Pages

Labels

Tuesday 12 May 2015

Memantaskan Diri Itu Mungkin

Tengah sibuk di Dunia Kelambu sedikit menguras keadaan fisik saya nih guys, jadi rada susah buat ngepost - ngepost lagi di blog. Tapi kali ini mungkin bisa sedikit menghibur dan membuat renungan - renungan kecil.
Sekali lagi, saya harap, semoga apa yang saya ceritakan tentang Dunia Kelambu tidak terjadi di dunia kalian, semoga. :)

Pernah terfikir gak, ketika masuk kamar, terus liat kaca sambil ngecek-ngecek baju yang lagi di pake, dan terlintas sebuah bisikan di kepala bilang "Baju yang kamu pake gak cocok tuh", terus akhinrya kamu mutusin cari baju baru, dan pake lagi, terus cek lagi, dan begitu lagi, terus begitu sampai akhirnya gak sadar sudah pakai baju tetangga sebelah rumah.

Ya Begitulah kondisi kita manusia, ketika bisa mengkritik diri pribadi dan memantaskan akan kondisi dengan diri kita. Rada berat ye bahasanya ?

Okey-okey.

Memantaskan diri !
Kenapa dengan hal yang satu ini ?

Jujur, baru tadi pagi ( Saat nulis post ini ), ada sedikit hal kecil yang meyakinkan keyakinan saya selama ini.
Saya udah lama bertanya dengan diri pribadi, apa saya ini termasuk dalam golongan apa?
karena di Dunia Kelambu masyarakatnya tergolong menjadi 3 bagian.
1. Bagian atas yang biasa di sebut -Orang Mewah-
2. Bagian menengah yang statusnya kadang masih gak jelas -Orang Menengah-
3. Bagian orang yang layak untuk di bantu -Orang Harus di Bantu-

Sampai hari kemarin, saya terus mencari saya termasuk golongan mana, karena golongan kedua adalah golongan yang kadang bisa mencicipi rasa golongan 1, tapi kadang-kadang bisa mencicipi rasanya jadi golongan 3.

Saya termasuk orang yang lahir di keluarga "alhamdulillah" kalo makan masih bisa lancar dan "alhamdulillah", masih bisa punya rumah sendiri. Tapi terkadang kami merasa "Kurang", bukan karena keegoan kami sebagai manusia yang maunya lebih terus, tapi ini kondisi yang sering dialami masyarakat golongan 2 seperti saya.

Namun awalnya saya gak yakin saya ada di golongan 2 itu, tapi ketika saya ingin mengatakan saya ada di golongan 3 saya juga gak yakin apakah saya "PANTAS" menerima gelar tersebut.

ini yang jadi permasalahannya, masalah kepantasan.

Beberapa post lalu, saya pernah mengangkat permasalahan di sekitar saya tentang pembantuan dana untuk mereka orang-orang dari golongan 3 yang pengen melanjutkan sekolah di sekolah tinggi. Tapi saat itu saya mengangkat tentang mereka yang menurut saya tak pantas, karena mungkin masih bisa masuk di golongan 2 dan bahkan 1 tapi malah dapat bantuan seperti itu.

Saya merasa perlu aja, mungkin untuk diri saya pribadi, atau mungkin juga temen-temen sekalian memahami apakah kita pantas atau tidak untuk sesuatu hal yang mungkin masih bisa di berikan kepada mereka yang ada di golongan 3 tapi tak terjamah.

Hari ini saya sempet membantu salah satu adik kelas saya di sekolah menengah atas, dia seorang yang punya tekat tinggi, kemauan, dan mungkin juga sebuah ambisi yang saya pikir baik. Dia pengen banget buat ngelanjuti sekolah tingginya, tapi ya itu tadi, dana mungkin yang menghalangi.*pikir saya* :)

Awalnya saya berkespektasi bahwa ia termasuk dalam golongan 2, mungkin kehidupannya rada sama kaya saya, mungkin juga bisa di bilang mirip, begitu awalnya saya pikir.

Saya janji bakal kerumahnya untuk bantu-bantu nyiapin data untuk daftar dana bantuan bidik usil biar dia bisa ngelanjutin cita-citanya, tapi sempet di jalanan ekspetasi saya bergentayangan entah bagai hantu atau bagai apa lah, tapi saya terus bertanya. "Bener gak langkah saya membantu dia ? atau malah saya termasuk orang yang akan membantu orang yang sama seperti yang saya ceritakan di post sebelumnya ? saya takut".

Tapi jam menempatkan pukul 10:45, sudah telat 15 menit dari janji saya bakal kerumahnya, bunyi pesan BlueBari juga udah berdering terus, beberapa kali dia ngePING ! sambil bilang "Jadi kerumah apa gak ?".

Tapi tepat di depan gangnya saya berhenti, saya tatap sekeliling rumah, semua bangunan berbentuk semen dan terkesan mewah. oh ya FYI, ini adalah pertama kalinya saya kerumah teman saya ini, jadi saya juga gak tau yang mana rumahnya, dari pesan di BB dia bilang rumah dia kayu yang depannya ada pohon besar. Jadi begitulah saya mencari, karena tak tau yang mana rumahnya. Kanan, kiri, kanan, kiri saya tengok mencari rumahnya yang berbentuk kayu, tapi semua yang saya liat berbentuk semen serta pagar mewah di depannya.

Perasaan saya rada makin gak karuan, memikirkan kepantasan tadi.

Tapi tak lama ada sosok wanita melambaikan tangan memberi isyarat, ia ada disana, tepat di bawah pohon besar itu. Itu teman saya, saya ikuti dan parkirkan motor di depan rumahnya, yang ternyata benar.
Ini di luar dari apa yang saya kira.
Pikiran tentang kepantasan tadi langsung hilang, saya turunkan kaki saya dari motor, lepas helm dan langsung masuk kerumahnya, "SAYA YAKIN KALO BANTUAN KALI INI TAK SALAH"

Dia sambut saya dengan hangat di ruang tamu yang mungkin juga menjadi ruang tempat keluarganya tidur, secepat kilat saya keluarkan laptop dan memintanya agar mencolokkan listrik karena laptop tua ini tak akan pernah bisa menyala tanpa bantuan colokkan listrik.

Saya tak merasa bersalah, saya merasa benar, dan mungkin sangat benar, dia adalah orang yang harusnya pemerintah Dunia Kelambu bantu melalui dana bidik usil.
Data - data yang ada di formulir bidik usil juga membuat saya belajar darinya, kalo ternyata, memang benar, kalo saya mengakui diri saya ada di golongan 2.
Bukan merasa mampu, tapi masih banyak yang lebih butuh dari saya "ternyata".

Banyak yang bilang pada keluarga saya dulu ketika mendengar gaji orang tua yang hanya mencapai 500.000 lalu mereka bertanya bagaimana hidup kalian semua ? padahal kami udah ada rumah pribadi, kenapa dengan uang segitu mereka masih heran.

Lalu bagaimana dengan teman saya ini yang katanya orang tua beliau hanya bisa menghasilkan gaji kisaran 750.000 lalu rumahnya pun harus menyewa sebesar 500.000. Apa kata orang-orang yang bertanya pada saya "Bagaimana hidup kalian ?" dengan teman saya yang satu ini ?

Saya pkir gak ada yang bisa tau bagaimana seseorang bisa hidup dengan rezeki yang "mungkin" bagi sebagian orang yang biasa hidup perbulan dengan gaji 5.000.000, kurang. tapi bagi mereka yang emang begitu keadaanya, ya pasti cukup.

Maslah rezeki saya pikir TUHAN yang atur, bisa hidup atau tidak ya itu emang Tuhan maunya gtu.
Lagian saya pikir, hidup ini berputar, jangan pernah takut, pasti jalan kok, keculi roda itu berhenti ketika nafas udah gak bisa keluar lagi.

So, kembali ke masalah "Memantaskan Diri".
Dari teman saya ini, saya tau dan saya belajar, saya memahami kalo ternyata masih banyak orang yang seharusnya di bantu oleh pemerintah, tapi kadang, mereka yang pantas untuk di bantu, mereka sudah tidak lagi di perhatikan oleh pemerintah. Lalu kondisi ini yang di manfaatkan mereka yang seharusnya tidak layak di bantu, dan malah di bantu. itu yang menjadi perkara saya di post sebelumnya. Akhirnya uang yang seharusnya di gunakan dengan benar, malah di pakai untuk hal-hal yang gak penting.

Saya gak mengatakan kalo saya adalah orang suci, atau mungkin bisa jadi panutan.
Tapi di tahun ini saya belajar sesuatu hal, mereka yang seharusnya di bantu memang tidak terlihat di permukaan oleh pemerintah.
Mungkin karena mereka kurang informasi, atau mungkin penunjang lainnya yang kurang. Atau entahlah.
Tapi seharusnya jika kita bisa "Memantaskan Diri" kita yang golongan masih mampu di golongan 2 apalagi 1, kenapa gak bergerak untuk membantu mereka yang ada di golongan 3 agar bisa menikmati juga sekolah di sekolah tinggi layaknya golongan 1 dan 2 ?

Saya pikir golongan 3 butuh bantuan kita yang golongan 1 dan 2, bukan malah memainkan kesempatan karena golongan 3 gak ngerti, jadinya malah membuat golongan 1 dan 2 makin kaya.

Saya pikir, kita harus memantaskan diri kita. Dan mungkin sedikit membuat pertanyaan dalam diri yakni "APAKAH SAYA PANTAS MENDAPATKAN ITU ?", pertanyaan sederhana tapi jawabannya sangat sulit sesuai hati nurani kita.

Di akhir post ini saya pengen bilang sama temen saya.
Terus berjuang ! Hidup gak berhenti gitu aja, masih banyak jalan untuk merubah, bukan saatnya untuk menyerah. Mungkin banyak yang menganggap sebelah mata kita saat ini, tapi yakin kalo hidup ini adalah roda, tak berhenti begitu saja. Asal kita mau berjuang dan berusaha serta tak lupa berdoa, kelak cita-cita itu pasti muncul jua jalannya.
Jangan menyerah, hidup ini pilihan, selagi saya bisa membantu, saya pasti bantu sebisanya. Karena saya merasa pantas untuk membantu, dan saya merasa wajib bahkan untuk turun tangan menjadi perantara pengenalan antara pemerintah dengan mu.
Apapun hasilnya nanti, itu yang terbaik. FIGHT TEMAN !!!!

Sama buat temen-temen semua baik dari DuniaKelambu atau Dunia kalian sendiri, ayolah lah sob, jangan terlalu egois dan menginginkan seluruhnya ada di hidup kita. Jangan terus menginginkan lebih, padahal masih banyak mereka yang kekurangan.

Jangan terus merasa kurang karena merasa HandPhone gak bisa di pakai selfie terus mau beli yang baru, padahal masih banyak orang di luar sana yang bahkan main game snake aja belum pernah.

Ayolah kita sadarkan diri kita, kita pantaskan diri kita, lalu kita liat orang di sekeliling kita, bantu mereka kalau mereka ada di bawah kita, jika tak bisa bantu dengan dana, bantu dengan tenaga, jika tidak bisa bantu dengan tenaga, bantu dengan semangat, jika tidak bisa bantu dengan semangat, bantu dia dengan doa.

Karena kita diciptakan berbeda-beda kondisi hidup.
Mulai sekarang, ayo kita intropeksi diri, dan coba tanyakan diri kita.
APAKAH KITA PANTAS ?

0 comments:

Post a Comment