Pages

Labels

Thursday 31 December 2015

2015 Dunia Kelambu



Saat saya menulis ini, orang-orang diluar sedang seru-serunya menebar petasan, serta meniup-niup terompet yang kalau di agama saya, itu adalah sebuah senjata di hari akhir nanti. Entah, mengapa orang banyak yang meniup itu di luar sana, apapun itu, ya hak merekalah.

Tapi karena moment pergantian tahun, saya memilih untuk kembali duduk dan mengingat–ingat apa yang saya sudah lalui tahun ini, ya, sekedar kembali mereview apa yang saya dapatkan dan apa yang saya lalui.

2015.

Jujur ini adalah tahun yang sangat membahagiakan bagi saya pribadi. Banyak hal baru yang tadinya belum pernah saya dapatkan, dan di tahun ini juga, banyak hal indah yang saya terima.

2015 seolah menjadi bukti nyata bagi diri saya sendiri, bahwa kita tidak boleh menyerah untuk hal apapun itu, dan berjuang serta tetap berdiri meski kemungkinan sudah tiada, itu wajib.

Awal tahun 2015 saya mendapatkan pengalaman yang saya sendiri belum pernah coba sebelumnya. Saya punya kesempatan untuk bisa merasakan panggung teater, saya merasakan menjadi pemain teater, meski sebelumnya saya gak pernah ngerasakan itu.

Tanggal 4 Maret 2015 sebagai waktu tetaer mahib’e melakukan pentas pertamanya. Wawan sebagai seorang pelatih teater mahib’e (Satu-satunya teater yang dimiliki Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman) mempercayakan posisi pemain yang menurut saya sangat krusial kepada saya.

Saya mungkin tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Wawan sebagai seorang pelatih saat itu, tapi yang saya lakukan saat itu adalah saya mengeluarkan apa yang saya bisa. Mungkin Wawan sedikit kecewa karena di beberapa moment latihan, bahkan, ketika GR sekalipun, saya masih juga tidak bisa memberikan waktu saya secara penuh untuk Mahib’e.

Tapi, mungkin dari tulisan ini, saya pengen mengungkapkan terima kasih yang sangat besar kepada Wawan, dan teman-teman mahib’e, karena sudah mau memberikan kesempatan dan pengalaman berharga kepada saya. Meski saat ini saya sudah ngak ada lagi di teater tersebut, karena beberapa hal. Tapi saya akan tetap memberikan support langsung kepada mereka. Ya andai boleh, saya pengen ikut sekali-sekali latihan bareng kawan-kawan saya itu, kangen situasi badan pegel-pegel abis pulang latihan. Karean saya tau sekarang, bahwa teater not easy men...HAHAHA..

2015 juga menjadi tahun dimana saya bisa merasakan sebuah kompetisi, dan saya menang di dalamnya.

Berkat iseng-iseng, saya ikut kompetisi menulis kreatif tentang kependudukan yang dibuat oleh BKKBN provinsi Kal-Tim, saya ikut dengan modal seadanya, kemampuan menulis sebisanya, dan kemampuan berbicara sekenanya. Tapi siapa sangka, saya masuk 10 besar tingkat provinsi.

Lalu semua berlanjut, sampai akhirnya babak presentasi. Dan kembali, siapa yang sangka, di tahun 2015 ini juga, saya merasakan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya, yakni menang dan mendapatkan peringkat 1 sebagai peserta penulisan kreatif kependudukan tingkat provinsi.

Dan tidak berhenti sampai disitu, 2015 juga menjadi sebuah tahun dimana saya bisa membawa nama Kalimantan Timur ke tingkat Nasional, dimana melanjutkan kompetisi penulisan yang saya menangkan di tingkat provinsi.

Waw, sebuah pencapaian yang saya sendiri tidak pernah bayangkan sebelumnya. Bisa terpilih menjadi 10 besar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Seorang Pandu Pratama Putra yang jalan hidupnya entah kemana-mana, bisa terpilih menjadi seorang wakli Kal-Tim di nasional, tidak ada yang tahu itu.

2015 tidak berhenti disitu, sebuah kenangan indah tercipta kembali, setelah terpilih saya malah terpilih lagi untuk jadi juara 1 tingkat nasional, mengalahkan 10 besar yang telah terpilih sebelumnya.

Dua juara di tahun 2015 ini, tingkat provinsi dan juga tingkat nasional. Sebagai seorang penulis blog yang pengunjungnya tidak seberapa banyak ini, saya sudah beryukur dengan itu.

2015 juga menjadi moment dimana saya bisa merasakan panggung yang selama ini saya idam-idamkan, yakni panggung stand up comedy.

Hampir menyerah, akibat kegagalan di bulan april, yakni gagal jadi opener Ernest Prakasa, saya hampir tidak ingin lagi melanjutkan hobbi sebagai seorang Stand Up Comedian. Saya merasakan mungkin ini bukan jalan saya. Belum lagi, setelah kegagalan menjadi opener Ernest, saya terus-terusan kalah dan tidak pernah juara di setiap lomba stand up comedy yang diadakan di Samarinda. Saya hampir turun dan menyerah, tapi entah apakah ini bonus dari Tuhan atas kesedihan saya, Desember menjadi waktunya saya terpilih secara tidak saya sangka-sangka dan menjadi lineup di acara sakral Stand up Comedy Samarinda, yakni Stand Up Nite 6.

Satu panggung dengan 4 comic dari StandUpSMD yang sangat-sangat hebat, ditambah lagi dengan comic Nasional yang juga sangat luar biasa yakni Dodit Mulyanto. Malam itu, saya berdiri sebagai pembuka.

Berdiri di depan hampir 500 penonton, jujur saya merasakan kegetiran, saya takut gagal, saya takut tidak lucu, tapi malam itu, mungkin jadi show yang “entahlah” apa, jujur, saya ingin mengeluarkan semua yang saya bisa. Wal hasil, 10 menit kewajiban saya, saya tuntaskan, dan saya turun dengan lega, setidaknya ketakutan saya karna tidak lucu, tidak terjadi. Ya...... dibilang sukses sekali juga tidak, namun dibilang gagal juga tidak.

Setidaknya, sebagai hidangan pembuka, saya gurih untuk dinikmati.

2015 mejadi sebuah waktu yang sangat berharga bagi saya, pengalaman–pengalaman yang saya tidak akan pernah lupakan. Tiga panggung yang berbeda saya lewati, berdiri sebagai seorang yang sedang bersandiwara, berdiri sebagai seorang yang sedang menjelaskan jalan keluar, dan berdiri sebagai seorang yang sedang menghibur banyak orang. Saya rasa 2015 menjadi tahun berdiri buat saya. :D

2015 juga menjadi tahun yang sangat berharga, tahun dimana saya dapat mengenal banyak teman diluar sana. Jauh dan lebih banyak lagi selain hanya berkisar di area sekolah dan kampus.

Ketika tingkat nasional di Jakarta saya mengenal banyak teman dari berbagai daerah, mengenal mereka adalah sebuah rasa yang tidak pernah bisa saya ungkapkan.

Lalu berikutnya saya kembali mendapatkan persahabatan erat di salah satu camp pertama yang saya ikuti, yakni #KYPC2015. Disana saya tau, kalau ternyata anak-anak Kalimantan Timur adalah anak-anak yang memiliki jiwa berani mengubah, dan tentunya berprestasi dan berpengaruh.

Mengenal orang-orang yang baru dikenal, lalu menjadikan mereka sahabat, adalah sebuah anugrah. Mereka adalah harta yang tidak semua orang miliki. Saya rasa, teman itu penting, dan 2015 mengajarkan saya tentang itu.

2015 juga memberikan kesan cinta untuk saya.

Yup !!!! tak indah rasanya kalau sebuah tulisan apalagi masa lalu tidak ada bait-bait cintanya, saya rasa agak basi mungkin. Jadi izinkan saya menceritakan betapa parahnya kisah itu di tahun ini. :)))

2015 adalah waktu yang aneh, berbagai orang yang saya dekati sampai detik ini, semua perlahan pergi. Eh, tidak pergi, tapi mengganti status mereka menjadi teman saya.

Everything ...

Semua cinta yang saya kejar, seolah tidak tahu dan malah ngeloyor pergi kehati orang lain, yang ujung-ujugnya, just friend untuk saya.

Tapi, saya kagum di tahun ini. Dari cinta saya belajar banyak.

Bahwa tidak semua yang kita sedang rasakan, itu sama dengan apa yang orang lain rasakan.

Sikap terlalu baik belum tentu pertanda orang jatuh cinta.

Cinta yang punya pengalaman berat dengan pasangannya dulu, bisa jadi akan merusak harapan anda untuk memiliki dia.

Kadang cinta itu buta, bahkan sangat buta, meski sudah jelas ditutupi penghalang tinggi yang bernama agama.

