Pages

Labels

Sunday, 30 August 2015

Ini Baru Awal ( Part 3 )

Gimana ?
Udah baca Post sebelum ini belum ? kalo belum tinggal di cek dua episode sebelumnya guys !
Ini Baru Awal ( Part 1 ) dan Ini Baru Awal ( Part 2 )

Kalo udah baca, yuk di lanjut baca kisah kecil saya ini di Ini Baru Awal ( Part 3 )








Dari Samarinda, dua jam menuju bandara Sepinggan di Balikpapan, lalu nunggu pesawat dua jam lagi sebelum berangkat ke Jakarta. Setelah naik pesawat dengan waktu 1 jam 45 menit, akhirnya saya sampai juga di ibukota Indonesia, JAKARTA !!

Mungkin bagi sebagian orang Jakarta itu biasa aja, tapi saya mungkin beda, saya punya cita-cita pengen bisa menginjakkan kaki disini, datang ke kota yang menjadi central di Indonesia. Kota di mana orang-orang sukses pasti pernah kesini. Saya merasa bahagia.

Keluar dari bandara, melihat begitu banyaknya orang yang hilir mudik mencari rezeki. Bandara Soekarno - Hatta sungguh beda dengan bandara di Balikpapan, bandara disini begitu padat, dan mungkin, lebih mirip seperti kepadatan di terminal. Tapi entahlah, sepadat apapun itu, sungguh saya tetap bahagia.

Terus dari bandara kami menuju Park hotel tempat kami menginap. Daerah cawang tepatnya, setelah registrasi dengan panitia di Hotel, kami bertiga menuju kamar masing-masing. Windi yang seorang perempuan, musti pergi ke kamarnya bersama peserta wanita lainnya. Sedangkan saya dan kak Ronny satu kamar. 1005 nomernya.

Setiba di kamar, saya cepat berkemas, karena satu jam lagi tepat jam 17.00 kami di undang untuk datang ke Kantor BKKBN untuk makan malam lalu melanjutkannya dengan arahan dan pembukaan dari pak ketua BKKBN Nasional, dan pengarahan dari sang juri yang saya tidak duga – duga, yakni Aswendo Atmowiloto.

Setelah mandi dan beristirahat 30 menitan di kamar. Saya dan rombongan juara dari provinsi lain yang hadir, langsung menuju kantor BKKBN Nasional. Saya melihat ada persaingan, tapi ada keakraban. Jujur saya orang yang tidak mudah akrab dengan orang baru, jadi di hari pertama bertemu mereka, saya seolah – olah hadir sebagai pemuda pendiam yang polos dan tidak tau apa – apa. < Jujur, ini hanyalah sebuah pencitraan sebenarnya. :D

Setelah tiba, kami di jamu dengan sedikit lagu-lagu dari electone, dan suara merdu dari para peserta yang ingin menyumbangkan bakat tarik suara mereka. Sehabis beberapa lagu, kami di persilahkan untuk makan malam, walau sebenarnya, kondisi saat itu belum azan Maghrib sama sekali, jadi bisa di bilang masih sore.

Selepas makan hidangan yang di kasi, saya melanjutkan sholat maghrib bareng peserta muslim lainnya. Setelah itu kembali ke ruang pertemuan untuk melanjutkan acara.

Acara di lanjutkan, saya cukup menikmati acara ini, saya merasa mereka yang mungkin esok akan menjadi lawan saya, lebih siap dari persiapan saya, lebih matang dengan pelatih yang mungkin melatih mereka. Terlebih mereka bukan orang sembarangan. Mereka pasti orang-orang hebat, apalagi yang dari Jawa, mereka punya ambisi lebih kuat dari kami yang mungkin di luar Jawa.

Daerah Jawa memang terkenal begitu hebat kalau bertanding. Belum lagi, semua destinasi orang cerdas kalau pengen lanjut kuliah pasti Jawa, tujuanya. Sedangkan saya, hanya murid dari perguruan tinggi di Kalimantan Timur, Universitas Mulawarman. Saat ini bukan minder, tapi lebih tepatnya saya hanya ingin memetakan pertempuran, ini cara saya kalau bertanding. Melihat kondisi, itung – itung kelebihan dan kekurangan dari sikap dan wajah, serta suara, lalu bertindak untuk bertanding.

