Pages

Labels

Thursday, 27 August 2015

Ini Baru Awal ( Part 1 )




Kadang kita gak tau rejeki itu datang dari mana, kita gak tau kesempatan itu menghampiri bersumber dari mana, bisa aja mereka-mereka itu datang dari teman, saudara, sahabat, pacar, mantan pacar, istri, mantan istri, anak, gebetan, gebetan tapi gak dianggap, atau bahkan musuh sekalipun.

Kita gak tau itu semua, dan yang paling susah adalah percaya dengan hati akan rezeki itu.

Saat itu tepatnya malam yang santai, di kala yang lain berkutat dengan twitter, BBM atau sosmed lainnya, saya masih setia menatap Facebook, itupun cuma karena forum fakultas di kampus. Saat itu ada salah satu orang ngepost tentang lomba penulisan kreatif blog yang di selengarakan oleh BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, dia adalah ketua BEM, si Yusuf namanya.

Dia ngepost tentang lomba itu di forum Fakultas, tapi sayangnya post itu tidak ada yang menanggapi, saya cuma bisa membantu like, dan melihatnya tanpa komentar juga. Tapi dari banyaknya anggota di forum tersebut, post itu terlihat di anggurin, kasian memang ketua BEM kampus ini, tapi ya sudahlah. :D

Tadinya masih begitu jauh deadline akhir pengiriman lomba, saya cukup tertarik untuk ikut, sembari mencoba sekali-kali buat pamerin blog ini, apa bisa menang lomba apa kaga. Tapi setelah di kroscek di forum BKKBN KalTim, ternyata lombanya bukan cuma blog, tapi ada juga lomba penulisan kreatif, dan juga lomba pidato dan lain-lainnya.

Saya jujur gak bisa pidato, blog masih cukup aneh untuk di baca, tapi penulisan kreatif, saya merasa bisa.
Akhirnya saya mencoba, hari demi hari saya mencoba memikirkan apa yang musti saya tulis, karena hanya dua tema yang di angkat di lomba penulisan kreatif kependudukan Kalimantan Timur 2015 ini, yakni Bonus Demografi, dan Ketenagakerjaan.

Yang pertama tentang Bonus Demografi, jujur, kalo yang satu ini saya gak ngerti apaan, saya coba baca-baca di internet juga gak nyambung-nyambung di otak saya. Belum lagi, kalopun saya nekat nulis tentang ini, dan kepilih, tugas berikutnya adalah mempresentasikan hasil tulisan saya. Jujur saya punya aturan main, ketika saya berani untuk berbicara, saya harus paham dengan apa yang saya katakan, berhubung saya tidak paham apa itu bonus demografi, akhirnya saya memilih tema ketenagakerjaan. Bukan karena saya pintar tentang ini, tapi karena saya sedikit tau betapa susahnya menjadi pekerja.

Pertama bapak saya, selalu menjadi bawahan orang lain.  Kedua, saya pernah sedikit mencicipi betapa beratnya menjadi pelayan restaurant dan pekerja hotel ketika PKL di SMK.

Dari ini saya mencoba mengangkat TEMA Ketenagakerjaan dengan judul “Berani dan Kreatif Mengatasi Ketenagakerjaan”.

Saya sering nulis, saya punya pengalaman sedikit dengan kreatifitas, saya sering standup dan saya punya sedikit kegelisahan dengan pola pikir pekerja di Indonesia. Sehingga jadilah hasil akhir tulisan saya. Jujur, ini saya gak serius-serius amat. Saya hanya berpikir saat itu untuk mengisi waktu luang dan mengambil kesempatan sedikit diatara penghuni kampus saya yang cuma nganggurin informasi dari sang ketua BEM.

Akhirnya saya ngirim artikel saya itu, padahal lomba ini gak main-main, siapa yang menang dan menjadi juara satu, bisa di kirim ke Jakarta untuk wakili Kalimantan Timur buat lomba tingkat Nasional.
Tapi lagi-lagi saya tidak berharap dengan itu, saya cuma pengen menguji apakah saya bisa menulis artikel untuk lomba seperti ini.

Beberapa minggu sampai batas deadline telah tiba. Beberapa orang teman, saya ajak untuk ikutan, siapa tau kepilih, tapi tak ada hasil. Sampai akhirnya di hari H, ketika dosen baru aja keluar dari kelas saya, tepatnya jam 10 ( kalau gak salah ), Seorang laki-laki menelpon saya. Saya angkat, dan ternyata orang itu dari perwakilan BKKBN Kalimantan Timur, dan memberitahukan saya untuk masuk seleksi 10 besar di kantor, saya di suruh untuk membuat power point, dan mempresentasikan hasil tulisan saya.

