harus dikecilkan. Namun yang paling penting dari kriteria calon pemimpin yang ideal bagi daerah adalah mereka harus memiliki kecintaan yang lebih terhadap seni dan budaya yang ada di daerah tempat ia akan memimpin nantinya.
Apakah seorang pemimpin daerah sangat perlu mencintai dan paham akan pentingnya kelestarian budaya di daerahnya?
Jelas!
Indonesia memiliki alam yang luas dan indah, kaya akan material-material tak terbaharukan. Namun jangan lupa juga, Indonesia adalah Negara yang kaya dengan seni dan budaya. Selama ini kita hanya bertumpu pada sumber daya yang tidak terbaharukan untuk dijadikan sebagai pemasukan dana daerah. Tapi kita lupa, semua sumber daya alam itu semakin lama akan semakin habis. Jika calon pemimpin hanya cerdas mengolah sumber daya alam untuk pemasukan daerahnya, ini sangatlah berbahaya.
Padahal masih banyak yang bisa menggantikan peran sumber daya alam yang tidak terbaharukan itu untuk menjadi sumber pemasukan daerah, salah satunya adalah seni dan budaya yang akan berujung pada tingkat pariwisata di daerah tersebut.
Berawal dari calon pemimpin yang mencintai seni dan budaya di daerahnya, maka satu hal penting akan bisa kita dapatkan, yakni kelestarian seni dan budaya yang semakin lama semakin sepi peminat dari kalangan anak muda karena pengolahan yang tidak di-modernisasi-kan. Bayangkan jika seni dan budaya di Indonesia terus dijaga dan diberikan ruang yang jelas untuk berkembang, para turis akan datang ke Indonesia dan ini akan menjadi pemasukan secara aktif bagi dana daerah.
Calon pemimpin yang mampu mengolah sumber seni dan budaya di Indonesia sudah seharusnya mulai melepaskan ketergantungan daerah dengan sumber daya alam yang sulit dibaharukan seperti timah, emas, minyak dan sumber alam lainnya.
Semakin pemimpin memberikan ruang yang jelas untuk perkembangan seni dan budaya, maka semakin banyak juga masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kelestarian seni dan budaya. Pemimpin sebagai contoh mereka sudah barang tentu akan membuat mereka terinspirasi.
Pemimpin bukan hanya sekedar menjadi seorang pemimpin yang memajukan daerahnya saja, tapi pemimpin juga harus mampu menjadi brand ambassador bagi daerahnya sendiri untuk menunjukkan pada daerah lain dan juga negara lain bahwa daerah yang ia pimpin penuh dengan keunikan yang patut dikunjungi.
Kita harus ingat, bahwa Indonesia lahir dari keberagaman budaya. Dari awal Indonesia terbentuk, kita sudah ditakdirkan untuk berbeda dan unik satu sama lainnya. Jika para calon pemimpin mampu mengajak masyarakat untuk menampilkan lagi keunikan itu, betapa kaya dan kerennya Indonesia.
Bahkan puluhan tahun pun turis datang ke Indonesia untuk melihat seluruh seni dan budaya yang beragam dan banyak, tidak akan pernah cukup. Maka, membuat mereka sadar bahwa Indonesia adalah unik dan patut di kunjungi adalah peluang besar bagi calon pemimpin untuk menggantikan sumber daya yang tidak terbaharukan itu.
Semua ini tidak akan bisa terjadi kalau calon pemimpin tidak mencintai seni dan budayanya. Maka dari itu, mari kita mencari calon pemimpin dan mempertanyakan apakah mereka serius dengan masalah kelestarian seni dan budaya. Jika tidak, carilah calon pemimpin yang lebih baik lagi!