Setelah selesai acara, kemudian sesi kami foto-foto bareng pak Ketua dan juri kita Aswendo. Lumayan lah, foto - fotonya bisa buat pamer dikit di Sosmed,hahahaha... Ya kali ini doang.. sekali – sekali tak apalah. :D

Saya Bareng Windi dan Pak Aswendo Atmowiloto

 
Selepas acara kami kembali ke hotel. Saya mencoba tidur malam itu dengan tenang, tapi tidak bisa, setibanya di hotel kak Ronny udah pergi ke alam mimpi duluan, di temani suara TV yang agak nyaring. Sedangkan saya, kembali membuka laptop. Kembali mengulang dan mengahapal slide saya sampai 3 kali berturut-turut sembari mengkondisikan waktu agar pas sesuai peraturan, yakni 8 menit.

Setelah selesai, saya mencoba menatap kembali slide itu untuk terkahir kalinya sebelum besok berangkat lomba. Saya dan slide mencoba tukar pikiran, mencoba saling memahami, mencoba saling berusaha yakin, sayangnya dia bukan wanita, kalo dia wanita, mungkin udah saya tembak malam itu *Jomblonya keliatan banget -_-*. Tapi beneran, rada gila sih, tapi percayalah, ini yang saya lakukan. Setelah saya berdoa dan selesai, baru saya bisa tidur.

Saya cukup tenang ketika tidur, tapi sebelumnya saya udah mencoba untuk memplanning hari – hari saya di sini, jam 4 bahkan sebelum jam 4 saya udah pasang alarm HP, bukan takut telat, tapi sekali lagi saya pengen mencoba sujud di malam seperti ini. Ketika alarm berbunyi saya bangun, dan tepat pada waktu itu juga ibu saya dari Samarinda menelpon untuk bangunin saya, ini sih atas permintaan saya juga untuk bangunin jam segitu, biar kaga telat, makanya selain masang alarm sendiri, saya juga minta di telpon dari sana.

Subuh itu masih terdengar begitu tentram, lantai 10 hotel terasa begitu nyenyak bagi sebagian oang di dalamnya yang mungkin lagi mimpi bertemu keluarga, sukses bersama pasangan, atau mungkin lagi bertempur sama sasuke di dalam lelap, padahal dia adalah seorang ant-man, namanya juga mimpi, ya terserah aja lah :D. Tapi jam segitu saya udah menuju ke dalam toilet untuk bebersih diri dan mengambil air wudhu. Selepasnya saya sholat Tahajud, memohon kepada Yang Maha Esa untuk memudahkan saya menyampaikan ide pada hari ini. Saya meminta untuk di lancarkan saja, tak lebih, kalaupun lebih itu berarti yang Allah pengenin buat saya. Setelah selesai, saya mencoba mengaji tanpa suara yang begitu nyaring, saya tak mau menggangu kak Ronny tidur, setelah azan Subuh saya melanjutkan sholat saya.

Selepasnya saya mandi pagi, menyiapkan pakaian, dan ketika jam 7 pagi, saya langsung turun ke restaurant buat sarapan. Menyapa beberapa orang yang hari itu baru saya kenal, seperti peserta pidato dari Bali mbak Kadek, dan kalau tidak salah peserta blog dari Sumatera Selatan mbak Iffah. Selesai makan, kami berangkat dengan Bus ke venue acara, dan...... saatnya di mulai.

Semua peserta memasuki ruangan masing- masing sesuai kategorinya, mendaftar ulang, dan ketika di dalam kami mengambil nomor urut undian. Saya mencoba kenalan dengan beberapa orang yang baru saya temui lagi, pertama dengan seorang dari Jawa Barat mas Riski Ramadhan namanya, kategori dewasa. Lalu ada mas Erlando dari Yogyakarta, dan yang terkahir saya kenalan juga sama mbak Eva dari Banten. Saya mencoba mencari teman disini, setidaknya saya gak pengen ini kompetisi hanya akan mempertemukan manusia – manusia yang saling bersaing tanpa mau berteman. :D Meskipun sebenarnya, saya termasuk orang yang susah bergaul, saya coba kalahkan itu sekarang.

Ketika mengambil nomer urut, saya kebetulan dapat nomer 5. Oke, faigk lah buat saya kalau segitu. Dari pengalaman saya selama ini ketika berbicara dengan orang banyak, nomer tengah-tengah adalah nomer dimana konsentrasi seseorang sudah panas, dan masih belum terlalu jenuh. Kalaupun dalam kondisi terburuk 4 orang sebelum saya menampilkan penampilan yang buruk dan membosankan, setidaknya, sang juri tidak akan hilang fill di nomer saya. Ini yang saya sebut analisis ringan sebelum perang, saya aman. :-)

Kartu tanda peserta yang akan selalu saya simpan dan jaga. -lebay gak sih ? - hahaha

Aswendo dan dua orang juri lainnya pagi itu ternyata tidak main- main dengan perlombaan ini, semua peserta sebelum saya di tanya abis- abisan, dan mereka di minta pertanggung jawaban atas data yang mereka berikan. Dalam hati, saya hanya senyum – senyum sendiri, saya memang menunggu yang seperti ini, menunggu orang yang juriin saya kritis dan bertanya tentang slide yang saya tulis. Kalau perlu, saya pengen juri dan saya, jadi adu argumentasi biar suasana makin seru, saya udah siapkan kondisi seperti itu.

Saat giliran saya, saya membawa laptop teman dari Banten tadi dengan control slide laser yang kebetulan dia bawa untuk saya pinjem. Hari itu saya gak pakai laptop saya, karena pertama laptop saya agak error kalau di colokin di LCD, dan yang kedua saya gak punya alat untuk next slide seperti yang Eva punya. Maklum saya kaga ada modal buat lomba ini guys. :D

Sembari mencoba mempererat pertemanan, dan si Eva-nya juga minjemin, ya udah, saya siap tempur dengan alat pinjeman :D *kok baru sadar ya, kalo saya bener- bener kaga modal, hahahaha*. Maju ke depan dengan cukup yakin, menampilkan slide, lalu saya MULAI.

Delapan menit waktu yang di berikan tidak saya sia-siakan. Selesai tepat pada waktu 7 menit 30 detik, sesuai syarat dasar yang menampilkan slide antara 6 – 8 menit. Saya bisa katakan, harapan saya untuk menyampaikan dengan benar ide saya, sepertinya benar-benar di cerna sama orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

Juri juga memerhatikan, kecuali pak Aswendo-nya, dia keliatan dingin sekali, entah mendengarkan, atau tidak, tapi tatapannya tidak ke arah saya, dan begitu fasih seperti tidur dalam mata yang terbuka.

Selesai presentasi, semua juri di perbolehkan berkomnetar, dan pak Aswendo menanyakan hal yang paling dasar dari presentasi saya. “apa itu kreatifitas menurut mu ?”, dan dari situ saya tau kalau beliau ternyata gak tidur, tapi mencoba menelaah suatu informasi dengan cara beliau. :D

Saya jawab, lalu beliau memperbaiki, begitu pula dengan kedua juri, bertanya bahkan hanya sempat meng’iya’kan apa yang saya jawab, gak kolot-kolot amat seperti peserta sebelumnya. Padahal saya pengen pertanyaan sengit, tapi nampaknya slide saya cukup dengan 3 pertanyaan tadi. Ya sudah, saya menutup dengan senyum penampilan saya, dan saya kembali ke kursi peserta, berterima kasih kepada Eva karena dia sudah bantu saya untuk bisa nampilin yang terbaik. Kau teman singkat yang begitu membantu Va. Respect :-)

Setelah itu kompetisi di lanjutkan, di potong istirahat sholat dan makan, lalu kembali sisa peserta yang sedikit, menampilkan yang terbaik.

