Kita di dunia ini hidup
ngak bakal pernah bisa sendirian, ke kanan ketemu orang, ke kiri ketemu orang,
ke depan ketemu orang, ke belakang ketemu orang. Intinya kita saat ini ngak
bakal pernah bisa hidup sendirian, gimanapun itu, ngak mungkin.
Kita di paksa untuk
punya orang yang kita percaya, selain keluarga, ada orang yang bisa menjadi
tempat kita menaruhkan kepercayaan, yakni teman. Hanya dua, keluarga, dan
teman, hanya itu, TITIK.
Keluarga sudah tidak
bisa di ganggu gugat, betapa hebatnya mereka menerima kita apa adanya, kadang
ada orang yang sungguh sangat memalukan bagi keluarganya, tapi tetap bisa hidup
dengan nyaman di keluarga. Teruma ibu, se jahat-jahatnya hidup seseorang,
ketika dia hadir di pelukan ibu, ibu tetap akan menerima sehina apapun
orangnya.
Tapi yang kedua ini, adalah
orang yang kita percayai, padahal ngak punya hubungan darah, ngak punya sangkut
paut keluarga, tapi entah kenapa serasa hidup tanpa sosok kedua ini, hidup
seakan ngak ada maknanya.
Teman.
Apapun sebutannya, saya
pribadi ngak peduli apapun sebutan bagi teman. Mau di panggil teman, sahabat,
friend, sohib, atau apapun itu, intinya teman ya teman. Kalau banyak yang
memberikan kelas pertemanan, saya ngak peduli itu.
Ada yang membedakan makna
teman dan makna sahabat, katanya teman itu sekedar teman, kalau sahabat itu,
teman yang benar-benar menjaga perasaan temannya. Ahhhh, inilah lucunya teman.
Teman itu awal semua
yang kita alami di dunia, kita bisa sukses loh, karena teman.
Kita bisa gagal loh,
karena teman.
Kita bisa senang loh,
karena teman.
Kita bisa marah loh,
karena teman.
Kadang, kita bisa jatuh
hati loh, sama teman.
Kadang, kita bisa patah
hati loh, sama teman.
Tak jarang, kita bisa
tidak pernah kenal lagi loh, dengan teman.
Intinya teman begitu
misterius, mereka hadir sebagai bumbu-bumbu kehidupan, dia kadang bisa menjelma
menjadi sahabat, atau teman, atau apapun itu. Tapi kadang mereka bisa menjelma
sebagai peraup apapun yang kita punya. Kadang mereka menjelma menjadi
penyemangat, kadang juga teman menjerumuskan.
Kadang teman bisa jadi
cinta. Saya percaya, teman adalah awal kehidupan keluarga. Jawab pertanyaan
saya, siapa yang mengawali hubungan, tanpa pertemanan ?
Saya rasa tidak ada,
misalnya, orang pacaran, setidaknya mereka kenal dulu toh, lalu temanan yang dalam
kamus percintaan karya siapa itu entah siapa, bagian ini dianggap sebagai PDKT.
Saya ngak bilang PDKT, bagi saya itu adalah proses berteman. Karena teman,
cinta itu bisa tumbuh. Cuma mungkin beda kadarnya kali ya ? Entahlah.
Mungkin tujuan temanan
itu yang bisa kita teliti, kalau tulus temanan, ya mungkin nanti akan jadi
teman. Tapi kalau temanan, dengan tujuan mau jadi pacar, mungkin cara
bertemannya yang beda. Tapi kadang keduanya bisa tertukar loh, dan ini yang
biasa disebut sebagai Friend Zone. Siapa
yang lagi Friend Zone ? kasian banget
hidup LOOEEEE, HAHAHAHA ( Kembali ke tulisan )
Ya, pertemanan memang
selucu itu.
Tapi saya pengen
ngomongin soal teman yang baik itu seperti apa.
Beberapa waktu
belakangan, banyak sekali kejadian tentang pertemanan yang saya alami.
Ada teman yang tadinya
temanan baik dengan teman satunya, lalu lama-kelamaan akhirnya mereka menjauh,
karena salah satu pihak mendapatkan teman baru yang lebih jago di suatu bidang.
Yang kaya gini, BANYAK.
Ada juga teman yang
tadinya temanan, tapi karena salah satu pihak tukang ceritain masalah teman
sendiri ke teman lainnya, akhirnya musuhan, BANYAK.
Ada juga teman yang
merasa tersaingi, sehingga dengan pelan-pelan dan sangat tersembunyi, teman itu
memfitnah teman baiknya sendiri. Yang kaya gini, BANYAK.
Ada juga teman yang
merasa gebetan/pacarnya di rebut sama teman sendiri, akhirnya merasa tidak
terima, dan nyebar-nyebar hal-hal yang ngak enak di sosial media, BANYAK.
Tapi kadang ada juga
loh yang sebaliknya.
Ada teman yang rela
dipukuli warga, karena hanya mau melindungi teman, ketika temannya di kejar
warga karena mencuri, ADA.
Ada teman juga yang
rela membantu, meski ketika saat membantu, sebenernya kedua pihak memang sedang
tidak bisa, ADA.
Ada teman yang rela
makan satu piring dengan temannya, karena temannya tidak punya uang, ADA.
Bahkan ada teman yang
rela di ambil gebetannya, karena merasa lebih mementingkan teman ketimbang
perasaan cinta, ADA.
Intinya, semua problema
tentang teman yang baik itu selalu kita alami, gimanapun bentuknya, coba
nostalgiakan di dalam pikiran kalian.
Tapi kalau ngomongin
soal teman yang baik, saya punya ukurannya sendiri. Saya merasa sampai detik
ini, semua teman saya baik, tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Semua
teman, kalau sudah kenal saya, dia kenal saya juga, ya udah, kita temanan.
Kalau ukuran baik atau tidaknya, ngak bisa di ukur sekarang.
Yang bisa tahu teman
itu baik, hanya orang itu sendiri, tidak ada yang bisa menghakimi mereka dengan
kata mereka baik atau jahat.
Bagi saya, teman yang
baik itu adalah teman yang akan meneteskan air mata ketika mendengarkan kabar
bahwa temannya telah tiada.
Teman yang baik, adalah
teman yang ketika kalian sudah meninggal, dia akan datang ke rumah kalian, lalu
mensholatkan (Bagi yang Islam) kalian, dan dalam hati dia berdoa untuk
keselamatan kalian.
Teman yang baik, adalah
teman yang mengantarkan kalian ke kuburan, melihat seluruh prosesnya, sesekali
menetesakan air mata, dan saat itu ia mengenang semua yang pernah kalian lalui
bersama.
Teman yang baik, adalah
teman yang ketika tanah telah memenuhi liang lahat kalian, dia datang, lalu
mengusap-usap kayu/batu nisan kalian, dan saat itu dia mengenang semua yang
pernah kalian lalui. Makan bersama, minum bersama, tertawa bersama, lalu susah
bersama, dan ketika jatuh, dia juga ikut jatuh untuk mencoba selalu sama. Semua
tentang kenangan kebersamaan.
Ia akan duduk
termenung, lalu berdoa, setelah itu menegakkan kepalanya, menatap nisan mu, dan
dia tersenyum sembari berkata “TERIMA
KASIH TEMAN, TANPAMU, AKU TAK MUNGKIN PUNYA KISAH HIDUP YANG SELUCU DAN SEINDAH
INI”
Jaga teman kalian guys,
siapapun mereka, mereka adalah bagian dari hidup kalian. Terus mencoba
memaafkan, terus mencoba saling berlapang dada, karena saat itu, kalian bisa
dengan sepenuh jiwa menerima kekurangan dari teman kalian.
Saya Pandu Pratama Putra
Terima kasih