Wednesday 15 June 2016

Cara Anak Muda Sebarkan Kebaikan Bonus Demografi



Indonesia tidak lama lagi akan mengalami sebuah situasi yang disebut dengan bonus demografi[1]. Bukan hanya namanya saja yang berbau-bau unsur bonus, namun kenyataannya pun demikian. Diperkirakan pada tahun 2020-2030, Indonesia akan mendapatkan fase tersebut lagi setelah pada tahun 1980an.
Indonesia akan berada pada situasi yang sangat beruntung karena penduduk usia muda atau produktif jumlahnya akan lebih banyak, ketimbang penduduk usia tua dan anak-anak yang tergolong sebagai non-produktif. Jumlah penduduk usia produktif ini sangat menguntungkan bagi Indonesia dalam upayanya untuk membangun pembangunan karena sifat ketergantungan yang semakin sedikit. Para ahli menyebut semua ini dengan istilah windows of oppurtunity atau jendela peluang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sayangnya, hal tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, begitu pula dengan anak muda. Sehingga tidak salah apabila kelak, bonus demografi ini tidak akan pernah ada untungnya sama sekali bagi masyakarat Indonesia.
Tidak adanya persiapan pada diri anak muda, menyebabkan mereka tidak pernah mengerti untungnya, bahkan adanya bonus demografi ini. Sehingga hal yang paling mendasar untuk mengubah ketidaktahuan anak muda ini semua agar benar-benar dapat kita manfaatkan kedatangan bonus demografi adalah dengan menyosialisasikan pemahaman tentang bonus demografi itu sendiri.
Sosialisasi pengetahuan tentang bonus demografi tidak hanya tanggung jawab pihak pemerintah saja, tetapi oleh semua pihak terutama kaum muda yang menjadi point sentral dari bonus demografi itu sendiri. Sebagai anak muda yang merupakan bagian dari masyarakat, juga harus saling menginformasikan tentang kabar bonus demografi ini dengan cara sederhana, kreatif, efektif dan efisien. Beberapa cara sederhana dan kreatif ini, barangkali mampu memberikan pengetahuan bagi anak muda lainnya yang belum mengetahui dan akan terus menyebar seperti efek domino.
Anak muda sebagai agent of change[2] dapat menyosialisasikan bonus demografi ini dengan berbagai cara ataupun media  antara lain:
1.    Melalui Media Sosial

Tidak bisa dipungkiri lagi, media yang paling canggih saat ini adalah media sosial, baik yang bersifat media chatting seperti Facebook atau Twitter; galeri hobi seperti Youtube atau Qubicle; sampai ke arsip pribadi seperti Blog atau Wordpress. Pengguna media sosial bahkan sangat menyebar hingga ke paling terdalam di masyarakat. Facebook saja misalnya, penggunanya di Indonesia menebus angka 69 juta pengguna pada Juni 2014[3] dan terus bertambah 6% setiap bulannya, bisa dibayangkan berapa banyak pengguna facebook di tahun 2016 ini. Berarti penyebaran informasi melalui facebook saja sangatlah efisien.
Mengingat itu semua baru dari facebook, belum lagi pengguna twitter bahkan sosial media lainnya. Sehingga alangkah baiknya ketika anak muda menyampaikan kabar gembira melalui status atau twit di sosial media dengan tentunya menggunakan kata-kata yang menarik perhatian. Dengan begitu, efek domino penyebaran informasi ini akan semakin cepat dan cepat.
Ajakan-ajakan ringan untuk memahami bonus demografi dan saling berbagi informasi untuk memanfaatkannya kelak adalah sesuatu hal yang saat mungkin disampaikan melalui sosial media. Kemudian, yang paling terpenting dari sosial media adalah biaya yang dikeluarkan sangat efisien.

