Tepat semusim putaran bulan.
Sungguh penuh sudah kepala dengan banyak kata yang
sia-sia.
Seperti arena.
Ada kebencian juga keramahan yang bersandiwara.
Bertemu atau membentuk segumpal angkara.
Ini adalah sesuatu yang harusnya tercerita dalam
frasa.
Mungkin nanti atau beberapa frame tergambarkan oleh
sutradara.
Seperti libur adalah keharusan.
Yang terlewat atau mungkin sedikit ada tipuan.
Kembali merupakan perayaan kecil untuk senyum-senyum
keluarga.
Atau mungkin senyum-senyum teras rumah yang baru.
Anggaplah sajak ini cerita.
Maka kau akan tahu ada secowek resep baru buatan yang
menghidupkan dunia.
Sudah terbuat bahkan sejak awal harinya.
Hidangan yang itu lah.
Ibu tandanya.
Lalu yang lama tidak terjadi kita temui.
Kau kembali ke ruang kelas untuk mengurus yang baru.
Sedang kita adalah pertemuan yang terjadi untuk pergi
ke ujung kata kota.
Mengambil perekam juga alat-alat kesibukan bulan ini.
Satu hal yang kutahu adalah sesuatu harus berubah.
Menjadi atau tidak dalam diary.
Namun sepiring di perempatan lah yang jadi sesuatu bagi
kekata-katamu.
Bagaimana itulah kau yang sederhana juga pembenci tipu
daya.
Lalu aku berpikir.
Ada kah kota lain atau para-para seperti itu di luar
sana.
Seperti bagaimana kau tahu bahwa belakangan terlalu
banyak teatrikal diorama.
Ada yang perlu berbahagia soal itu semua.
Kau sudah tau soal judul-judul apa saja.
Yang terjadi di tempat-tempat kata.
Kau tidak suka.
Terlebih aku.
Tapi tenang.
Itulah yang terpenting setelahnya.
Besok aku kembali.
Lalu kau sodorkan berbongkah-bongkah yang manis.
Satu-satunya yang tersuka dari banyaknya yang seirama
Seperti takjil yang kau tahu.
Bukanlah bolu pecak atau amparan tatak.
Begitu pun saat perayaan mengetok pintu putri.
Satu-satunya yang kusuka adalah objek judul yang
pertama dan bersalju.
Pergi dan akan kembali.
Ketua.
Ingatlah papan kecil.
Saat kita hendak pulang.
Itulah pesan yang kubawa dan simpanlah bila masih kau
percaya.
-
-
Manunggal Jaya
3 Agustu 2017
PPP
0 comments:
Post a Comment