“Waw” dalam hati, saya hanya bisa berkata seperti itu. Allah SWT nunjukkin jalan yang indah di mulai dari ini. Jujur mendengar itu, saya hanya bisa diam sejenak, berkata dalam hati “Padahal cuma main-main doang, tapi ternyata kepilih”, ini berarti waktunya saya untuk serius.
Malamnya saya mulai mengkonsep  power point untuk presentasi.  Yang saya konsep lebih mantang dari hasil tulisan saya, bahkan lebih meleceng dari tulisan saya sebelumnya, dan di hari kedua, jadilah sebuah power point sederhana. Sekarang saya mulai berambisi untuk menang, power point ini hasil kembangan dari tulisan saya, seharusnya sih gak boleh, tapi bodo amat lah, yang penting hasilnya bagus, dan bisa di presentasikan dengan baik.

Terbiasa saya latihan di depan kaca untuk penampilan Stand Up Comedy saya bersama dengan StandUpSMD, sehingga presentasi dengan batas waktu 8 menit, saya rasa cukup menatang bagi saya yang terbiasa dengan jokes standup. Memang, latihan presentasi ‘mungkin’ lebih mudah bagi saya, karena presentasi tidak butuh lucu seperti StandUp, tapi butuh keseriusan yang lebih untuk meyakinkan.

Beberapa hari saya latihan, ketika jam 10 malam – 12 malam, ketika keluarga saya yang lain udah terlelap, saya bolak balik menext – dan mepreview hasil power point saya untuk saya latih presentasi. Sampai akhirnya saya hapal mati dengan hasil presentasi saya tersebut. Saya siap untuk perang, saya bilang dalam hati.

Hari H telah tiba, saya musti melewatkan dua mata kuliah saat itu, yakni Kemahiran Bahasa Arab dan Sejarah Kesusatraan, sekali-sekali izin tak apalah, apalagi untuk hal yang tidak mungkin semua orang bisa dapatkan seperti saat ini. Jadilah saya berangkat.

Sampai di kantor BKKBN Kalimantan Timur, saya memarkirkan motor, dan menuju ke pos satpam buat nanya sama beliau lokasi tempat acara saya hari itu. Saya di suruh masuk, dan menemui seseorang di dalamnya.

Saya di suruh duduk di lobby dengan orang tersebut, laki-laki yang dari suaranya, sama seperti yang menelpon saya saat itu.

Sayapun kembali menuju lobby, menunggu dengan beberapa orang asing yang sepertinya juga 10 orang yang beruntung untuk presentasi hari ini. Tak lama sekitar 10 oirang yang datang ( dari 20 peserta, karena 10 dewasa dan 10 remaja ), kami di suruh untuk mengambil nomer urut tampil. Saya mendapatkan nomer cukup awal, 9 kalau tidak salah ( karena ingatan saya cukup kacau ).

Pria itu lalu memperkenalkan dirinya, beliaulah yang bertanggung jawab dengan lomba ini ternyata, namanya Ronny, saya lalu memanggilnya dengan panggilan kak Ronny, karena saat itu, dia hanya pakai celana Jeans, beserta baju yang tidak cukup resmi untuk orang kantoran seperti yang lain, saya rasa beliau cukup pas untuk saya panggil kakak ketimbang bapak apalagi ibu karena beliau adalah pria :D ( kaga usah serius gitu napa ) sante-sante, yuk lanjut.

Akhirnya lomba di mulai, ruangan rapat kantor yang jadi venue lomba cukup sempit dengan isi peserta yang cukup banyak pagi itu. Satu persatu peserta tampil, dan ada beberapa yang mendapatkan pertanyaan cukup keren dari kedua juri pagi itu, yakni ibu Avil, dan satu lagi saya lupa namanya, beliau adalah dosen bahasa, pemerhati ejaan bahasa Indonesia, seperti itu kalau tidak salah. :D

Semua juri cukup kompeten, dengan peserta yang tampil cukup bagus, juga bikin saya geter sedikit.
Tadinya saya ngerasa ini tidak cukup mengerikan dari Stand up comedy, karena disini tugas kami hanya menyampaikan ide, tanpa berkewajiban membuat tawa, tapi ternyata tidak semudah itu.

Dua nomer urut sebelum saya, membuat saya makin gemeteran, ini pertama kalinya saya lomba public speaking tanpa embel-embel stand up. Mungkin karena pertama kali ini kali ya, makanya saya nerveous.

Akhirnya saya maju ke depan, dan memulai presentasi. Latihan yang cukup banyak, tidak membuat gemeteran tangan saya berenti. Bibir saya sih lancar, memulai presentasi dengan cukup baik, tapi tangan saya, tangan kanan saya yang memegang mic gemetran tidak karuan, sampai-sampai saya musti megang mic dengan dua tangan. Tapi untungnya para audiens tidak tau itu, karena *dari pengakuan para audiens* mengatakan bahwa saya menyampaikan presentasi dengan cukup baik dari yang lainnya.

Dari 8 menit saya presentasi, saya menghitung jumlah tepuk tangan, ada 3 tepuk tangan, dan ini membuat saya makin merasa di atas awan, itu artinya apa yang saya sampaikan, juga mengena di hati para audiens, itu dulu yang jadi target saya, masalah hasil akhir saya serahkan nanti.

Sang juri merasa bagus dalam berpresentasi, namun kata beliau-beliau apa yang saya presentasikan, beda dengan apa yang saya tulis. Yak, ini poin yang membuat saya takut kalah. Tapi saya cuma bisa berdoa.

Akhirnya waktu sholat dhuhur tiba, masih ada 5 peserta yang belum menampilkan presentasi mereka. Ketika sholat saya coba untuk berdoa dengan Allah, agar bisa menunjukkan yang terbaik untuk saya sendiri. 

Sebelum lomba ini, saya udah beberapa kali itu lomba Stand Up Comedy, sama – sama public speaking memang, tapi setiap kali saya masuk lomba Stand up, paling-paling cuma bisa masuk 5 besar, tanpa bisa menyambet juara 3,2 apalagi 1.

Setelah kembali mulai presentasi, dan berkahir, akhirnya juri keluar ruangan dan menilai hasil yang presentasi tadi dan mengumumkannya.

Melalui kak Ronny, hasil penilaian juripun di sampaikan. Saya cukup gugup, entah kenapa, tadinya saya cuma main-main untuk ini, tidak lebih, tapi ternyata Allah SWT nyuruh lain. Saya di suruh serius, dengan menghadiahkan juara 1 tingkat provinsi di penulisan kreatif kependudukan tingkat remaja.

Ini menjadi juara pertama untuk saya, saya gak pernah mengira kalo saya bisa megang piala seperti ini, saya yang biasa jadi pencundang ternyata bisa juga. Saat itu saya pengen nangis, tapi saya tahan, setelah di berikan piala dan saya foto untuk saya beritahukan ke orang tua saya, piala itu di kembalikan lagi, hanya untuk simbolis di malam penganugrahan nanti.

Tapi ini ternyata belum berkakhir, ternyata dari info kak Ronny, saya berkesempatan untuk memasukan naskah saya ini ke tingkat nasional. Saya tidak berpikir jauh kesana, untuk tingkat provinsi saja, saya udah berasa cukup beruntung dari hasil usaha ini, apalagi tingkat Nasional, saya merasa cukup tidak mungkin, apalagi saya. Hanya seorang pria yang tidak pernah memegang piala sebelumnya, tidak punya catatatan prestasi yang ciamik, saya merasa lemah. Tapi Kak Ronny beda, dia melihat sesuatu dari saya, dia percaya dengan saya, dan dia meyakinkan saya kalo presentasi yang saya lakukan tadi, itu sama seperti mahasiswa-mahasiswa luar negeri biasa lakukan. Saya tidak cukup pede, tapi mendengar seperti itu, saya merasa harus bangkit dan menerobos ketidak mungkinan saya.

Sampai akhirnya di malam penganugerahan, tepatnya di plaza mulia mall, saya bersama ibu, dan kedua adek saya ( ini moment diman saya punya kesempatan untuk membuat mereka bahagia, khususnya ibu, jadi apa salahnya saya mengajak mereka untuk melihat moment ini ). Saya mendapatkan piala itu resmi. Dan ini lah saya bersama piala itu.


Di akhir acara, kami para pemenang, lomba pidato baik remaja dan dewasa, serta lomba penulisan kreatif, baik remaja dan dewasa, di kumpulkan.

Kak Ronny meminta kami, untuk semua mengumpulan hasil tulisannya, dan memperbaiki ( khususnya saya ) untuk di kirim ke tingkat pusat / Nsaional, dan di lombakan dengan naskah – naskah dari provinsi – provinsi lain.

Ini bikin saya makin tertantang, dua hari berselang saya langsung mengirim hasil revisi naskah saya yang sekarang sudah mirip dengan apa yang saya presentasikan, ke kak Ronny. Dan hasilnya masih cukup lama. 

Tapi sebelum menunggu hasil perjalanan saya di mulai.

-  Bersambung ke post Ini Baru Awal ( Part 2 ) guys !!!! -

6 comments: