“Jl. Bung Tomo
ya mbak?”
Wanita yang
bekerja di salah satu hotel berbintang di Samarinda itu pun naik ke atas motor
tukang ojek online pesanannya.
“20 ribu kan?”
“Iya.” Mereka
pun berangkat.
Samarinda lewat
jam 11 cukup sunyi. Dunia malam telah
bangkit dari tidurnya dan giliran pekerja shift
sore harus pulang tepat jam dua belas malam untuk bergantian dengan shift berikutnya. Vanina adalah pekerja
yang ketiban sial harus dapat shift sore
hari ini.
“Mbak, ndak
takut pulang malam? Belakangan banyak kasus pemerkosaan yang biasanya berujung
pembunuhan loh?”
“Mas juga ndak
takut? Belakangan banyak kasus tukang ojek
online yang dibunuh sama dirampas motornya loh.”
“Kebelet nikah
mbak, jadi harus cepet ngumpulin duit”
“Ah? Apa? Saya ngak
denger.”
Vanina
mendekatkan tubuh yang sukses menjadikan faktor dirinya dinobatkan sebagai
primadona pegawai wanita di hotel. Dinaikkannya kaca bening helm dan
didekatkannya telinga kepada si ojek
online yang dari biodata di punggungnya bernama Kusmo.
“Aaahhh.. Ma..
Mau cepet nikah?”
“Oh… Kirain kenapa..
Loh…loh… Kok ngerem mendadak?”
“Lampu merah.”
“Kirain
nyari-nyari kesempatan mas. Dah malam, setan suka bisik-bisik loh.”
“Hehehe.”
“Loh,.. Kok
belok ke kanan mas? Harusnya kiri.”
“Ada razia mbak,
saya males di-stop-in polisi.”
Vanina menurut,
tapi makin bimbang. Dia tahu benar kalau jalan ini malah menjauh dari tujuan
rumahnya. Sampai akhirnya motor Kusmo berhenti di sebuah gang buntu yang entah
mengapa juga kosong penduduk. Kusmo turun dari motor dan dilepasnya helm serta
jaket identitasnya tersebut. Ditatapnya Vanina dengan bukan lagi seperti
manusia biasa.
“Teriak? Mati!
Jangan sampai mbak jadi kaya cewe-cewe yang di koran belakangan ini. Mereka
semua korban saya yang ndak mau nurut kalau dibilangin harus diam.”
Vanina mundur
beberapa langkah ke belakang. Dia bisa saja kabur dengan cepat namun tangannya malah
buru-buru masuk ke dalam tas selempangnya dan menyentuh benda tajam yang sudah
beberapa minggu tidak berfungsi.
“Terima kasih
sudah membawa ke tempat yang strategis. Kebetulan sudah lama ndak jual motor
rampasan belakangan ini.”
-Tamat
Catetan: Cerpen ini sudah pernah ditampilkan di koran Samarinda Pos pada tanggal 31 Desember 2016