Pages

Labels

Sunday 20 December 2015

Key


Dia terlihat binggung, hatinya tidak tahu untuk siapa. Dia telah dihadapkan pada pilihan yang rumit, antara pria yang telah menyakitinya, atau pria yang baru saja datang dan langsung mencintainya. Ia terlihat menunggu hujan reda malam ini.

Sedari tadi, ia hanya melihat kearah jalan dari dalam kamar kontrakan kami. Ia seperti menunggu seseorang yang akan datang dan mengetok pintu kontrakan kami. Ia makin terlihat binggung, setelah semalam, dua pria yang membuatnya binggung, sama-sama menyampaikan rasanya tepat di hari yang sama, dan membuatnya semakin tidak karuan.

Aku hanya bisa mengetahui sebatas itu, selebihnya apa yang ia lakukan, tidak aku ketahui lagi. Semenjak bangun pagi tadi, ia sudah terlihat aneh, dan seperti gusar menanti sesuatu yang dia sendiri susah untuk menjawabnya.

Aku hanya teman satu kontrakannya, dahulu kami tinggal di kontrakan yang kecil ini berempat, namun karena dua teman kami telah dropout akibat tidak tahan dengan kerasnya kehidupan kuliah, sekarang tinggal kami berdua yang tinggal dikontrakan ini.

Kebetulan kami satu fakultas, satu prodi, serta satu kelas pula, jadi ikatan batin kami sudah seperti bukan teman saja, melainkan seperti sudah saudara, karena dirumah kami bersama, dan di kampus juga demikian.

Tapi, Key bukan seorang wanita yang mudah, pikirannya terlalu rumit untuk beberapa teman lainnya. Terkadang dia menjadi salah satu wanita yang paling menyebalkan, karena pikirannya yang kadang melompat-lompat seperti kijang. Tapi kadang juga Key membuat teman-teman yang lain gusar, karena kehidupannya yang aneh.

Dia wanita cantik keturuan Arab – Indonesia, ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kehidupan yang keras, kehidupan keluarganya yang tidak harmonis, mungkin membuatnya menjadi seperti saat ini.

Jangankan yang tidak tinggal serumah dengannya. Aku saja sebagai seorang teman yang sudah seperti saudaranya sendiri, terkadang masih sering mengatakan bahwa “Pikiran mu terlalu rumit untuk kebanyakan orang Key”.

Tapi dua pria ini, apakah mereka yang mebuat Key sampai sejauh ini ?

Pitra adalah pria yang selama ini mengisi serta merusak hati Key, pria berkacamata yang wajahnya pun tidak seberapa mantap itu, telah menjadi sosok yang membuat hidup Key bermakna. Ia hadir ketika Key bersamaku menyaksikan pentas drama di taman kesenian dekat kampus kami.

Pria itu langsung membuat Key jadi jatuh hati, membuat Key kadang rela tidur bermalam-malam, hanya untuk membalas chat pria itu. Pitra mungkin adalah satu-satunya pria yang beruntung dari banyaknya pria yang jatuh hati pada Key, karena Pitra mampu membuat Key menerima Pitra apa adanya.

Akupun tak tahu apa yang istimewa dari Pitra, tapi yang jelas, Key telah menjadi kekasihnya. Aku juga turut bahagia kala itu, karena bagiku, ada yang bisa dan paham dengan jalan pikiran Key yang rumit, apalagi mampu menjadikan dia kekasih dan Key tak bersedih lagi, itu artinya juga membahagiaakan hatiku, sebagai sahabatnya.

Key menikmati kehidupannya bersama Pitra, namun entah kenapa, suatu hari Key mendatangi kamarku, dan menangis memberitahukan bahwa Pitra baru saja memutuskannya. Padahal saat itu, aku baru saja bangun pagi dan belum sempat mandi untuk pergi ke kampus.

Kehidupan bahagia itu sungguh tidak lama, seminggu ku rasa, atau kurang, akupun lupa. Intinya Pitra telah menyakiti hati Key.

Key menangis begitu dalam, aku sebagai seorang wanita sama seperti Key, juga merasakan kesedihan itu. Tapi yang tidak kupahami dari Key adalah satu. Meski begitu, dia tetap sayang dan tetap mencintai Pitra.

Beberapa hari setelahnya, Key masih sering berkata padaku, bahwa ia akan tetap menerima Pitra jika Pitra masih menembaknya kembali. Aku ingin bilang kalimatku tentang pikiran Key yang rumit, namun entahlah, aku tak ingin merusak kebahagiaan temanku yang satu ini.

Dan benar, Key dan Pitra kembali bersama. Malam itu pria pesakitan itu kembali menembak Key dengan cara yang sama, melalui chat sosial media yang sama, Key kembali senang, dan menerimanya. Ku pikir itu menjadi kali kedua yang tidak akan disia-siakan oleh pria itu untuk mendapatkan hati Key, namun dugaan ku salah, pria itu kembali memutuskan Key dengan cara yang sama pula di waktu yang sangat ekstrim, yakni pagi harinya.

Jika aku jadi Key, mungkin aku akan melupakan pria bajingan itu sekarang juga. Tapi Key tidak, aku tak tahu pria itu memakai jimat apa, tapi sungguh, jika benar iya memakai jimat, jimatnya sangat mempan dengan Key. Meski begitu, sakit hati yang ada, tidak pernah bisa membuat Key menghapus nama Pitra dihatinya.

Key sakit hati, tapi tetap mencintai.

Suatu malam yang indah, aku bertemu dengan kawan baruku Defri. Defri baru kukenal saat sama-sama mengikuti suatu kegiatan camp antar pemuda di kota kami. Dia pria rame yang suka merusuhkan keadaan sekitar. Ia kadang menjadi ice breaking, kala suasana membeku akibat tidak punya bahan diskusi.

Defri berkacamata pula, dia adalah pemain gitar handal yang baru aku kenal. Jari jemarinya sungguh indah kala menekan fret demi fret gagang gitar. Akustik, listrik, semua dimakan olehnya. Kalau boleh aku lebay sedikit, mungkin dia setara kemampuannya dengan pemain gitar terhebat di dunia yang pernah aku tau, yaitu Rhoma Irama.

Dia pemusik yang memiliki ambisius, dan dia mengajakku untuk bermain satu band dengannya. Dia tertarik dengan suaraku yang indah, katanya.

Malam itu pertemuan kami pertama kali untuk berdiskusi tentang band. Defri membawa temannya Nico sebagai drummer, sedangkan aku ditemani oleh Key bertemu dengan Defri.

Malam itu perbincangan kami sangat hangat, tatapan mata Defri ke Key memang beda. Namun Key ke Defri, mungkin biasa saja. Aku merasakan ada yang beda di harapan Defri, mungkin jatuh hati pada Key, atau entahlah, yang jelas, selepas malam itu, Defri langsung meminta kontak Key untuk berkomunikasi.

Aku memiliki harapan besar dengan Defri. Karena aku yakin Defri terbaik untuk Key, namun Key tetaplah Key, dia punya hati yang rumit untuk ditebak. Tidak tahu untuk siapa, tapi yang ku tahu adalah Key pasti akan mendapatkan yang terbaik.

Defri mungkin pria yang tidak malu-malu seperti Pitra, baru dua hari ia mengenal Key, Defri sudah berani mengajak Key makan bersama. Meski sederhana hanya sebatas nasi goreng dipinggir jalan, tapi pergerakan Defri, cukup bisa dibilang gesit untuk perkenalan yang begitu singkat.

Aku hanya tahu sedikit tentang Defri, dia hanyalah pria yang suka disakiti banyak wanita, ditinggalkan begitu saja, atau bahkan ditolak begitu banyak. Terlatih patah hati, mungkin itulah dia. Dia selalu tersenyum dikala mengingat semua wanita yang pernah pergi meninggalkannya. Wanita-wanita yang meninggalkannya mulai dari sekedar wanita itu tidak suka jika melihat Defri jalan dengan membawa tas kecil, sampai pada permasalahan beda agama.

Aku hanya berharap Key dapat membuka hatinya untuk Defri, setidaknya Pitra sudah tak terlalu baik dimataku untuk Key.

Seminggu mereka berkenalan, sudah tiga kali Defri mengajaknya jalan, tidak hedon, hanya sekedar makan pinggir jalan, dan menonton pertunjukkan seni di taman kesenian. Aku selalu tersenyum dikala Key, mau diajak Defri jalan bersama.

Tapi disisi lain, aku jadi merasa takut dan kasian pada Defri. Karena aku yakin dan percaya, bahwa Key masih belum bisa melupakan Pitra, dan mungkin, jika Pitra kembali datang dan menyatakan cintanya pada Key, Key pasti akan ketiga kalinya merima Pitra. Semoga tidak, tidak, tidak, tapi ternyata iya.

Tepat dua minggu Defri dan Key berkenalan, malam itu Pitra kembali seperti biasa, datang dan mengatakan hal yang manis dan selalu meluluhkan hati Key. Key kembali di tembak dengan cara yang sama untuk ketiga kalinya.

Dan dihari yang sama pula, Key baru saja mendapatkan pernyataan cinta dari Defri, setelah mereka berdua baru saja menonton film di bioskop. Defri tidak langsung mendapatkan jawaban, namun tidak dengan Pitra.

Kadang dunia tidak begitu adil, begitu juga dengan cinta. Dengan cara yang sama, dan dengan cara yang tidak begitu istimewa, Pitra kembali diterima oleh Key untuk ketiga kalinya.

Ada satu rasa yang menusuk hatiku sebagai seorang sahabat Key, ingin mengatakan pikirannya yang rumit, namun sekali lagi aku hanya teman yang tidak mampu berkata lebih apalagi urusan cinta.

Namun pagi ini, awan yang menangis, membuat dia terlihat sedih. Tidak, Pitra tidak kembali memutuskannya melalui chat media sosial, tapi entah mengapa, kulihat Key begitu merasakan ada kesalahan besar dipikirannya.

Rencananya malam ini dia akan jalan bersama Pitra, tapi hujan seperti mengalangi rencana manis itu. Dia bersedih bukan karena mungkin rencannya akan gagal bersama Pitra, tapi ada sesuatu, aku rasa ada sesuatu.

Tak lama Key turun, ketika melihat motor Pitra bersama orangnya datang. Tidak ada kebahagiaan, muka Key datar penuh beban. Ia turun dan membukakan pagar untuk Pitra agar bisa berteduh sejenak dibawah halaman kotrakan kami.

Entah mengapa kakiku, seolah memerintahkan untuk turun tangga lantai dua kontrakan kami, dan kulihat Pitra telah masuk kontrakan diajak Key duduk di ruang tamu. Tapi belum saja mereka duduk, motor butut Honda impressa di bawah hujan datang ke rumah.

Aku bergegas mendatangi orang asing tersebut, matanya terlihat lebam seolah habis menangis, diguyur hujan mungkin air matanya telah habis.

Motor itu aku kenal, motor butut sederhana itu adalah milik Defri, tapi entah mengapa orang yang ada diatasnya, sama sekali bukan Defri.

Pria itu mendatangi ku, dia mencari Key, namun ku katakan bahwa Key sedang ada tamu. Lalu pria itu mengatakan sesuatu yang membuat sekeliling hujan seraya berhenti ikut mendengarkan perkataan orang asing ini.

Setelah ia selesai berbicara, aku langsung memalingkan badanku ke arah pintu kontrakan yang masih terbuka, melihat sosok Key dan Pitra yang entah dari kapan sudah berdiri di depan pintu masuk seolah menunggu orang asing itu selesai berbicara.

Dengan lantang aku berteriak tanpa sadar hujan semakin deras.

“KEYYYYY, pikiran serta hatimu terlalu rumit! kau mencintai orang yang salah! kau baru saja melupakan orang yang baru saja berusaha mendatangimu hari ini, dia telah ditelan hujan malam ini, dan bercinta dengan jalan. Otaknya pecah dan dia telah mati!”

Key menatap mataku dalam dari kejauhan, tanpa sadar, sekarang hujan itu telah pindah ke dalam mata Key “Defri!!!!” tangisnya.

6 comments: