Indonesia tidak lama lagi akan mengalami sebuah
situasi yang disebut dengan bonus demografi[1].
Bukan hanya namanya saja yang berbau-bau unsur bonus, namun kenyataannya pun demikian.
Diperkirakan pada tahun 2020-2030, Indonesia akan mendapatkan fase tersebut
lagi setelah pada tahun 1980an.
Indonesia akan berada pada situasi yang sangat
beruntung karena penduduk usia muda atau produktif jumlahnya akan lebih banyak,
ketimbang penduduk usia tua dan anak-anak yang tergolong sebagai non-produktif.
Jumlah penduduk usia produktif ini sangat menguntungkan bagi Indonesia dalam
upayanya untuk membangun pembangunan karena sifat ketergantungan yang semakin
sedikit. Para ahli menyebut semua ini dengan istilah windows of oppurtunity atau jendela peluang untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Sayangnya, hal tersebut masih belum banyak
diketahui oleh masyarakat luas, begitu pula dengan anak muda. Sehingga tidak
salah apabila kelak, bonus demografi ini tidak akan pernah ada untungnya sama
sekali bagi masyakarat Indonesia.
Tidak adanya persiapan pada diri anak muda,
menyebabkan mereka tidak pernah mengerti untungnya, bahkan adanya bonus
demografi ini. Sehingga hal yang paling mendasar untuk mengubah ketidaktahuan
anak muda ini semua agar benar-benar dapat kita manfaatkan kedatangan bonus demografi
adalah dengan menyosialisasikan pemahaman tentang bonus demografi itu sendiri.
Sosialisasi pengetahuan tentang bonus
demografi tidak hanya tanggung jawab pihak pemerintah saja, tetapi oleh semua
pihak terutama kaum muda yang menjadi point sentral dari bonus demografi itu
sendiri. Sebagai anak muda yang merupakan bagian dari masyarakat, juga harus
saling menginformasikan tentang kabar bonus demografi ini dengan cara sederhana,
kreatif, efektif dan efisien. Beberapa cara sederhana dan kreatif ini,
barangkali mampu memberikan pengetahuan bagi anak muda lainnya yang belum
mengetahui dan akan terus menyebar seperti efek domino.
Anak muda sebagai agent of change[2]
dapat menyosialisasikan bonus demografi ini dengan berbagai cara ataupun
media antara lain:
1. Melalui Media Sosial
Tidak bisa dipungkiri lagi, media yang paling canggih saat
ini adalah media sosial, baik yang bersifat media chatting seperti Facebook atau Twitter; galeri hobi seperti Youtube
atau Qubicle; sampai ke arsip pribadi seperti Blog atau Wordpress. Pengguna
media sosial bahkan sangat menyebar hingga ke paling terdalam di masyarakat. Facebook
saja misalnya, penggunanya di Indonesia menebus angka 69 juta pengguna pada
Juni 2014[3]
dan terus bertambah 6% setiap bulannya, bisa dibayangkan berapa banyak pengguna
facebook di tahun 2016 ini. Berarti penyebaran informasi melalui facebook saja sangatlah
efisien.
Mengingat itu semua baru dari facebook, belum lagi
pengguna twitter bahkan sosial media lainnya. Sehingga alangkah baiknya ketika
anak muda menyampaikan kabar gembira melalui status atau twit di sosial media
dengan tentunya menggunakan kata-kata yang menarik perhatian. Dengan begitu,
efek domino penyebaran informasi ini akan semakin cepat dan cepat.
Ajakan-ajakan ringan untuk memahami bonus demografi dan
saling berbagi informasi untuk memanfaatkannya kelak adalah sesuatu hal yang
saat mungkin disampaikan melalui sosial media. Kemudian, yang paling terpenting
dari sosial media adalah biaya yang dikeluarkan sangat efisien.
2. Pembuatan Konten Kreatif
Anak muda adalah ladang kreatifitas, semua itu tidak bisa
dipungkiri karena anak muda lebih fresh
dan lebih maju pemikirannya dari pada generasi terdahulunya. Anak muda yang
telah maju dan memahami perkembangan jaman pasti suka membaca dan membuat
komik, penulis cerita yang baik, produser film yang kreatif, bahkan pembuat animasi yang canggih.
Anak muda adalah penggerak. Melalui konten-konten
kreatif, sembari melatih kemahiran berkreatifitas, anak muda bisa menggunakan
materi tentang bonus demografi dan menyampaikannya melalui konten yang mereka
buat secara kreatif tersebut.
Pembuatan film misalnya. Anak muda bisa menggambil tema
tentang bonus demografi, membuatnya dan menyebarkan film tersebut. Keuntungan
selain melatih kemampuan, anak muda juga akan secara tidak langsung membantu
dalam penyebaran pengetahuan tentang bonus demografi itu sendiri. Selain itu,
melalui penyebaran hal baik ini, anak muda tidak lupa akan mendapatkan pahala
yang berlimpah, jika informasi yang mereka sampaikan diserap oleh anak mudalain
dan dipahami, lalu kembali mereka sebarkan ke masyarakat lainnya.
Begitu juga dengan pembuatan komik, penulisan, serta
animasi. Melalui tema bonus demografi, anak muda bisa langsung mengaplikasikan
kekreatifitasannya serta menyebarkan kebaikan. Tentu dengan cara yang
mengasyikan dan tidak membosankan.
3. Diskusi Ringan Pertemuan Teman
Bukan hanya melalui media sosial, sehingga kita lupa
dengan anak-anak muda di sekitar kita. Sebagai seorang anak muda yang memiliki
massa teman yang begitu banyak, ini adalah cara yang paling ampuh.
Hampir separuh dari waktu kita setiap harinya digunakan
untuk berbincang bersama dengan teman-teman, baik di area perkuliahan, ataupun
komunitas dan kelompok diskusi.
