Adakalanya kita menemukan satu komedi di
masyarakat yang menyatakan bahwa sebaiknya kita tidak perlu belajar karena
belajar membutuhkan sebuah kertas dan pensil. Pensil dan kertas terbuat dari
pohon, semakin banyak belajar dan semakin banyak menulis, berarti semakin
banyak menebang pohon. Jika kita tidak ingin merusak alam dan tetap
melestarikan pohon, sebaiknya tidak usah belajar.
Dari guyonan tersebut, sebenarnya kita bisa
mengambil satu sisi positif kebenaran. Bahwa memang iya, pensil dan kertas
terbuat dari pohon yang merupakan jantung bagi alamtempat kita tinggal. Pohon
yang bertugas sebagai media pengurai racun dan penghasil oksigen bagi manusia,
tentu keberadaanya sangatlah penting dan krusial.
Namun, jika kita mengacu pada komedi tadi,
banyak hal yang tidak benar pula, kalau kita sampai menyampingkan ilmu untuk
menjaga kelestarian pohon, mungkin pohon akan tetap terus ada, tapi siapa yang
menjamin manusia berpendidikan akan tetap ada jika kita menggunakan pemikiran
tersebut?
Satu pohon, sebenarnya memang bisa
menghasilkan 80.500 lebih kertas[1],
cukup banyak jika tidak dibagi kedalam hitungan kecil. Ibarat saja, 80.500 di
bagi menjadi 40 lembar yang menjadi buku tulis, ini berarti, 1 pohon hanya bisa
menghasilkan kurang lebih 2.012 buku. Jika satu siswa di sekolah dasar yang
memiliki 8 mata pelajaran bisa memiliki buku tulis setidaknya 1 untuk 1 mata
pelajaran, itu berarti, 1 pohon hanya untuk 251 siswa. Jika satu keluarga masih
belum menggunakan sistem KB di dalamnya, bisa jadi satu keluarga memiliki setidaknya anak minimal 3
bahkan lebih.
Coba kita mengambil contoh satu keluarga
memiliki tiga anak, dan ketiganya sedang dalam masa sekolah, baik itu SD, SMP,
atau bahkan SMA. Ini berarti, 1 pohon hanya untuk kurang lebih 83 keluarga.
Jika dalam satu RW saja sudah terdiri dari 100 keluarga, itu berarti satu pohon
lebih, hanya untuk satu RW setidaknya per-semester. Bayangkan jika hitungan ini
diperluas dengan jumlah keluarga di Indonesia. Berapa ratus bahkan juta pohon,
ditebang hanya untuk membuat sebuah kertas untuk ditulis dan dibaca.
Mungkin memang saat ini, kita sudah mulai
menentukan pohon-pohon yang boleh untuk ditebang dan dijadikan sebagai media
untuk pembuatan kertas dan alat tulis lainnya. Melalui legal wood[2]
mungkin ketakutan tadi bisa sedikit teratasi. Namun apakah bisa legal wood ini mengatasi permintaan kertas yang terus bertambah
setiap harinya, karena setiap hari, selalu ada oang yang lahir dan belajar
tanpa henti.
Alangkah baiknya masyarakat memahami semua
ini. Tugas penghematan pohon, bukan hanya diemban oleh sosok standar produksi
seperti penggunaan legal wood. Namun
masyarakat seharusnya mulai peka, dan bisa menghemat penggunaan kertas dan alat
tulis mereka.
Selain itu, penghematan tidak akan pernah
bisa menghasilkan apa-apa, kalau masyarakatnya sendiri, tidak pernah paham akan
pentingnya mengurangi jumlah penduduk. Percuma rasanya men-standar-kan semua sistem produksi kertas dan pensil atau bahkan
alat-alat lainnya yang terbuat dari bahan kayu dengan kata legal wood, kalau permintaan semakin hari semakin meningkat.
Alam tidak menyediakan bahan hidup serakus
itu, manusia sendiri yang harusnya sadar untuk setidaknya menghemat dan
memberikan waktu untuk alam berkembang biak dengan baik. Bukan dengan menghemat
seperti mengurangi pembelian buku untuk belajar. Kita tidak boleh berhenti
belajar, karena itu adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap manusia.
Kalau kita menurangi jumlah buku, dengan cara tidak belajar, itu adalah cara
yang salah.
Bahwa belajar itu penting, dan pohon juga
sangat penting. Kita seharusnya memang mulai sadar untuk mengurangi jumlah
penduduk kita. Jika satu keluarga yang tadinya bisa memiliki anak lebih dari
tiga, sebaiknya sekarang mulai dibiasakan untuk memiliki hanya satu. Hitungan
tadi bisa sedikit lebih diperkecil. Dimana 1 pohon setidaknya bisa untuk 251
keluarga, berbanding jauh dengan hanya untuk 83 keluarga.
Dari hal tersebut, seharusnya kita bisa
paham, bahwa kita juga bisa membantu untuk melestarikan lingkungan kita, dari
jumlah keturunan kita. Jadi masyarakat seharusnya paham, bahwa mengurangi
jumlah penduduk bukan hanya mengatasi tentang perekonomian, pekerjaan, atau bahkan
jumlah makan dan minum kita saja, melainkan alam pun terbantu.
Janganlah manusia terus berkeluh kesah
tentang alam yang selalu panas, begitu banyak polusi, atau bahkan kebisingan,
dan kehilangan keindahan serta keasrian. Karena sebenarnya, semua itu, terjadi
karena pohon-pohon mulai menghilang. Jantung dunia mulai menipis. Hal tersebut
bisa jadi, karena kertas-kertas yang kita pakai secara tidak bertanggung jawab
saat ini.
Selain kampanye mengurangi pengunaan kertas,
dan mengurangi penebangan liar, kita seharunya paham hal-hal pendasar yang lebih
penting untuk diatasi ketimbang membuat orang tidak menebang pohon lagi. Karena
sebenarnya mereka menebang, juga karena ada orang yang membutuhkan, jika tidak
ada kebutuhan yang begitu mendesak, pastilah mereka tidak akan menebang.
Maka dari itu, sebaiknya kita mulai sadar, memahami
bahwa yang bisa membangun alam ini agar tetap indah dan asri adalah kita sendiri.
Anak muda setidaknya bisa mulai mengurai masalah ini. Memulai hal yang tidak di
mulai oleh orang tua mereka. Menunda pernikahan, serta mengurangi jumlah
keturunan, adalah hal yang sangat bijak, setidaknya untuk memperbaiki alam kita
yang sudah mulai tua ini.
Alam kita butuh manusia yang lebih peka,
mereka tidak bisa berbicara, apalagi duduk bersama manusia untuk berdiskusi.
Maka dari itu, amatlah bijak jika manusia mulai bisa lebih peka, dan duduk
untuk memahami alam dengan sendirinya.
Kesimpulan
Jika kita ingin pohon di negeri ini masih
dapat lestari, selain hanya menggunakan cara penghematan, kita juga harus
menggunakan cara lain yakni menggurangi penduduk, karena dari pengurangan
penduduk tersebut, kita akan bisa menekan pula jumlah permintaan pohon untuk
digunakan.
Referensi
Dephut.go.id
[1]
Data perusahan pemasok kertas Foex dan
conservation International
[2]
Legal Wood atau Indonesian Legal Wood adalah logo yang diberikan pada produk kayu yang telah
tersertifikasi oleh departemen kehutanan bahwa produk tersebut sudah diizinkan
untuk penebangan, dan penggunaan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Motivator Muda Kependudukan 2016
Pandu Pratama Putra
0 comments:
Post a Comment