2.    Pembuatan Konten Kreatif

Anak muda adalah ladang kreatifitas, semua itu tidak bisa dipungkiri karena anak muda lebih fresh dan lebih maju pemikirannya dari pada generasi terdahulunya. Anak muda yang telah maju dan memahami perkembangan jaman pasti suka membaca dan membuat komik, penulis cerita yang baik, produser film yang kreatif,  bahkan pembuat animasi yang canggih.
Anak muda adalah penggerak. Melalui konten-konten kreatif, sembari melatih kemahiran berkreatifitas, anak muda bisa menggunakan materi tentang bonus demografi dan menyampaikannya melalui konten yang mereka buat secara kreatif tersebut.
Pembuatan film misalnya. Anak muda bisa menggambil tema tentang bonus demografi, membuatnya dan menyebarkan film tersebut. Keuntungan selain melatih kemampuan, anak muda juga akan secara tidak langsung membantu dalam penyebaran pengetahuan tentang bonus demografi itu sendiri. Selain itu, melalui penyebaran hal baik ini, anak muda tidak lupa akan mendapatkan pahala yang berlimpah, jika informasi yang mereka sampaikan diserap oleh anak mudalain dan dipahami, lalu kembali mereka sebarkan ke masyarakat lainnya.
Begitu juga dengan pembuatan komik, penulisan, serta animasi. Melalui tema bonus demografi, anak muda bisa langsung mengaplikasikan kekreatifitasannya serta menyebarkan kebaikan. Tentu dengan cara yang mengasyikan dan tidak membosankan.

3.    Diskusi Ringan Pertemuan Teman

Bukan hanya melalui media sosial, sehingga kita lupa dengan anak-anak muda di sekitar kita. Sebagai seorang anak muda yang memiliki massa teman yang begitu banyak, ini adalah cara yang paling ampuh.
Hampir separuh dari waktu kita setiap harinya digunakan untuk berbincang bersama dengan teman-teman, baik di area perkuliahan, ataupun komunitas dan kelompok diskusi.
Perbicangan tentang bonus demografi juga dapat sekali-kali disisipkan dalam pembicaraan dengan tidak mendominasi dan tetap dengan cara perbincangan yang bersahabat, sehingga tidak terasa seperti mengurui. Penyampaian informasi secara tersirat ini, kelak akan membuat anak muda yang lainnya secara tidak langsung juga, memahami tentang bonus demografi itu sendiri.
Terlebih, apabila perbicangan bisa lebih serius dan lawan bicara menanggapi dengan baik tentang isu bonus demografi ini. Hal tersebut bisa menjadikan peluang besar untuk mengajak anak muda lainnya agar lebih memahami bonus demografi.
Dengan demikian teman-teman sekitar akan memahami manfaat dari kedatangan bonus demografi ini, dan mulai menyiapkan diri. Tidak lupa, penyampaian tentang bonus demografi ini akan terus berefek domino bahkan dari hanya ruang kecil di sela pembicaraan hal-hal di kampus.

4.    Penyebaran Stiker
Mungkin cara yang satu ini agak lebih sedikit bermodal. Lumayan mahal memang jika kita membuat sebuah ajakan masyarakat untuk memahami tentang bonus demografi dan menyiapkan diri mereka melalui sebuah tulisan di dalam stiker. Namun ini akan lebih murah jika kita telah menemukan anak-anak muda yang juga sepemahaman dan peka akan pentingnya pengetahuan bonus demografi ini.
Mencari modal bersama-sama, lalu membuatnya dalam stiker kecil yang berisi ajakan provokatif untuk membuat masyarakat mencari tahu tentang bonus demografi, sangatlah efisien.
Penyebaran stiker juga harus diseleksi. Penyebaran harus tepat dan akurat melalui tempat-tempat yang anak muda sekali, seperti di kampus, taman kota, bahkan tempat-tempat nongkrong anak muda sekalipun seperti di café.
Hal ini jelas akan membantu banyak untuk menumbuhkan rasa ingin tahu masyarakat tentang bonus demografi dan secara tidak langsung, mereka akan menyiapkan diri untuk menghadapinya.

Melalui cara-cara yang telah dipaparkan tadi, setidaknya anak muda sudah mulai mengambil langkah pasti untuk bisa membantu negeri ini, tentu dengan cara yang menyenangkan dan anak muda sekali.
Meski begitu, tidaklah mudah jalan para anak muda yang ingin menyosialisasikan informasi yang bermanfaat ini. Pasti mereka akan menemui banyaknya anak muda yang acuh, bahkan menggangap remeh dan sebaliknya malah mem-bully[4] mereka yang berusaha memberikan informasi penting ini.
Namun demikian, cara yang kita gunakan tadi adalah cara yang sangat halus, sehingga dari cara-cara yang dipaparkan di atas tadi, penulis sudah berusaha untuk menghindari para anak muda yang berusaha meng-counter kebaikan yang kita telah sebarkan menggunakan cara yang paling sedikit efek bully-nya. Sebagai anak muda, kita tidak boleh menyerah dan tetap terus maju untuk menyampikan apa yang kita percayai benar adanya. Tanpa anak muda yang sadar akan pentingnya bonus demografi ini, Indonesia tidak akan pernah bisa sukses nantinya. Dari hal kecil, anak muda harus bergerak.

Kesimpulan
Bonus demografi sangatlah penting, fase itu akan datang dalam dua kemungkinan, yakni bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia atau bahkan sebaliknya, hanya lewat begitu saja.
Sudah sangat sewajarnya apabila sebagai anak muda, kita mulai memahami pentingnya penyebaran informasi tentang bonus demografi ini, agar setidaknya semakin banyak anak muda yang paham, semakin banyak pula anak muda yang mulai berbenah diri dan mempersiapkan kedatangan bonus demografi itu.
Anak muda tetaplah anak muda, anak muda selalu punya cara-cara yang kreatif dalam memberitahukan, seperti yang telah dijabarkan di atas tadi. Semua adalah serpihan kecil saja, karena anak muda memiliki lebih banyak inovasi yang tidak terduga.
Bagaimana pun caranya, anak muda harus mulai bergerak tanpa pamrih, karena kekayaan di negeri yang tidak seluruhnya kaya adalah sebuah kejahatan. Tapi kesederhanaan di negeri yang penduduknya sudah sejahtera secara merata adalah sebuah kekayaan yang hakiki
Referensi
Dwi Prihadi, Susetyo. 2015. “Berapa Jumlah Pengguna Facebook dan Twitter di Indonesia” dalam  http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/

Motivator Muda Kependudukan 2016
Pandu Pratama Putra


[1] Prof. Sri Mutiningsih Adiutomo menjelaskan bahwa periode bonus demografi merupakan “Window of Opportunity”(jendela kesempatan) khususnya bagi bangsa Indonesia yang nantinya sulit untuk terulang lagi di masa depan. Bangsa Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengasah produktivitas dan pertumbuhan ekonominya. Justru pengaruh dari Bonus Demografi ini bisa kita rasakan hingga berpuluh-puluh tahun yang akan datang. Fase ini tidak akan berjalan dengan mulus jika dari rakyatnya sendiri masih cenderung berperilaku konsumtif, dan membeli produk yang lebih dari yang diperlukan.
[2] Agent of change atau agen perubahan adalah anak muda yang berperan sebagai sosok pengubah nasib bangsanya dengan gerakan-gerakan yang kreatif dan inovatif.
[3] The Wall Street Journal pada http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/
[4] Menghina

Tuesday 10 May 2016

Gerbang Ditutup

Gerbang ini biasanya dibuka untuk umum tanpa syarat, terkadang malah dijadikan akses jalan pintas untuk semua kalangan. Tapi hari ini, aku sama sekali tidak bisa memasukinya dengan mudah. Temanku kemarin terpaksa diusir, padahal hanya sekedar ingin mencari makan di tempat ini. Semenjak banyak kasus kejahatan terjadi di tempat ini, semua sistem berubah. Walaupun banyak pertanyaan di benakku, kenapa bisa begitu mudah orang asing masuk dengan senjata tajam ke dalam Universitas Milenium yang terkenal dan besar ini.

Penjaga-penjaga pos itu kembali menatapku dengan tajam, sedangkan aku masih berdiri tegak di depan gerbang unmil yang sekarang sudah mulai di portal. Para penjaga yang berjumlah empat orang itu, ada yang memerhatikanku, ada yang tidak, tapi ada satu orang penjaga yang melirik sinis dengan penuh amarah. Entahlah, padahal aku hanya ingin masuk ke tempat ini untuk mencari makan, hanya itu.

Aku benci perubahan sistem karena bukan cuma aku yang terkena dampak. Tapi warga sekitar pun merasakan, mereka seolah tidak lagi memiliki unmil seperti dulu karena mereka harus masuk dengan banyak peraturan.

Aku juga melihat ada beberapa mahasiswa yang masuk kampus dengan syarat yang aneh. Mereka wajib menunjukkan stiker berwarna yang di tengahnya ada lambang unmil, agar bisa dengan leluasa keluar masuk universitas. Setelah kulihat-lihat, sepertinya stiker itu semacam identitas pengenal yang membuktikan kalau mereka mahasiswa unmil asli.

“Oh jadi seperti itu?”

Coba aku bisa punya stiker seperti itu, mungkin saat ini aku bisa dengan mudah masuk ke dalam tanpa harus diperhatikan dengan sinis oleh orang-orang yang berbaju sama ini. Sayangnya, aku tidak punya stiker bahkan tidak punya kendaraan untuk menempelkan stikerku. Hari ini atau bahkan seterusnya, tidak mungkin.

Aku benci tatapan penjaga portal itu. Andai aku bisa mendekatinya, aku ingin melakukan sesuatu kepada wajah jeleknya. Sayangnya aku tahu, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling suka berbuat gila bahkan anarkis hanya untuk menegakkan sebuah peraturan.

Aku kembali termenung sambil tetap berdiri lucu. Berapa banyak makhluk yang tidak bisa masuk ke unmil seperti dulu semenjak peraturan gerbang masuk ini berubah? Aku mulai bertanya, penutupan gerbang ini bukan cuma menghalangi rezeki para warga, tapi juga menghalangi cinta beberapa makhluk di tempat ini.

Seperti kawanku kemarin, si Jono yang sudah tidak bisa menemui kekasihnya yang berada di fakultas kehutanan. Aku tahu saat itu si Jono yang hanya seorang petualang pencari makan, tiba-tiba bertemu dengan sosok Vina yang sudah beberapa tahun ini berada di Fakultas Kehutanan untuk mencari makan juga. Mereka jatuh cinta, bahkan sempat bercinta pula di tempat itu. Sekarang aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Vina, karena Jono saat ini sudah tidak bisa dengan mudah menemuinya. Ya, walaupun aku tahu, Jono sekarang sudah punya pengganti lain bahkan bercinta lagi dengan pasangan lain. Dasar kucing garong!!!!

Berbeda lagi dengan nasib kawanku si Uli. Dia melewati tempat ini hanya agar lebih cepat sampai ke tempat keluarganya menetap. Dia adalah pencari makan yang sangat sayang keluarga. Bahkan dengan badannya yang renta, dia hanya bisa membawa satu ikan lalu memberikannya kepada empat anak-anaknya di seberang sana. Saat ini, Uli harus mencari jalan lain yang jaraknya lebih jauh dan melelahkan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana si tua itu tidur kalau malam dengan badan yang letih.

“Aku hanya ingin masuk!”

Pria penjaga itu hanya menatap ku dengan sadis.

“Aku hanya ingin masuk mencari makan!”

Kembali pria itu hanya melirik bersiap-siap.

Kurang ajar, ini semua karena para penjahat itu. Mereka merubah sistem yang dulunya mudah menjadi sulit. Sistem yang akhirnya disetujui petinggi mahasiswa di setiap fakultas, lalu disetujui rektor ini, benar-benar menyusahkan semua orang, semua aspek, bahkan semua makhluk.

“Kurang ajar!!! Aku hanya ingin masuk!!!!!”

Aku berteriak sambil menyambar dan berlari menuju pria itu. Ia bersiaga dengan pukulan sejata yang tergantung di sebelah kanan kantong celanannya. Ia memukulku, dan aku terbanting jauh dari tempat pria itu berdiri. Kesakitan, lalu kembali ke posisi sambil menatap pria itu sebentar, lalu aku pergi dengan ke empat kakiku dan melihatkan pantatku pada pria penjaga itu.

Sayup-sayup aku mendengar pria itu memaki.

“Dasar kucing liar! Pergi sana, jangan cari makan di tempat ini!”

“Meoongg…..” sahut ku.