Jujur ini bukan kompetisi yang mudah, mereka mungkin punya pengalaman yang lebih banyak, bahkan ada yang dari universitas – universit hebat nomer 1 di Indonesia, yakni UGM. Bahkan denger – denger ada yang saat ini berkuliah di dua universitas unggulan sekaligus. Sedangkan saya, mungkin hanya di untungkan karena saya terbiasa dengan suasana orang menonton seperti ini. Saya mungkin menganggap ini tak lebih dari openmic yang saya lakukan setiap Jumat malam di Samarinda. Bahkan mungkin beban disini tidak cukup besar seperti Stand Up, karena kali ini saya tidak butuh mereka yang menonton tertawa, tapi cukup paham dengan apa yang saya katakan, sama seperti waktu presentasi di Samarinda. Dan saya rasa, itu berhasil.

Semoga jam 3 nanti, ketika pengumuman berlangsung, saya bisa keluar sebagai juara di kompetisi ini, aminnn..... :-)

Jam sudah menunjukkan tiga sore, panitia yang on time langsung memulai acaranya dengan sambutan sedikit, dan mulai mengumumkan hasil lomba pada hari itu.

“Pengumuman hasil lomba kategori remaja, juara 3 saudara xxxxxxxx, juara 2 saudara xxxxxxxx, juara 1 saudara xxxxxxx”, saya langsung terkulai lemas mendengar pengumuman itu, karena tidak ada sama sekali nama saya disana. Saya mencoba iklas, setelah di bacakan juara kategori dewasa, saya mulai mencoba tabah, dalam hati saya berkata “Musti banyak belajar lagi”, dengan sedikit kekecawaan tentunya.

Tapi entah, begitu antusias atau memang lagi lelah, ternyata saya salah denger, yang tadi barusan di baca itu, hasil lomba pidato, sedangkan saya kan lomba penulisan. Saya baru sadar ini ketika benar- benar mendengarkan pengumuman berikutnya yang di bacakan oleh panitia. :D Dasar ya...Yang namanya otak lelah di campur tegang kadang suka gak nyambung dan konek sembarangan.

Saya mulai menarik nafas lagi, dan mendengarkan secara seksama hasil pengumuman siang itu. Sang panitia mulai menyebutkan nama pemenang dari juara 3 kategori remaja, yakni kategori saya. Nama pertama yang di sebut bukan nama saya, saya diam.... mencoba mencari ambisi yang lain, apakah saya bisa masuk juara ? Lalu nama juara kedua, lagi – lagi bukan nama saya, saya mulai mati lemas dalam hati. Secara saya tidak mungkin bisa mencapai juara 1, meski saya cukup yakin, juara 1 adalah kemungkinan dengan persentase paling minim, apalagi situasi ini. Situasi ini bukan sekali yang saya alami selama hidup, situasi pengumuman ini sering saya alami di beberapa lomba stand up dan lomba band dulu, dan yang situasinya setegang ini juga mirip seperti suasana ketika saya musti menunggu pengumuman guru kelas, memberi tahu juara kelas. Di situasi yang sama ketika bagi raport, saya selalu mengiklaskan ketika guru mengumumkan bahwa saya paling – paling dapat peringkat ke 3 atau ke 2 di kelas, atau bahkan tidak dapat sama sekali, perasaan yang sakit, perasaan dimana ambisi untuk bisa dapat peringkat tiba- tiba di musnahkan, saya terbayang wajah orang tua saya seketika.

Ketika sang panitia mulai menyebutkan nama juara 1, saya merasakan sesuatu yang aneh. Nama saya di sebut, saya gak bisa ngomong apa – apa selain tertunduk diam dalam duduk, sambil berkata “alhamdulillah”. Kak Ronny dan Windi yang ada di samping kanan dan kiri saya langsung bersorak. Saya dengar sekali sorakan itu hanya muncul dari sisi bangku kami, dari wakil Kalimantan Timur, yang Cuma 3 orang ini, yang lain melihat ke arah tempat duduk kami, entah heran atau bagaimana. Tapi yang jelas, saya bisa membuktikan kalau usaha saya selama ini gak sia – sia, saya bisa buktiin kalau orang Kalimantan Timur kaya saya juga bisa mengalahkan mereka – mereka yang di takdirkan untuk lahir dan hidup di tempat orang – orang cerdas berada. :’D sungguh moment yang tidak bisa saya lupakan.

Setelahnya pengumuman kategori dewasa, sayangnya teman saya dari Kalimantan Timur Windi tidak masuk dalam 3 besar tersebut, sedikit ada luka dalam bahagia, tapi Windi wanita kuat yang memahami persaingan, ia terima dan terus mengucapkan selamat sama saya. :-) Saya percaya, tanpa kehadirannya, cerita ini tak akan indah. :’)

Dari kiri geng, Windi, saya, lalu kak Ronny

Selepasnya pengumuman juara blog dan acara di akhiri dengan haru, bahagia, kekecewaan, dan campur aduk rasa di dalamnya. Ruangan itu jadi sebuah tempat pertunjukkan kasta tapi dalam suasana tetap kekeluargaan. Keluarga yang tercipta secara pelan dan singkat.

Setelahnya kami seluruh peserta foto bersama, sedikit mengabadikan moment – moment yang segera akan berkahir ini. Beberapa orang yang jujur, saya gak kenal, malah datang mengucapkan selamat sama saya, saya coba balas dengan senyum dan berterima kasih. J

Orang yang musti tahu kebahagiaan ini adalah orang tua, saya ingin mereka merasakan lagi rasa bahagia, sama ketika saya menunjukkan surat panggilan ke Jakarta, atau saat mereka datang di malam penganugeraah ketika si Samarinda. Sebenarnya apa yang saya lakukan ini di tentang sama kak Ronny, karena khawatirnya beliau cukup beralasan. Takutnya, ketika saya beri tahu orang tua saya, bahwa saya menang, dan ternyata besok ketika pembagian hadiah nama saya gak ada karna cuma salah panggil. Itu yang di takutkan beliau. Tapi orang tua tetaplah orang tua, sebodoh apapun kesalahan kita di dunia, saya yakin orang tua tetap akan menerima dan memaafkan, apalagi cuma keliru seperti yang kak Ronny takutkan, saya rasa kalaupun itu terajadi, orang tua saya tetap akan memaafkan kebodohan saya. Saya berjuang disini untuk ini, saya gak mau menunda untuk itu, jadi saya terobos larangan kak Ronny.. Agak nakal dikit ye.. hehe :D

Saya tidak bisa melihat wajah mereka, tapi dari suara di telpon, saya cukup merasa senang, sekali lagi saya bisa membuat mereka bahagia. Semoga yang seperti ni tetap bisa saya lakukan di waktu yang akan datang nanti. :D

Agenda hari itu di lanjutkan dengan makan malam bersama sembari city tour mutar – mutar Jakarta ngeliat apa yang orang daerah seperti kami tidak pernah lihat sebelumnya.

Mutar – mutar Jakarta, ngerasain betapa padatnya ibukota Indonesia, mutarin bundara HI, ngeliat dari jauh kota Tua yang saat itu benar- benar ramai pengunjung, melihat sepintas monas dari dalam bus, kembali memutar dan menuju tempat makan malam.

Setibanya kami di tempat makan, kami disambut oleh lagu – lagu instrumental daerah, suasana restaurant yang cukup asri, apalagi berkumpul kembali dengan orang – orang yang baru kami kenal seperti ini. Menunaikan sholat maghrib di mushola restaurant yang cukup kecil sehingga kami semua berdempet – dempetan untuk bisa menunaikan sholay bersama. Setelah itu kami memulai makan malam.

Sajian yang cukup bikin penat kami sedikit hilang, selepasnya kami kembali ke hotel tepat pukul 9 malam. Suatu malam indah yang tidak mungkin akan terlupakan. :D

Masih cukup awal kalau saya tidur jam segini, badan saya cukup fit, masih cukup kuat beraktifitas. Selesai sholat isya, saya langsung buka laptop, pake wifi hotel yang mulai lelet jam segitu, untuk buka beberapa video stand up untuk ngelengkapi kebahagiaan malam itu.

Setelahnya saya kembali ke kasur, membaca sedikit buku yang saya bawa, lalu entah kenapa tiba – tiba saya terlelap begitu saja untuk bangun besok pagi – pagi sekali. Tepatnya jam 4 untuk segera siap – siap jam 5 kami harus berangkat ke Istana negara untuk upacara bareng presiden Republik Indonesia  ke 7 - Joko Widodo.

Kembali saya dibangunkan oleh telpon dari ibu saya, kebetulan di Samarinda sudah menunjukkan pukul 5 pagi, saat dimana keluarga saya biasanya langsung bangun dan sholat subuh. Saya juga langsung bangun, bebersih diri sedikit, dan sholat tahajud sembari mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan yang Allah SWT berikan sama saya saat ini.

Setelahnya saya langsung mandi, dan bersiap dengan baju putih, celana hitam, dasi merah dan kopian hitam, siap berangkat upacara 17 Agustus, tanda negara tercinta telah berumur 70 Tahun. Jam 5.00 selesai subuh saya langsung turun ke bawah menuju bus yang telah menunggu keberangkatan kami pagi itu. Ketika di bus, saya dibagikan undangan spesial yang samapi hari ini tetap saya simpan sebagai tanda kalau saya juga pernah ikutan upacara bareng RI 1. :D

Ini undangan waktu ngehadiri upacara bendera di Istana Negara

Setibanya di istana, mentari pagi udah cukup menyapa kami dengan tentram. Disana – sini begitu banyak penjagaan yang ketat, keramaian para tamu undangan, atau sebagian orang Jakarta yang hanya lewat di depannya, membuat semua makin padat.

Kami langsung turun dari bus, masuk ke tempat yang penuh penjagaan. Ketika masuk kami di periksa layaknya teroris, tapi wajar, ini acara kenegaraan, kalau sampai ada apa – apa, bisa saja reputasi negeri ini yang tercoreng.

Saya masuk dengan teman – teman yang kebetulan ikut hadir untuk upacara ke istana, tidak semua peserta, hanya sebagian saja. Baru masuk kami di berikan sebuah tas berisi cukup banyak cinderamata, lalu foto – foto sedikit sebelum acara di mulai dengan background istana, lalu duduk karena sudah di usir oleh paspampres –tulisanya bener gini kaga ya ? - karena mau mensterilkan tempat.

Waktu itu kami datang sekitar pukul 8, lalu duduk dengan manis di tempat duduk sekitar pukul 8 : 30, tapi ternyata acara baru mulai jam 10, cukup lama kami musti membakar kebosanan, tapi semua terbayar ketika acara mulai. Upacara ini menurut saya beda, namanya baru kali ini ngerasain upacara resmi di istana, saya ngerasa ini pertama kalinya saya merasa rugi kalau saya tidak menikmati upacara, dulu waktu di sekolah mungkin upacara adalah kegiatan yang hanya akan membuat saya berdiri lama, dan menjadi tidak nasionalis. Tapi ini beda, saya bersyukur karena saya ada di sini. :D

Saya nikmati upacara dengan teman sebelah saya mas Yusuf dari Jawa Tengah dan mas Wahyu dari Sulawesi Utara, disitu juga saya mulai akrab dengan orang baru lagi. Setelah selesai upacara di pukul 12, saya kembali ke bus kami. Menunggu sejenak di depan pagar komplek istana, dan akhirnya mendatangi bus yang di parkir tepat di depan gerbang monas. 

Depan Gerbang Nunggu Bus Mau Pulang :D
Bareng cowo - cowo berdasi merah, yang.... agak mirip..... Sales mungkin. :D 
 Dari kiri guys, Alpaqih, Afri, Jamin, Saya, Iffah, Angga, Yusuf, Wahyu


Kemarin dari jalanan cukup jauh saya liat, sekarang lumayan rada deket, view cukup mumpuni untuk melihat keajaiban trademark ibukota tersebut. Saya cukup bahagia meski hanya melihatnya dari jauh, semoga kelak saya bisa jadi orang sukses, dan kembali bisa melihat dari dekat.

 Gimana ? Ganteng kan ? yang pake baju merah muda itu loh !!!!


Dari Istana kami langsung menuju Thamrin city, ceritanya nyari oleh – oleh gitu. Oke lah, tapi pas sampai di tempat ini, isinya penuh dengan baju – baju batik, saya keliling- keliling rada binggung gitu, untungnya saya gak sendiri, tapi di temenin sama temen saya mas alpaqih dari Bengkulu. Jujur, saya gak hobi nyari pakaian, tapi karena punya dua adik yang semunaya wanita, dengan sabar saya mencoba menerka apa yang cocok untuk mereka. Ya, sampai akhirnya 3 jam setelah puas belanja kami langsung kembali ke bus dan menuju ke tempat terakhir. Yakni Hotel Grand Cempaka, buat makan malam dengan pak ketua dan seluruh anggota BKKBN sembari pembagian piagam.

Meski hari ini cukup lelah, tapi saya merasa cukup tenang dan terobati. Kelelahan saya hari ini adalah sebuah kebahagiaan yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Kelelahan yang begitu penuh pengalaman. Ketika mulai acara, saya nikmati seluruhnya, selepas makan malam dan beberapa hiburan, penyerahan bukti pemenang pun di mulai.

Seluruh pemenang di panggil satu – satu, saya naik ketika nama saya di panggil. Menerima penghargaan dari pak ketua. Lalu menyalami beberapa orang penting yang ada di atas panggung tersebut. Beberapa orang menanyakan saya dari mana, dan dari universitas apa. Saya bangga bisa menyebutkan nama Samarinda - Kalimantan Timur, dan menyebutkan Universitas Mulawarman sebagai tempat saya bernaung saat ini.

Foto bareng pak ketua, jangan lihat nominalnya ya, tapi saya bangga atas usahanya. #CeGitu


Inilah mereka, teman – teman yang baru kali itu saya temui, teman – teman yang menyisakan begitu banyak pengalaman dalam hidup saya. 











Spesial, saya pengen ketemu lagi sama mas yang satu ini, mas Yusuf Amri, ada sesuatu yang masih pengen saya pelajari dari beliau


Acara di akhiri tepat pukul 11 malam, lalu kami kembali ke bus dan kembali ke hotel untuk istirahat. Besok pagi – pagi sekali, jam 6, rombongan Kalimantan Timur sudah harus check out dan kembali ke bandara untuk menuju ke Samarinda.

Detik – detik terkahir bertemu dengan kawan – kawan baru disini, sungguh sedikit membuat saya tak ingin mengakihrinya. Meski singkat, tapi berjuang diantara mereka yang hebat- hebat, sungguh tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Tapi saya musti kembali ke Samarinda, kembali mengukir sebuah sejarah untuk hidup saya sendiri, kembali kepada orang tua saya yang telah menunggu cerita saya selama disini. Tapi !!!!! saya pergi untuk kembali, saya pengen datang ke kota ini lagi dengan membawa sebuah keberhasilan yang lebih besar lagi. Saya pengen datang kesini dan dikenal sebagai orang yang sukses. Mungkin terdengar berat dan mustahil, tapi ini yang jadi ambisi saya. Saya pengen, kelak bisa kembali ke hotel tempat saya tinggal beberapa hari di sini, saya pengen kembali ke hotel di mana kami makan bersama, kembali ke kantor BKKBN, kembali ke Thamrin city, kembali ke Istana Negara, kembali melihat Monas, kembali melihat kota tua, kembali ke restaurant tempat saya makan di hari kedua setelah lomba, kembali bisa mengumpulkan semua kawan – kawan baru saya di sini untuk menunjukkan kesuksesan masing – masing.

Sekarang saya punya ambisi yang lebih jelas, ada yang saya targetkan sekarang, ada yang saya harapkan. Semoga Allah SWT memberikan saya kesempatan untuk bisa sukses dan kembali. Semoga.

Tapi dari ini semua, mungkin banyak pelajaran kecil yang bisa saya pribadi ambil dan mungkin kalian yang membacanya. Bahwa sebuah keberhasilan atau kesuksesan itu gak akan pernah bisa kita duga – duga datang dari mana. Saya gak kepikiran bisa sampai sini dan lomba bareng provinsi yang hebat – hebat seperti ini, saya bahkan tidak pernah kepikiran untuk bisa mendapatkan juara nasional. Saya bahkan tidak pernah menyangka, bahwa sebuah informasi yang disebarkan oleh sang ketua BEM FIB si Yusuf ternyata mampu membuat sebuah jalan cerita di hidup saya. Bayangkan kalau saya menjadi seperti teman – teman atau warga kampus yang lain, yang tidak menggubris post Yusuf di Facebook, mungkin hari ini saya tidak pernah punya foto yang cukup membangakan atau bahkan cerita yang asik seperti yang saya tulis seperti saat ini.

Jadi di tulisan ini saya pengen terima kasih

Pertama untuk Allah SWT.

Terus Yusuf sang ketua BEM FIB ( saat itu )

Orang tua yang mau terus mendukung. Serta adek – adek saya yang secara gak langsung mendoakan juga.

BKKBN Kalimantan Timur yang udah percaya sama saya.

Dua ibu Juri provinsi yang sudah mempercayakan nilai tinggi ke saya.

Kak Ronny yang mau ngajarin banyak pelajaran buat saya.

Qintari dan Fitri yang mau ngajak saya seru – seruan. :D

E.P.V sang wanita yang baru saya temui di seminar dan terus menjadi motivasi kecil saya. J

Windi teman yang mau ngajarin betapa harusnya kita tabah dalam hasil apapun saat berkompetisi.

Sang pilot yang mau menyelamatkan perjalanan saya sampai tujuan. – sungguh, sebenarnya saya takut naik pesawat pak, sungguh.... HAHAHAHA-

Teman – teman yang saya temui seperti
  • -          Mas Riski – Peserta paling pertama yang mau ngajak saya ngobrol -
  • -          Mas Erlando – Orang cerdas yang mau mengakui kehebatan orang lain -
  • -          Mas Yusuf Amri – Orang yang akhirnya bikin saya berani bergurau disana -
  • -          Mas Alpaqih – yang nemenin saya keliling – keliling Thamrin city, tanpa dia mungkin saya gak tau mau nawar harga kaya gimana - :D
  • -          Mas Afri – yang selalu jadi imam setiap sholat berjamaah, raja selfie, tapi suaranya waktu jadi imam ustad abis-
  • -          Mas Wahyu – lawannya mas Afri kalo selfie, FYI semua foto kayanya ada wajah mereka deh-
  • -          Mas Jamin – yang katanya bisa bahasa banjar, jadi kaga ngerasa sendiri deh, karena ada juga yang bisa bahasa orang Samarinda – Ikam the best dah wal ayy - :D
  • -          Mbak Eva - yang mau minjemin laptop dan remote control slide. Tanpa beliau mungkin saya gak akan semaksimal itu nampilin presentasinya -
  • -          Lalu Mas Risky imam, Mas Yoga, Mas Ansori, Mbak Iffah, Mbak Kadek, Mbak Alin, Mbak Nuruzzakiyyah, Mbak Renatha, dan semua teman – temen yang gak bisa saya sebutin satu – satu namanya.
Yang jelas, kalian semua sudah memberikan saya pelajaran hidup, pelajaran yang tidak bisa saya lupakan. Bahwa perjuangan itu tidak ada habisnya, bahwa perjuangan itu tidak boleh berhenti sampai nyawa kita di cabut.

Saya juga sudah membuktikan kata – kata Putri Tanjung yakni “Tidak Penting kita siapa, kita punya hak untuk sukses”, dan saya juga telah melakukan apa yang Pandji Pragiwaksono katakan dalam lagunya, yakni “Berdiri untuk menerjang ketidakmungkinan”, sebuah ketidak mungkinan bahwa anak Kal-Tim juga bisa bertarung di tempat orang – orang hebat.

Cerita saya ini belum luar biasa sekali, masih banyak orang sukses di luar sana yang lebih sukses dari apa yang saya tulis hari ini. Tapi ini juga yang akan menjadi pelajaran bagi saya dan teman – teman yang membaca, bahwa perjuangan harus di mulai dari sekarang, bukan saatnya menunggu....... menunggu dan menunggu, bahkan untuk saya saat ini, ini bukan akhir, INI BARU AWAL !!!!!!!

Saya Pandu Pratama Putra

Selamat Berjuang !!!!!!

Salam DuKem – Dunia Kelambu -