Dihembuskannya kepulan
asap sial itu dari mulutnya, dia tak suka seperti itu. Tapi, ketika lelah sudah
menghampirinya tanpa ampun seperti hari ini, kepulan itu, akan terjadi, ya.....
paling-paling hanya dua sampai tiga hisapan, setelah itu, rokok yang bermerk
urutan angka seperti film WiroSambleng itu segera ia matikan.
Dia bukan perokok
memang, namun hidupnya tidak terlalu sehat. Ia masih muda, namun sudah memiliki
pekerjaan yang cukup berat, maklum dia harus produktif dan menunjukkan kinerja
keras supaya nanti diumur yang sudah agak tuaan, dia sudah mampu menjadi bos di
perusahaan tempat ia bekerja.
Ia terduduk di sofanya
ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dia nyalakan TV 21 inch miliknya,
sembari tetap menempelkan seluruh badannya disandaran sofa. Acara TV malam
seperti ini benar-benar tidak ada yang mendidik, channel yang satu nyiarin
sinetron, channel satunya lagi nyiarin joget-joget, channel berikutnya nyiarin
berita ngedukung pemerintah, dan channel satunya lagi malah ngehunjat
pemerintah.
Andai kata bukan karena
letih, mungkin ia akan membaca buku saat ini, karena satu-satunya yang bebas
dari hal bodoh seperti di TV hanyalah buku, sayang, matanya sudah terlalu bosan
melihat deretan huruf dan angka pada halaman buku.
Dia biarkan TV menyala,
namun pikirannya melayang kemana-mana.
Selain menonton TV,
serta menghisap rokok, satu lagi yang biasa ia lakukan untuk membunuh
kelelahnya, yakni memikirkan beberapa wanita yang dekat dengannya.
“Alicia”, kata Erman
dalam hati. Alicia adalah wanita yang manis, teman satu kantornya. Dia baru dua
bulan ini masuk kerja, menggantikan Ibu Reti yang terlalu tua untuk pekerjaan
yang cukup banyak, selain cukup tua ibu Reti mengundurkan diri karena tiba-tiba
dia terserang penyakit yang cukup mengejutkan, sebelum di vonis dengan stadium
yang terlalu tinggi, ia pun memutuskan untuk resign. Yap, ibu Reti terserang
penyakit flu, kadang flu bagi orang yang terlampau tua memang seseram itu.
Selain Alicia baru dua
bulan ini masuk kantor, baru dua bulan ini juga Alicia sudah masuk kedalam hati
Erman. Dari awal dia masuk kantor, dia sudah mulai tertarik menatapnya, bibirnya
yang tipis, dengan lipstik pink yang tipis pula, membuat Erman kadang suka
memikirkan hal-hal jorok kalo bertemu dengan Alicia.
Rok hitamnya yang pas
selutut dan ketat, kadang membuat hatinya dagdigdug. Bukan tanpa usaha, Erman
tidak membiarkan Alicia berdiam begitu saja di luar hatinya, bahkan Alicia
sudah masuk, dan menetap di dalam hatinya.
Baru sebulan kenal,
Erman sudah mampu membuat Alicia jatuh hati. Maklum dia sudah ditakdirkan Tuhan
untuk tampan, rambutnya yang gampang untuk di sisir rapi ke belakang dengan
tambahan pomade membuat wajahnya terlihat ekslusif. Kacamatanya yang besar
namun elegant, membuat wajahnya makin terlihat maskulin, apalagi jenggot
tipisnya yang rapi, menambah nilai lebih pada wajahnya.
Badannya memang tidak atletis,
maklum, dia bukan orang yang suka olahraga. Tapi wanita tidak pernah memikirkan
itu, yang paling penting bagi wanita-wantia yang Erman dekati adalah, dia,
orang yang sangat jago menggoda. Wanita akan cepat leleh dengan goda-godaanya
yang jitu itu, termasuk juga Alicia.
Alicia bahkan sudah tau
bahwa Erman suka padanya, dan itu yang membuat Alicia sempat memberikan apa
yang dia punya pada pria itu. Saat kantor kosong, dan kebetulan Alicia dan
Erman sedang lembur bersama, sebelum pulang, dia sempat berpapasan dan ngobrol
sebentar di dapur, sekedar menaruh gelas bekas kopi peneman lembur malam itu.
Obrolan yang santai
serta ditambah dengan goda-godaan jitu Erman, membuat Alicia luluh, bahkan tak
di sangka, Alicia memberikan kecupannya pada Erman. Pertama Pipi, lalu naik dahi,
dan merampat hingga pada kecupan nafsu ke bibir Alicia. Andai, bukan karena
kucing hitam jomblo yang selalu berkeliaran di kantor tidak menggangu kemesraan
itu, bisa jadi mereka akan bercinta di sana. Ternyata masih ada yang ingin
menolong mereka.
“Sial”, Katanya sedikit
kesal, sembari menatap langit-langit
rumah dikala berkhayal.
Selepas kejadian itu,
Alicia berubah total. Setiap bertemu dengannya, Alicia selalu menghindar dan
seolah tidak kenal dengan sosok Erman. Entahlah, apakah dia marah karena Erman
tidak menyelesaikan tugasnya malam itu. Tapi yang jelas, malam itu memang salah
Erman, karena Erman lebih baik tidak bahagia sama sekali, ketimbang harus bertemu
dengan kucing.
Kenyataan pahit memang
harus Erman pikul, bahwa hidup mengatakan, Erman phobia terhadap kucing sejak
SD.
Mungkin Alicia ilfil,
karena Alicia nggak mau punya pendamping hidup seorang pria yang tidak berani
dengan kucing. Tapi, Erman tidak memikirkan itu.
“Alicia.....Alicia....Untung
ada Tika yang datang menghiburku”, kembali Erman melayang memikirkan tentang
Tika, wanita yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, hanya sekedar 2 gang dari
tempat tinggal Erman.
Saat Erman sedang asik
mengerjakan tugas kantor di salah satu minimarket sembari meminum beberapa
softdrink, snack kacang-kacangan, dan permen kaki, wanita itu tiba-tiba duduk
di meja Erman.
“Boleh saya gabung di
meja ini? Kebetulan meja lain penuh, dan saya liat mas sendirian aja, apakah
boleh saya duduk?”, katanya pada Erman yang sedang sibuk mengutak-atik
kerjaanya di macbook putih miliknya.
“Silakan saja”, sambut
Erman manis.
Ternyata Tika adalah
seorang mahasiswa S2 yang kebetulan menyewa rumah di dekat rumah Erman. Selain
mahasiwa, dia juga bekerja sebagai seorang desaigner lepas untuk beberapa
perusahaan di luar negeri. Beberapa desaignya memang sangat menggoda iman,
saking luar biasa indahnya. Tapi, bukan cuma hasil desaignya saja, diapun, juga
suka menggoda iman, saking mempesonanya.
Tika adalah seorang
wanita yang memang sedikit agak tomboy, rambutnya yang bob sebahu, badannya
yang sedikit berisi, dan selalu mengenakan celana, membuat ia terlihat bukan
seperti wanita pada umumnya, namun, auranya tetap anggun.
Erman bahkan sempat
beberapa kali mampir kerumahnya, dan kebiasannya yang selalu menggunakan celana
super pendek kalau berada di rumah, dan selalu menggenakan kaos putih polos,
kadang membuat otak Erman yang nista itu, selalu di paksa berputar-putar keras
ke angkasa.
Tak cuma Erman saja,
mungkin Tika juga begitu, entah apa setiap orang yang datang kerumahnya selalu
disuguhkan dengan pakaiannya yang seperti itu, atau hanya pada Erman, tapi
jujur, itu semacam kode yang diterima baik oleh Erman.
Bukan kesempatan yang
disia-siakan oleh Erman, sebagai pria kotor yang suka mengkhayal, dikala hujan
datang dan ia terjebak dirumah Tika, iapun mendapatkan apa yang ia dapatkan
dari Alicia. Kecupan pipi, dahi, serta bibir dari Tika didapatkan Erman di
ruang tamu rumah yang memang hanya ditinggalin Tika sendirian.
Di kala baru saja Erman
mencoba melucuti bajunya, dan ingin melanjutkan ke celana, tiba-tiba saja ada
aungan kucing yang ternyata peliharaan baru Tika, Erman lalu lari terbirit-birit
dan meninggalkan rumah itu dibawah guyuran hujan sembari telanjang dada,
kembali kerumah dan melupakan semua tentang Tika.
“Hahahaha, Bodohnya
aku, kenapa harus selalu takut dengan kucing. Padahal aku bisa mendapatkan
kebahagiaan dua kali, andai saja tidak ada kucing mengganggu ku hari itu.”
Pria itu kembali
menarik nafas panjangnya, mengepulkan ke udara, meski sudah tidak ada lagi asap
di dalamnya, dia memikirkan betapa kotor pikirannya.
“Apakah aku masih bisa
membersihkan semua ini? Mungkinkah Tuhan mengampuni dosa-dosaku?”, ujarnya
dalam hati, mengelah nafas panjang, dan kembali membuangnya.
Tak lama, ada sosok
wanita kurus dengan tinggi yang sama seperti Erman. Mendatangi ruang TV dan tiba-tiba
mematikan TV, dan berdiri dihadapan Erman.
“Jangan dibiasakan deh,
kalau pulang itu enggak salam. Salam kek, atau berusaha bersuara, atau apa
gitu, biar kaga kaya hantu yang lagi kalah pamor sama serigala.”
“Iya deh, maaf... Si
Rasya udah tidur ?”, ujar Erman pada wanita itu.
“Udah, barusan aja,
kasian tu, abis pulang dari sekolah tadi, badannya langsung nggak enak. Ya
udah, aku masuk kamar duluan ya.”, ujarnya sembari menuju ke kamar tempat biasa
Erman tidur, sebelum masuk ke kamar, ia kembali menoleh menatap Erman, diam
sebentar, lalu berkedip.
Erman langsung berdiri,
dan menarik dasinya dari baju, dan mulai membuka kancing-kancing baju biru
mudanya, sembari masuk ke kamar tempat wanita tadi masuk.
“Nampaknya aku akan
bermain malam ini sembari memikirkan dua wanita itu, kuharap tidak ada kucing
malam ini, karena aku tau, keluarga kecil ku ini tidak ada yang suka dengan
kucing.”, ia masuk dan mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.
Hahaha, kayaknya kucing itu dikirim sama Tuhan. hhehe.... :v
ReplyDeleteSalam kenal, bung.
http://penjajakata.com/
Sepertinya begitu bung, siap... Walking on the way
Delete