Cinta itu tidak datang pada waktu dan tempat yang anda tahu

Dan berjuang itu perlu meski kemungkinan yang ada didepan mata sudah tidak ada kembali.

Cinta mengajarkan saya berjuang, cinta juga mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah. Kalau ada yang bilang cinta itu hanya menyebabkan luka, belum tentu, itu semua tergantung bagaiamana kita menyikapinya saja. Meksipun, kadang sedikit ada :”(

So....SO.....

Lanjut lagi.

Intinya 2015 adalah satu dari sekian banyak tahun yang saya lewati, yang sangat berkesan bagi saya.

Besok sudah 2016, satu hal yang saya belum dapatkan di 2015 adalah, keinginan saya untuk menjadi seorang penulis sukses, belum tercapai.

2016 akan menjadi tahun perjuangan yang lebih berat lagi bagi saya. Begitu banyaknya pencapaian yang saya dapatkan di tahun 2015, harus saya dapatkan lagi di tahun 2016, atau kalau perlu, lebih baik lagi.

Oh ya, hampir lupa, dan satu lagi kebahagiaan di tahun 2015 yang belum saya sebutkan adalah, merubah blog saya ini menjadi duniakelambu.com

2016 adalah waktunya DuniaKelambu harus lebih saya perjuangkan lagi.

Saya berharap DuniaKelambu bukan hanya sekedar nama blog, kelak saya berharap dan akan terus saya perjuangkan adalah menjadikan Dunia Kelambu lebih dikenal lagi, entah itu melalui jalur apa saja. Mungkin kelak bakal ada nama buku judulnya Dunia Kelambu, atau bahkan judul lagu. Atau bahkan lebih jauh lagi, mungkin aja Dunia Kelambu kelak akan di kenal sebagai nama sebuah film.

Tapi apapun itu, Dunia Kelambu akan terus ada, sebagai sebuah record kehidupan saya pribadi, ada atau tidak ada yang membaca, Dunia Kelambu akan tetap berdiri.

Intinya di tahun yang baru ini, saya akan tetap berdiri untuk kemungkinan-kemungkinan  yang sulit dipahami. Saya berharap saya tidak berdiri sendiri, semoga adik-adik saya, bisa cepat berjuang menyusul kakaknya. Lalu teman-teman saya, juga akan berdiri, dan berjuang untuk nama daerah tempat tinggal masing-masing, membanggakan almamater, dan tentunya keluarga. Karena kawan, kalau bukan bertindak sekarang, kapan lagi? :)

Siapapun yang baca tulisan ini, kita tidak boleh menyerah, kita tidak boleh kalah, dan kita tidak boleh mundur, tapi apapun itu, jangan pernah lupa, kita juga harus tetap bahagia, jangan lupa ! TETAP HARUS BAHAGIA

Salam #DuniaKelambu
Twitter : @pandupandaa
Instragram : pandupandaa

Wednesday 30 December 2015

Hujan Sebagai Penghibur

Saat aku menulis ini di luar rumah sedang hujan, jujur aku bahagia, beberapa hari ini aku menunggu hujan turun malam hari.
Aku menunggu hujan, karena aku merasa hujan adalah sebuah musik yang turun dengan indah ciptaan langsung Yang Maha Kuasa.
Dalam hujan yang deras, ada kesempatan ku untuk menutup mata sembari mencoba memikirkan apa yang terjadi tahun ini.

Malam ini, aku baru sadar sesuatu hal, bahwa apa yang orang lain rasakan, belum tentu bisa kita ketahui. Dan tentu pasti, apa yang kita rasakan, belum tentu sama dengan yang orang lain rasakan.

Kita tidak bisa memaksakan sesuatu hal kepada orang lain, kita punya kuasa untuk membuktikan tapi orang lain tetap bisa memilih

Hujan malam ini lucu, terlihat malu-malu bersuara kecil.

Tapi aku baru ingat, satu-satunya simbol ketenangan adalah hujan, didalam hujan ada dingin, di dalam hujan ada suara yang merdu, serta di dalam hujan kadang ada sebuah tanda perjuangan.

Apakah benar perjuangan di tandai dengan berani menembus hujan?

Andai kata hidup ini benar-benar drama, mungkin iya. Tapi ada tanda lain yang bisa dipakai sebagai sebuah tanda perjuangan. Yakni tetap berdiri meski kemungkinan telah tiada.

Hujan terima kasih.
Malam ini kau menghibur ku.

Tuesday 29 December 2015

Kucing Perusak



Dihembuskannya kepulan asap sial itu dari mulutnya, dia tak suka seperti itu. Tapi, ketika lelah sudah menghampirinya tanpa ampun seperti hari ini, kepulan itu, akan terjadi, ya..... paling-paling hanya dua sampai tiga hisapan, setelah itu, rokok yang bermerk urutan angka seperti film WiroSambleng itu segera ia matikan.

Dia bukan perokok memang, namun hidupnya tidak terlalu sehat. Ia masih muda, namun sudah memiliki pekerjaan yang cukup berat, maklum dia harus produktif dan menunjukkan kinerja keras supaya nanti diumur yang sudah agak tuaan, dia sudah mampu menjadi bos di perusahaan tempat ia bekerja.

Ia terduduk di sofanya ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dia nyalakan TV 21 inch miliknya, sembari tetap menempelkan seluruh badannya disandaran sofa. Acara TV malam seperti ini benar-benar tidak ada yang mendidik, channel yang satu nyiarin sinetron, channel satunya lagi nyiarin joget-joget, channel berikutnya nyiarin berita ngedukung pemerintah, dan channel satunya lagi malah ngehunjat pemerintah.

Andai kata bukan karena letih, mungkin ia akan membaca buku saat ini, karena satu-satunya yang bebas dari hal bodoh seperti di TV hanyalah buku, sayang, matanya sudah terlalu bosan melihat deretan huruf dan angka pada halaman buku.

Dia biarkan TV menyala, namun pikirannya melayang kemana-mana.

Selain menonton TV, serta menghisap rokok, satu lagi yang biasa ia lakukan untuk membunuh kelelahnya, yakni memikirkan beberapa wanita yang dekat dengannya.

“Alicia”, kata Erman dalam hati. Alicia adalah wanita yang manis, teman satu kantornya. Dia baru dua bulan ini masuk kerja, menggantikan Ibu Reti yang terlalu tua untuk pekerjaan yang cukup banyak, selain cukup tua ibu Reti mengundurkan diri karena tiba-tiba dia terserang penyakit yang cukup mengejutkan, sebelum di vonis dengan stadium yang terlalu tinggi, ia pun memutuskan untuk resign. Yap, ibu Reti terserang penyakit flu, kadang flu bagi orang yang terlampau tua memang seseram itu.

Selain Alicia baru dua bulan ini masuk kantor, baru dua bulan ini juga Alicia sudah masuk kedalam hati Erman. Dari awal dia masuk kantor, dia sudah mulai tertarik menatapnya, bibirnya yang tipis, dengan lipstik pink yang tipis pula, membuat Erman kadang suka memikirkan hal-hal jorok kalo bertemu dengan Alicia.

Rok hitamnya yang pas selutut dan ketat, kadang membuat hatinya dagdigdug. Bukan tanpa usaha, Erman tidak membiarkan Alicia berdiam begitu saja di luar hatinya, bahkan Alicia sudah masuk, dan menetap di dalam hatinya.

Baru sebulan kenal, Erman sudah mampu membuat Alicia jatuh hati. Maklum dia sudah ditakdirkan Tuhan untuk tampan, rambutnya yang gampang untuk di sisir rapi ke belakang dengan tambahan pomade membuat wajahnya terlihat ekslusif. Kacamatanya yang besar namun elegant, membuat wajahnya makin terlihat maskulin, apalagi jenggot tipisnya yang rapi, menambah nilai lebih pada wajahnya.

Badannya memang tidak atletis, maklum, dia bukan orang yang suka olahraga. Tapi wanita tidak pernah memikirkan itu, yang paling penting bagi wanita-wantia yang Erman dekati adalah, dia, orang yang sangat jago menggoda. Wanita akan cepat leleh dengan goda-godaanya yang jitu itu, termasuk juga Alicia.

Alicia bahkan sudah tau bahwa Erman suka padanya, dan itu yang membuat Alicia sempat memberikan apa yang dia punya pada pria itu. Saat kantor kosong, dan kebetulan Alicia dan Erman sedang lembur bersama, sebelum pulang, dia sempat berpapasan dan ngobrol sebentar di dapur, sekedar menaruh gelas bekas kopi peneman lembur malam itu.

Obrolan yang santai serta ditambah dengan goda-godaan jitu Erman, membuat Alicia luluh, bahkan tak di sangka, Alicia memberikan kecupannya pada Erman. Pertama Pipi, lalu naik dahi, dan merampat hingga pada kecupan nafsu ke bibir Alicia. Andai, bukan karena kucing hitam jomblo yang selalu berkeliaran di kantor tidak menggangu kemesraan itu, bisa jadi mereka akan bercinta di sana. Ternyata masih ada yang ingin menolong mereka.

“Sial”, Katanya sedikit kesal, sembari menatap langit-langit  rumah dikala berkhayal.

Selepas kejadian itu, Alicia berubah total. Setiap bertemu dengannya, Alicia selalu menghindar dan seolah tidak kenal dengan sosok Erman. Entahlah, apakah dia marah karena Erman tidak menyelesaikan tugasnya malam itu. Tapi yang jelas, malam itu memang salah Erman, karena Erman lebih baik tidak bahagia sama sekali, ketimbang harus bertemu dengan kucing.

Kenyataan pahit memang harus Erman pikul, bahwa hidup mengatakan, Erman phobia terhadap kucing sejak SD.

Mungkin Alicia ilfil, karena Alicia nggak mau punya pendamping hidup seorang pria yang tidak berani dengan kucing. Tapi, Erman tidak memikirkan itu.

“Alicia.....Alicia....Untung ada Tika yang datang menghiburku”, kembali Erman melayang memikirkan tentang Tika, wanita yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, hanya sekedar 2 gang dari tempat tinggal Erman.

Saat Erman sedang asik mengerjakan tugas kantor di salah satu minimarket sembari meminum beberapa softdrink, snack kacang-kacangan, dan permen kaki, wanita itu tiba-tiba duduk di meja Erman.

“Boleh saya gabung di meja ini? Kebetulan meja lain penuh, dan saya liat mas sendirian aja, apakah boleh saya duduk?”, katanya pada Erman yang sedang sibuk mengutak-atik kerjaanya di macbook putih miliknya.

“Silakan saja”, sambut Erman manis.

Ternyata Tika adalah seorang mahasiswa S2 yang kebetulan menyewa rumah di dekat rumah Erman. Selain mahasiwa, dia juga bekerja sebagai seorang desaigner lepas untuk beberapa perusahaan di luar negeri. Beberapa desaignya memang sangat menggoda iman, saking luar biasa indahnya. Tapi, bukan cuma hasil desaignya saja, diapun, juga suka menggoda iman, saking mempesonanya.

Tika adalah seorang wanita yang memang sedikit agak tomboy, rambutnya yang bob sebahu, badannya yang sedikit berisi, dan selalu mengenakan celana, membuat ia terlihat bukan seperti wanita pada umumnya, namun, auranya tetap anggun.

Erman bahkan sempat beberapa kali mampir kerumahnya, dan kebiasannya yang selalu menggunakan celana super pendek kalau berada di rumah, dan selalu menggenakan kaos putih polos, kadang membuat otak Erman yang nista itu, selalu di paksa berputar-putar keras ke angkasa.

Tak cuma Erman saja, mungkin Tika juga begitu, entah apa setiap orang yang datang kerumahnya selalu disuguhkan dengan pakaiannya yang seperti itu, atau hanya pada Erman, tapi jujur, itu semacam kode yang diterima baik oleh Erman.

Bukan kesempatan yang disia-siakan oleh Erman, sebagai pria kotor yang suka mengkhayal, dikala hujan datang dan ia terjebak dirumah Tika, iapun mendapatkan apa yang ia dapatkan dari Alicia. Kecupan pipi, dahi, serta bibir dari Tika didapatkan Erman di ruang tamu rumah yang memang hanya ditinggalin Tika sendirian.

Di kala baru saja Erman mencoba melucuti bajunya, dan ingin melanjutkan ke celana, tiba-tiba saja ada aungan kucing yang ternyata peliharaan baru Tika, Erman lalu lari terbirit-birit dan meninggalkan rumah itu dibawah guyuran hujan sembari telanjang dada, kembali kerumah dan melupakan semua tentang Tika.

“Hahahaha, Bodohnya aku, kenapa harus selalu takut dengan kucing. Padahal aku bisa mendapatkan kebahagiaan dua kali, andai saja tidak ada kucing mengganggu ku hari itu.”

Pria itu kembali menarik nafas panjangnya, mengepulkan ke udara, meski sudah tidak ada lagi asap di dalamnya, dia memikirkan betapa kotor pikirannya.

“Apakah aku masih bisa membersihkan semua ini? Mungkinkah Tuhan mengampuni dosa-dosaku?”, ujarnya dalam hati, mengelah nafas panjang, dan kembali membuangnya.

Tak lama, ada sosok wanita kurus dengan tinggi yang sama seperti Erman. Mendatangi ruang TV dan tiba-tiba mematikan TV, dan berdiri dihadapan Erman.

“Jangan dibiasakan deh, kalau pulang itu enggak salam. Salam kek, atau berusaha bersuara, atau apa gitu, biar kaga kaya hantu yang lagi kalah pamor sama serigala.”

“Iya deh, maaf... Si Rasya udah tidur ?”, ujar Erman pada wanita itu.

“Udah, barusan aja, kasian tu, abis pulang dari sekolah tadi, badannya langsung nggak enak. Ya udah, aku masuk kamar duluan ya.”, ujarnya sembari menuju ke kamar tempat biasa Erman tidur, sebelum masuk ke kamar, ia kembali menoleh menatap Erman, diam sebentar, lalu berkedip.

Erman langsung berdiri, dan menarik dasinya dari baju, dan mulai membuka kancing-kancing baju biru mudanya, sembari masuk ke kamar tempat wanita tadi masuk.

“Nampaknya aku akan bermain malam ini sembari memikirkan dua wanita itu, kuharap tidak ada kucing malam ini, karena aku tau, keluarga kecil ku ini tidak ada yang suka dengan kucing.”, ia masuk dan mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Sunday 20 December 2015

Key


Dia terlihat binggung, hatinya tidak tahu untuk siapa. Dia telah dihadapkan pada pilihan yang rumit, antara pria yang telah menyakitinya, atau pria yang baru saja datang dan langsung mencintainya. Ia terlihat menunggu hujan reda malam ini.

Sedari tadi, ia hanya melihat kearah jalan dari dalam kamar kontrakan kami. Ia seperti menunggu seseorang yang akan datang dan mengetok pintu kontrakan kami. Ia makin terlihat binggung, setelah semalam, dua pria yang membuatnya binggung, sama-sama menyampaikan rasanya tepat di hari yang sama, dan membuatnya semakin tidak karuan.

Aku hanya bisa mengetahui sebatas itu, selebihnya apa yang ia lakukan, tidak aku ketahui lagi. Semenjak bangun pagi tadi, ia sudah terlihat aneh, dan seperti gusar menanti sesuatu yang dia sendiri susah untuk menjawabnya.

Aku hanya teman satu kontrakannya, dahulu kami tinggal di kontrakan yang kecil ini berempat, namun karena dua teman kami telah dropout akibat tidak tahan dengan kerasnya kehidupan kuliah, sekarang tinggal kami berdua yang tinggal dikontrakan ini.

Kebetulan kami satu fakultas, satu prodi, serta satu kelas pula, jadi ikatan batin kami sudah seperti bukan teman saja, melainkan seperti sudah saudara, karena dirumah kami bersama, dan di kampus juga demikian.

Tapi, Key bukan seorang wanita yang mudah, pikirannya terlalu rumit untuk beberapa teman lainnya. Terkadang dia menjadi salah satu wanita yang paling menyebalkan, karena pikirannya yang kadang melompat-lompat seperti kijang. Tapi kadang juga Key membuat teman-teman yang lain gusar, karena kehidupannya yang aneh.

Dia wanita cantik keturuan Arab – Indonesia, ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kehidupan yang keras, kehidupan keluarganya yang tidak harmonis, mungkin membuatnya menjadi seperti saat ini.

Jangankan yang tidak tinggal serumah dengannya. Aku saja sebagai seorang teman yang sudah seperti saudaranya sendiri, terkadang masih sering mengatakan bahwa “Pikiran mu terlalu rumit untuk kebanyakan orang Key”.

Tapi dua pria ini, apakah mereka yang mebuat Key sampai sejauh ini ?

Pitra adalah pria yang selama ini mengisi serta merusak hati Key, pria berkacamata yang wajahnya pun tidak seberapa mantap itu, telah menjadi sosok yang membuat hidup Key bermakna. Ia hadir ketika Key bersamaku menyaksikan pentas drama di taman kesenian dekat kampus kami.

Pria itu langsung membuat Key jadi jatuh hati, membuat Key kadang rela tidur bermalam-malam, hanya untuk membalas chat pria itu. Pitra mungkin adalah satu-satunya pria yang beruntung dari banyaknya pria yang jatuh hati pada Key, karena Pitra mampu membuat Key menerima Pitra apa adanya.

Akupun tak tahu apa yang istimewa dari Pitra, tapi yang jelas, Key telah menjadi kekasihnya. Aku juga turut bahagia kala itu, karena bagiku, ada yang bisa dan paham dengan jalan pikiran Key yang rumit, apalagi mampu menjadikan dia kekasih dan Key tak bersedih lagi, itu artinya juga membahagiaakan hatiku, sebagai sahabatnya.

Key menikmati kehidupannya bersama Pitra, namun entah kenapa, suatu hari Key mendatangi kamarku, dan menangis memberitahukan bahwa Pitra baru saja memutuskannya. Padahal saat itu, aku baru saja bangun pagi dan belum sempat mandi untuk pergi ke kampus.

Kehidupan bahagia itu sungguh tidak lama, seminggu ku rasa, atau kurang, akupun lupa. Intinya Pitra telah menyakiti hati Key.

Key menangis begitu dalam, aku sebagai seorang wanita sama seperti Key, juga merasakan kesedihan itu. Tapi yang tidak kupahami dari Key adalah satu. Meski begitu, dia tetap sayang dan tetap mencintai Pitra.

Beberapa hari setelahnya, Key masih sering berkata padaku, bahwa ia akan tetap menerima Pitra jika Pitra masih menembaknya kembali. Aku ingin bilang kalimatku tentang pikiran Key yang rumit, namun entahlah, aku tak ingin merusak kebahagiaan temanku yang satu ini.

Dan benar, Key dan Pitra kembali bersama. Malam itu pria pesakitan itu kembali menembak Key dengan cara yang sama, melalui chat sosial media yang sama, Key kembali senang, dan menerimanya. Ku pikir itu menjadi kali kedua yang tidak akan disia-siakan oleh pria itu untuk mendapatkan hati Key, namun dugaan ku salah, pria itu kembali memutuskan Key dengan cara yang sama pula di waktu yang sangat ekstrim, yakni pagi harinya.

Jika aku jadi Key, mungkin aku akan melupakan pria bajingan itu sekarang juga. Tapi Key tidak, aku tak tahu pria itu memakai jimat apa, tapi sungguh, jika benar iya memakai jimat, jimatnya sangat mempan dengan Key. Meski begitu, sakit hati yang ada, tidak pernah bisa membuat Key menghapus nama Pitra dihatinya.

Key sakit hati, tapi tetap mencintai.

Suatu malam yang indah, aku bertemu dengan kawan baruku Defri. Defri baru kukenal saat sama-sama mengikuti suatu kegiatan camp antar pemuda di kota kami. Dia pria rame yang suka merusuhkan keadaan sekitar. Ia kadang menjadi ice breaking, kala suasana membeku akibat tidak punya bahan diskusi.

Defri berkacamata pula, dia adalah pemain gitar handal yang baru aku kenal. Jari jemarinya sungguh indah kala menekan fret demi fret gagang gitar. Akustik, listrik, semua dimakan olehnya. Kalau boleh aku lebay sedikit, mungkin dia setara kemampuannya dengan pemain gitar terhebat di dunia yang pernah aku tau, yaitu Rhoma Irama.

Dia pemusik yang memiliki ambisius, dan dia mengajakku untuk bermain satu band dengannya. Dia tertarik dengan suaraku yang indah, katanya.

Malam itu pertemuan kami pertama kali untuk berdiskusi tentang band. Defri membawa temannya Nico sebagai drummer, sedangkan aku ditemani oleh Key bertemu dengan Defri.

Malam itu perbincangan kami sangat hangat, tatapan mata Defri ke Key memang beda. Namun Key ke Defri, mungkin biasa saja. Aku merasakan ada yang beda di harapan Defri, mungkin jatuh hati pada Key, atau entahlah, yang jelas, selepas malam itu, Defri langsung meminta kontak Key untuk berkomunikasi.

Aku memiliki harapan besar dengan Defri. Karena aku yakin Defri terbaik untuk Key, namun Key tetaplah Key, dia punya hati yang rumit untuk ditebak. Tidak tahu untuk siapa, tapi yang ku tahu adalah Key pasti akan mendapatkan yang terbaik.

Defri mungkin pria yang tidak malu-malu seperti Pitra, baru dua hari ia mengenal Key, Defri sudah berani mengajak Key makan bersama. Meski sederhana hanya sebatas nasi goreng dipinggir jalan, tapi pergerakan Defri, cukup bisa dibilang gesit untuk perkenalan yang begitu singkat.

Aku hanya tahu sedikit tentang Defri, dia hanyalah pria yang suka disakiti banyak wanita, ditinggalkan begitu saja, atau bahkan ditolak begitu banyak. Terlatih patah hati, mungkin itulah dia. Dia selalu tersenyum dikala mengingat semua wanita yang pernah pergi meninggalkannya. Wanita-wanita yang meninggalkannya mulai dari sekedar wanita itu tidak suka jika melihat Defri jalan dengan membawa tas kecil, sampai pada permasalahan beda agama.

Aku hanya berharap Key dapat membuka hatinya untuk Defri, setidaknya Pitra sudah tak terlalu baik dimataku untuk Key.

Seminggu mereka berkenalan, sudah tiga kali Defri mengajaknya jalan, tidak hedon, hanya sekedar makan pinggir jalan, dan menonton pertunjukkan seni di taman kesenian. Aku selalu tersenyum dikala Key, mau diajak Defri jalan bersama.

Tapi disisi lain, aku jadi merasa takut dan kasian pada Defri. Karena aku yakin dan percaya, bahwa Key masih belum bisa melupakan Pitra, dan mungkin, jika Pitra kembali datang dan menyatakan cintanya pada Key, Key pasti akan ketiga kalinya merima Pitra. Semoga tidak, tidak, tidak, tapi ternyata iya.

Tepat dua minggu Defri dan Key berkenalan, malam itu Pitra kembali seperti biasa, datang dan mengatakan hal yang manis dan selalu meluluhkan hati Key. Key kembali di tembak dengan cara yang sama untuk ketiga kalinya.

Dan dihari yang sama pula, Key baru saja mendapatkan pernyataan cinta dari Defri, setelah mereka berdua baru saja menonton film di bioskop. Defri tidak langsung mendapatkan jawaban, namun tidak dengan Pitra.

Kadang dunia tidak begitu adil, begitu juga dengan cinta. Dengan cara yang sama, dan dengan cara yang tidak begitu istimewa, Pitra kembali diterima oleh Key untuk ketiga kalinya.

Ada satu rasa yang menusuk hatiku sebagai seorang sahabat Key, ingin mengatakan pikirannya yang rumit, namun sekali lagi aku hanya teman yang tidak mampu berkata lebih apalagi urusan cinta.

Namun pagi ini, awan yang menangis, membuat dia terlihat sedih. Tidak, Pitra tidak kembali memutuskannya melalui chat media sosial, tapi entah mengapa, kulihat Key begitu merasakan ada kesalahan besar dipikirannya.

Rencananya malam ini dia akan jalan bersama Pitra, tapi hujan seperti mengalangi rencana manis itu. Dia bersedih bukan karena mungkin rencannya akan gagal bersama Pitra, tapi ada sesuatu, aku rasa ada sesuatu.

Tak lama Key turun, ketika melihat motor Pitra bersama orangnya datang. Tidak ada kebahagiaan, muka Key datar penuh beban. Ia turun dan membukakan pagar untuk Pitra agar bisa berteduh sejenak dibawah halaman kotrakan kami.

Entah mengapa kakiku, seolah memerintahkan untuk turun tangga lantai dua kontrakan kami, dan kulihat Pitra telah masuk kontrakan diajak Key duduk di ruang tamu. Tapi belum saja mereka duduk, motor butut Honda impressa di bawah hujan datang ke rumah.

Aku bergegas mendatangi orang asing tersebut, matanya terlihat lebam seolah habis menangis, diguyur hujan mungkin air matanya telah habis.

Motor itu aku kenal, motor butut sederhana itu adalah milik Defri, tapi entah mengapa orang yang ada diatasnya, sama sekali bukan Defri.

Pria itu mendatangi ku, dia mencari Key, namun ku katakan bahwa Key sedang ada tamu. Lalu pria itu mengatakan sesuatu yang membuat sekeliling hujan seraya berhenti ikut mendengarkan perkataan orang asing ini.

Setelah ia selesai berbicara, aku langsung memalingkan badanku ke arah pintu kontrakan yang masih terbuka, melihat sosok Key dan Pitra yang entah dari kapan sudah berdiri di depan pintu masuk seolah menunggu orang asing itu selesai berbicara.

Dengan lantang aku berteriak tanpa sadar hujan semakin deras.

“KEYYYYY, pikiran serta hatimu terlalu rumit! kau mencintai orang yang salah! kau baru saja melupakan orang yang baru saja berusaha mendatangimu hari ini, dia telah ditelan hujan malam ini, dan bercinta dengan jalan. Otaknya pecah dan dia telah mati!”

Key menatap mataku dalam dari kejauhan, tanpa sadar, sekarang hujan itu telah pindah ke dalam mata Key “Defri!!!!” tangisnya.