Itu mungkin yang bakal saya bilang ke semua orang yang mungkin punya cita-cita.
Saya masih ingat banget dulu pertama saya gak tau tentang Stand Up Comedy, dimana saat itu saya abis pulang dari PKL ( Praktek Kerja Lapangan ) di salah satu hotel berbintang di Samarinda.
Ketika letih masih menyelimuti saya, saat jam masih menunjukkan pukul setengah 12 malam saya baru saja bisa menyentuh nasi untuk makan, sembari menonton acara yang belum pernah sama sekali saya lihat, STANDUPCOMEDY Show di Metro TV. Saat itu komika ( sebuatan untuk pelaku stand up comedy ) yang bernama Jui Purwoto benar-benar membuat saya malam itu kepikiran dan akhirnya memutuskan ingin kelak seperti dia untuk bisa menghibur banyak orang dan melupakan sejenak masalah dunianya.
Saat itu saya belum ngerti apa itu stand up comedy, setelahnya baru saya mencari tau apa itu. Lalu bagaimana perkembangannya di Indonesia, sampai akhirnya saya melihat ada acara stand up comedy yang live langsung di depan mata saya, yang acaranya di buat oleh salah satu komunitas Stand Up di Samarinda, yaitu StandUpSMD.
Acara yang bertajuk Tawa Dari Timur Borneo itu menampilkan 5 comic, tapi di malam itu saya kembali termotivasi untuk benar-benar berani belajar menjadi comic saat melihat sesosok comic ketika malam itu.
Comic ketiga, Pria misterius yang naik panggung dengan bayang-bayang ujung topi yang menutupi seluruh matanya, benar-benar seram, tapi saat bit awal yang menceritakan betapa malangnya nasib dia yang menjadi seorang adik comic yang terlebih dulu sukses benar-benar membuat kami penontonya tertawa lepas dan lupa dengan masalah yang kami hadapi. Di malam tepat tanggal 25 Januari 2014 saat itu, saya kembali ingin jadi comic dan serius pengen belajar, meski saat itu belum ada waktu rasanya atau mungkin belum berani untuk berpijak dan belajar bersama dengan komunitas itu.
Terus berlalu, beberapa event berikutnya yang StandUpSMD buat, saya tonton. Lalu saya juga sempat membeli dua buku yang benar-benar membulatkan tekad untuk belajar dan serius di dunia ini.
Pertama ada bukunya Ramon Papana - Kitab Suci
Dan buku kedua yakni bukunya Ernest Prakasa - Dari Merem Ke Melek ( Catatan seorang Komedian )
Dua buku itu saya baca dalam waktu dua hari, saking betapa seriusnya saya dan betapa pengennya saya berhasil di dunia standupcomedy ini.
Bahkan setelah selesai membaca buku itu di tanggal 1 Maret 2014 saya tempel cover box buku Ernest itu di kamar saya dan selalu saya berharap kelak bisa satu panggung dengannya. Tapi sayang, cover itu gak bisa di tempel di dinding lagi karena kamar saya harus di bongkar, tapi sekarang cover itu tetap saya taruh di sela-sela saya menaruh baju, agar bisa terus termotivasi dan berharap bisa merealisasikan mimpi itu kelak.
28 Maret 2014 adalah openmic pertama saya.
Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan, pengalaman yang mengajarkan saya apa itu Stand Up Comedy sebenernyanya dan betapa susahnya.
Pertama kali OpenMic lumayan ada yang ketawa, tapi gak tau itu benar-benar lucu, atau sekedar penghargaan semata bagi yang baru mencoba seperti saya. :D
Lalu saya mengalami OpenMic kedua, ketiga, keempat, dan banyak lagi OpenMic saya yang hasilnya semua, nyaris bomb alias tanpa tawa. :)
Tapi saya gak berhenti berharap dan terus belajar. Saya masih ingat betapa besarnya cita-cita yang saya tempel di dinding kamar saya.
Lihat video, dengerin hasil rekaman saya stand up yang semua gak lucu. Dari situ saya sedikit belajar, belajar dan itu berlangsung lumayan lama.
Nyaris setahun tak berhasil-berhasil membuat orang lain tertawa sebenernya berat untuk menerima kenyataan itu. Saya pengen banget untuk berhenti, dan mungkin gak mau menginjakkan lagi kaki di atas panggung Stand Up Comedy. Tapi ini yang saya gak tau kenapa, besar cita-cita saya di dunia ini, dan besar harapan saya lebih besar dari pada dulu ketika saya bercita-cita buat jadi pemain band atau jadi chef sukses.
Stand Up Comedy benar-benar sudah masuk di otak saya, dan kayanya susah untuk meninggalkan, jadi bomb ( alias tanpa tawa ) kayanya harus saya terus telan, paling tidak sampai saya tau bagaimana merubah itu menjadi Pecah ( alias lucu ).
Bariq teman di komunitas, adalah orang yang menurut saya membukakan jalan keluar. Buku saran dari dia setidaknya membuat saya tau "Apa sih yang bikin orang itu ketawa".
Buku Greg Dean - Step By Step Stand Up Comedy yang dia pinjamkan pada saya, saya selesaikan dan saya serap maksudnya. Dan mungkin bisa di bilang sekarang saya "Sedikit" tau. bagaimana caranya, meski tak banyak tapi saya yakin ini awal.
Selain buku ini, comic yang satu ini juga membuat saya sedikit paham bagaimana membuat sebuah materi yang mungkin bisa di pelajari sama orang seperti saya. Comic ini juga berpengaruh terhadap pemahaman saya dengan dunia stand up comedy. Saya tak pernah bertemu dengannya, tapi saya juga berharap kelak bisa satu panggung stand up dengannya. Dia adalah INDRA FRIMAWAN. Comic yang saya tonton di acara LIGA KOMUNITAS STAND UP COMEDY di KOMPAS TV.
Setelah itu saya mulai belajar, menulis materi, dan memperbaiki cara saya tampil. Dan mungkin bisa di bilang berhasil, dan setidaknya tidak terlalu parah nge-Bombnya. :D
Tak terasa juga, saya sudah hampir Satu tahun ada di StandUpSMD. Dan acara #KomediPuncak adalah acara yang mungkin bisa merealisasikan mimpi saya.
KomediPuncak adalah event kompetisi stand up comedy pertama dari StandUpSMD yang nantinya juara dari sini bakal jadi opener Ernest Prakasa di Tour #HAPPINEST di Samarinda.
Sebenarnya saya pengen banget mengisi nama di kolom Featuring 3 comic Stand Up Comedy Samarinda itu. Tapi apalah daya. :)
Saat pagelaran #KomediPuncak di mulai, ada sesi audisi terlebih dahulu. Hanya 12 orang yang bakal masuk dari 30 peserta yang daftar malam itu.
Saya jadi penampil nomor 25 ( kalo tidak salah :) ) .
Awalnya 1 golden tiket keluar, lalu dua, tiga, dan seterusnya. Sat giliran saya, entah kenapa tradisi lama saya kambuh. dari 4 bit ( bahan dalam Stand up comedy ) yang saya siapkan, dan hanya 3 bit yang saya bawakan semua tanpa tawa, dan alhasil, saya gak dapat golden tiket .
Awalnya saya pikir mungkin waktunya saya pulang dan mungkin mengakhiri perjuangan.
Setahun saya belajar, tapi untuk masuk dalam jajaran kompetisi saja saya tak bisa. Saya kembali ke tempat duduk dengan banyak beban. Sampai akhirnya peserta ke 30 dan golden tiket yang keluar hanya sisa 2.
Juri malam itu bang Setiawan Yogy dengan Iqsan akhirnya mutusin buat memberikan 4 orang kesepatan untuk memperebutkan 2 sisa tiket.
Entah mungkin Tuhan belum ngijinin saya pulang dan nyerah, nama saya di panggil buat nampilin 1 bit yang bisa membantu juri untuk mutusin mau memberikan kepada siapa sisa tiket itu.
Ke empat-empatnya menampilkan 1 bitnya, dan saya juga menampilkan bit sisa yang seharusnya saya bawakan tadi, tapi karena lupa, sekarang waktu saya keluarkan. Dan wualaaa..... 1 bit yang saya lupakan itu ternyata pecah dan membuat orang setidaknya tertawa.
Saya diijinan untuk berkompetisi di #KomediPuncak, dan saya dapatkan golden tiket.
Memang mungkin KomediPuncak hanyalah simulasi kompetisi yang di buat oleh StandUpSMD untuk mempersiapkan para comicnya agar kelak saat masuk kompetisi serius seperti SUCI di Kompas TV agar tidak kaget dan bisa menampilkan yang terbaik.
Tapi bagi saya ini bukan sekedar main-main.
Cita-cita dan keinginan saya untuk bisa satu panggung dengan Ernest Prakasa masih besar. Cover boxnya masih di kamar saya dan menanti kelak di turunkan sembari saya berkata "Saya udah bisa mencapai ini".
Saya pulang dengan dua perasaan di malam itu ketika saya mendapatkan golden tiket saya.
Pertama saya senang.
Kedua saya binggung, apakah ini golden tiket yang di berikan hanya karena kasian atau bagaimana.
Tapi itu yang memotivasi saya untuk bisa menampilkan yang terbaik di putaran - putaran berikutnya di KomediPuncak nanti.
Show pertama berlangsung.
Dengan rasa takut, saya naik panggung malam itu untuk menunjukkan kalo saya ingin menampilkan yang terbaik dan membuktikan kalo golden tiket yang saya dapatkan tidaklah hanya pemberian karena kasian semata. Saya harus menunjukkan saya bisa.
Saya naik panggung, dan ..........
Alhamdulillah, penonton tertawa dan malam itu saya selamat dari eleminasi. :)
Oh ya, di KomediPuncak ini juga, saya mendapatkan sedikit harapan kecil saya.
Dulu sebelum saya masuk StandUpSMD saya teringat dengan comic ketiga di Tawa Dari Timur Borneo saat itu. Inul, begitulah panggilannya.
Saya pernah berharap di tahun yang berbeda saya ingin sekali bisa sharing dan bengkel bahan standup saya dengan dia. Dan mungkin Tuhan tau harapan kecil saya saat itu, disaat saya belum kenal sekali dengan orang itu, dan di tahun berikutnya sekarang saya di mentoring dengan dia di kompetisi #KomediPuncak.
Entah ini kebetulan, atau emang begitu naskah Tuhan.
Ini mimpi, dulu tak kenal dan hanya menonton dia di panggung, sekarang sudah bisa sharing bareng dan kasi masukkan di bahan standup saya di kompetisi.
Kembali ke KomediPuncak.
Show 2 berlalu, Show 3 berlalu, show 4, show 5, show 6 semua berjalan dengan lancar. Semua saya hadapi dan semuanya lumayan bisa menampilkan yang terbaik.
Disaat sudah 4 besar, dan mungkin selangkah lagi saya bisa masuk 3 besar, dan mungkin 2 besar dan berhak jadi opener Ernest di #HAPPINEST, saya terjatuh.
Show 7 Mungkin adalah show yang gak bisa saya lupakan.
Show yang bertema musik itu, benar-benar membuat saya jatuh.
Entah kenapa dimalam itu saya buruk penampilannya, hanya di awal orang tertawa dan sisanya dalam waktu 5 menit itu, bomb dan harus mendapatkan komentar pedas yang berujung pada pemulangan saya di kompetisi malam itu.
Saya pulang ke rumah dengan banyak pertanyaan yang saya kirim ke diri saya sendiri. Pertanyaan "Kenapa saya buruk malam ini ?, "Kenapa saya harus memberikan bit itu ?", "Kenapa..." "Knapa.... dan kenapa ?"
Pulang dan saya menatap cover box di kamar saya, saya betanya, apakah bukan saat ini untuk saya menurunkan cover box buku itu dari kamar saya, sembari saya mengucapkan kalo saya udah berhasil.
Saya banyak bertanya, tapi mungkin saya tau jawabannya.
Mungkin Tuhan belum ingin saya berhenti belajar, dan berjuang saat ini.
Belum saatnya puas diri, dan mungkin belum saatnya menurunkan cover itu, karena belum saatnya juga dia turun dan menurunkan motivasi diri saya.
Tapi namanya gagal saya bersedih dalam sehari.
Tapi saya tau, saya sudah banyak mencapai harapan-harapan kecil saya saat ini. Mimpi yang mungkin dulu hanyalah sekedar mimpi.
Bergabung di StandUpSMD.
Bisa menampilkan dan menghibur orang.
Nisa membuktikan kalo Golden Tiket saya di KomediPuncak bukan karena pemberian kasian.
Lalu bisa sharing bareng dan combud ( bengkel bahan stand up ) bersama orang misterius yang saya tonton di Tawa Dari Timur Borneo si Ahmad Ihsanul Hakim ( alias Inul ).
Dan itu semua dulu mimpi.
Di tahun 2013 di bulan Desember, itu semua hanya mimpi.
Saya gak berpikir itu bakal benar-benar terealisasikan.
Dulu hanya nonton mereka di TV dan membuat orang lain tertawa, tapi sekarang saya sudah bisa membuat orang lain tertawa meski belum ada di TV :D
Tapi kalo ada usaha, ya sekarang setidaknya udah bisa terealisasikan sebagian.
Setidaknya tulisan ini saya buat untuk temen-temen sekalian.
Kalian jangan takut bermimpi, kecil atau besar, berusahalah untuk melalukan dan berusahalah untuk terus belajar agar kelak bisa mencapai semua yang kalian inginkan.
Gak ada yang gak mungkin.
Kalo gagal, berdiri lagi sob.... cari tau kenapa kalian gagal dan kembali ke track untuk terus berjuang sampai akhirnya nanti Tuhan berkata kalo kalian udah finish.
Gak ada yang namanya berhenti.
Karena kalo kita udah berhenti Berjuang artinya kita juga udah berhenti untuk Berhasil.
Sekali lagi di tulisan ini saya pengen bilang sama bang Inul makaih untuk motivasi dan waktunya udah mau combudin bahan Stand Up Saya selama di KomediPuncak. :D
Sekali lagi Mungkin Kompetisi ini remeh di mata banyak orang, tapi bagi saya ini kompetisi pembuktian, sehingga saya pribadi sangat penting dan merasa gagal ketika saya gak berhasil.
Karena di suatu hal yang kecil, mungkin di sebagian orang adalah hal yang besar di hal yang kecil itu.
Saya Pandu Pratama Putra
Terima kasih udah mau baca.
Jangan takut bermimpi kawan, karena mungkin kelak mimpi itu bakal terwujud.
Percayalah. Percayalah.
:)
#PandaMuLangit