Perbicangan tentang bonus demografi juga dapat sekali-kali
disisipkan dalam pembicaraan dengan tidak mendominasi dan tetap dengan cara perbincangan
yang bersahabat, sehingga tidak terasa seperti mengurui. Penyampaian informasi
secara tersirat ini, kelak akan membuat anak muda yang lainnya secara tidak
langsung juga, memahami tentang bonus demografi itu sendiri.
Terlebih, apabila perbicangan bisa lebih serius dan lawan
bicara menanggapi dengan baik tentang isu bonus demografi ini. Hal tersebut
bisa menjadikan peluang besar untuk mengajak anak muda lainnya agar lebih memahami
bonus demografi.
Dengan demikian teman-teman sekitar akan memahami manfaat
dari kedatangan bonus demografi ini, dan mulai menyiapkan diri. Tidak lupa,
penyampaian tentang bonus demografi ini akan terus berefek domino bahkan dari
hanya ruang kecil di sela pembicaraan hal-hal di kampus.
4. Penyebaran Stiker
Mungkin cara yang satu ini agak lebih sedikit bermodal.
Lumayan mahal memang jika kita membuat sebuah ajakan masyarakat untuk memahami
tentang bonus demografi dan menyiapkan diri mereka melalui sebuah tulisan di
dalam stiker. Namun ini akan lebih murah jika kita telah menemukan anak-anak
muda yang juga sepemahaman dan peka akan pentingnya pengetahuan bonus demografi
ini.
Mencari modal bersama-sama, lalu membuatnya dalam stiker
kecil yang berisi ajakan provokatif untuk membuat masyarakat mencari tahu
tentang bonus demografi, sangatlah efisien.
Penyebaran stiker juga harus diseleksi. Penyebaran harus
tepat dan akurat melalui tempat-tempat yang anak muda sekali, seperti di
kampus, taman kota, bahkan tempat-tempat nongkrong anak muda sekalipun seperti
di café.
Hal
ini jelas akan membantu banyak untuk menumbuhkan rasa ingin tahu masyarakat
tentang bonus demografi dan secara tidak langsung, mereka akan menyiapkan diri
untuk menghadapinya.
Melalui cara-cara yang telah dipaparkan tadi,
setidaknya anak muda sudah mulai mengambil langkah pasti untuk bisa membantu
negeri ini, tentu dengan cara yang menyenangkan dan anak muda sekali.
Meski begitu, tidaklah mudah jalan para anak
muda yang ingin menyosialisasikan informasi yang bermanfaat ini. Pasti mereka
akan menemui banyaknya anak muda yang acuh, bahkan menggangap remeh dan
sebaliknya malah mem-bully[4] mereka yang
berusaha memberikan informasi penting ini.
Namun demikian, cara yang kita gunakan tadi
adalah cara yang sangat halus, sehingga dari cara-cara yang dipaparkan di atas
tadi, penulis sudah berusaha untuk menghindari para anak muda yang berusaha
meng-counter kebaikan yang kita telah
sebarkan menggunakan cara yang paling sedikit efek bully-nya. Sebagai anak
muda, kita tidak boleh menyerah dan tetap terus maju untuk menyampikan apa yang
kita percayai benar adanya. Tanpa anak muda yang sadar akan pentingnya bonus
demografi ini, Indonesia tidak akan pernah bisa sukses nantinya. Dari hal kecil,
anak muda harus bergerak.
Kesimpulan
Bonus demografi sangatlah penting, fase itu
akan datang dalam dua kemungkinan, yakni bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Indonesia atau bahkan sebaliknya, hanya lewat begitu saja.
Sudah sangat sewajarnya apabila sebagai anak
muda, kita mulai memahami pentingnya penyebaran informasi tentang bonus
demografi ini, agar setidaknya semakin banyak anak muda yang paham, semakin
banyak pula anak muda yang mulai berbenah diri dan mempersiapkan kedatangan
bonus demografi itu.
Anak muda tetaplah anak muda, anak muda
selalu punya cara-cara yang kreatif dalam memberitahukan, seperti yang telah
dijabarkan di atas tadi. Semua adalah serpihan kecil saja, karena anak muda
memiliki lebih banyak inovasi yang tidak terduga.
Bagaimana pun caranya, anak muda harus mulai
bergerak tanpa pamrih, karena kekayaan di negeri yang tidak seluruhnya kaya
adalah sebuah kejahatan. Tapi kesederhanaan di negeri yang penduduknya sudah
sejahtera secara merata adalah sebuah kekayaan yang hakiki
Referensi
Dwi Prihadi, Susetyo.
2015. “Berapa Jumlah Pengguna Facebook
dan Twitter di Indonesia” dalam http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/
Motivator
Muda Kependudukan 2016
Pandu
Pratama Putra
[1]
Prof. Sri Mutiningsih Adiutomo menjelaskan bahwa periode bonus demografi
merupakan “Window of Opportunity”(jendela
kesempatan) khususnya bagi bangsa Indonesia yang nantinya sulit untuk terulang
lagi di masa depan. Bangsa Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengasah
produktivitas dan pertumbuhan ekonominya. Justru pengaruh dari Bonus Demografi
ini bisa kita rasakan hingga berpuluh-puluh tahun yang akan datang. Fase ini
tidak akan berjalan dengan mulus jika dari rakyatnya sendiri masih cenderung berperilaku
konsumtif, dan membeli produk yang lebih dari yang diperlukan.
[2]
Agent of change atau agen perubahan adalah anak muda yang berperan sebagai
sosok pengubah nasib bangsanya dengan gerakan-gerakan yang kreatif dan
inovatif.
[3] The Wall Street Journal pada http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/
[4]
Menghina