Gimana ?
Udah baca Post sebelum ini belum ? kalo belum tinggal di cek dua episode sebelumnya guys !
Ini Baru Awal ( Part 1 ) dan Ini Baru Awal ( Part 2 )
Kalo udah baca, yuk di lanjut baca kisah kecil saya ini di Ini Baru Awal ( Part 3 )
Udah baca Post sebelum ini belum ? kalo belum tinggal di cek dua episode sebelumnya guys !
Ini Baru Awal ( Part 1 ) dan Ini Baru Awal ( Part 2 )
Kalo udah baca, yuk di lanjut baca kisah kecil saya ini di Ini Baru Awal ( Part 3 )
Dari
Samarinda, dua jam menuju bandara Sepinggan di Balikpapan, lalu nunggu pesawat
dua jam lagi sebelum berangkat ke Jakarta. Setelah naik pesawat dengan waktu 1
jam 45 menit, akhirnya saya sampai juga di ibukota Indonesia, JAKARTA !!
Mungkin
bagi sebagian orang Jakarta itu biasa aja, tapi saya mungkin beda, saya punya
cita-cita pengen bisa menginjakkan kaki disini, datang ke kota yang menjadi
central di Indonesia. Kota di mana orang-orang sukses pasti pernah kesini. Saya
merasa bahagia.
Keluar
dari bandara, melihat begitu banyaknya orang yang hilir mudik mencari rezeki.
Bandara Soekarno - Hatta sungguh beda dengan bandara di Balikpapan, bandara
disini begitu padat, dan mungkin, lebih mirip seperti kepadatan di terminal. Tapi
entahlah, sepadat apapun itu, sungguh saya tetap bahagia.
Terus
dari bandara kami menuju Park hotel tempat kami menginap. Daerah cawang
tepatnya, setelah registrasi dengan panitia di Hotel, kami bertiga menuju kamar
masing-masing. Windi yang seorang perempuan, musti pergi ke kamarnya bersama
peserta wanita lainnya. Sedangkan saya dan kak Ronny satu kamar. 1005 nomernya.
Setiba
di kamar, saya cepat berkemas, karena satu jam lagi tepat jam 17.00 kami di
undang untuk datang ke Kantor BKKBN untuk makan malam lalu melanjutkannya
dengan arahan dan pembukaan dari pak ketua BKKBN Nasional, dan pengarahan dari
sang juri yang saya tidak duga – duga, yakni Aswendo Atmowiloto.
Setelah mandi
dan beristirahat 30 menitan di kamar. Saya dan rombongan juara dari provinsi
lain yang hadir, langsung menuju kantor BKKBN Nasional. Saya melihat ada
persaingan, tapi ada keakraban. Jujur saya orang yang tidak mudah akrab dengan
orang baru, jadi di hari pertama bertemu mereka, saya seolah – olah hadir
sebagai pemuda pendiam yang polos dan tidak tau apa – apa. < Jujur, ini
hanyalah sebuah pencitraan sebenarnya. :D
Setelah
tiba, kami di jamu dengan sedikit lagu-lagu dari electone, dan suara merdu dari
para peserta yang ingin menyumbangkan bakat tarik suara mereka. Sehabis
beberapa lagu, kami di persilahkan untuk makan malam, walau sebenarnya, kondisi
saat itu belum azan Maghrib sama sekali, jadi bisa di bilang masih sore.
Selepas
makan hidangan yang di kasi, saya melanjutkan sholat maghrib bareng peserta
muslim lainnya. Setelah itu kembali ke ruang pertemuan untuk melanjutkan acara.
Acara di
lanjutkan, saya cukup menikmati acara ini, saya merasa mereka yang mungkin esok
akan menjadi lawan saya, lebih siap dari persiapan saya, lebih matang dengan
pelatih yang mungkin melatih mereka. Terlebih mereka bukan orang sembarangan.
Mereka pasti orang-orang hebat, apalagi yang dari Jawa, mereka punya ambisi
lebih kuat dari kami yang mungkin di luar Jawa.
Daerah
Jawa memang terkenal begitu hebat kalau bertanding. Belum lagi, semua destinasi
orang cerdas kalau pengen lanjut kuliah pasti Jawa, tujuanya. Sedangkan saya,
hanya murid dari perguruan tinggi di Kalimantan Timur, Universitas Mulawarman.
Saat ini bukan minder, tapi lebih tepatnya saya hanya ingin memetakan
pertempuran, ini cara saya kalau bertanding. Melihat kondisi, itung – itung
kelebihan dan kekurangan dari sikap dan wajah, serta suara, lalu bertindak
untuk bertanding.
Setelah
selesai acara, kemudian sesi kami foto-foto bareng pak Ketua dan juri kita
Aswendo. Lumayan lah, foto - fotonya bisa buat pamer dikit di Sosmed,hahahaha...
Ya kali ini doang.. sekali – sekali tak apalah. :D
Saya Bareng Windi dan Pak Aswendo Atmowiloto
Selepas acara
kami kembali ke hotel. Saya mencoba tidur malam itu dengan tenang, tapi tidak
bisa, setibanya di hotel kak Ronny udah pergi ke alam mimpi duluan, di temani
suara TV yang agak nyaring. Sedangkan saya, kembali membuka laptop. Kembali
mengulang dan mengahapal slide saya sampai 3 kali berturut-turut sembari mengkondisikan
waktu agar pas sesuai peraturan, yakni 8 menit.
Setelah
selesai, saya mencoba menatap kembali slide itu untuk terkahir kalinya sebelum
besok berangkat lomba. Saya dan slide mencoba tukar pikiran, mencoba saling
memahami, mencoba saling berusaha yakin, sayangnya dia bukan wanita, kalo dia
wanita, mungkin udah saya tembak malam itu *Jomblonya keliatan banget -_-*. Tapi
beneran, rada gila sih, tapi percayalah, ini yang saya lakukan. Setelah saya
berdoa dan selesai, baru saya bisa tidur.
Saya
cukup tenang ketika tidur, tapi sebelumnya saya udah mencoba untuk memplanning
hari – hari saya di sini, jam 4 bahkan sebelum jam 4 saya udah pasang alarm HP,
bukan takut telat, tapi sekali lagi saya pengen mencoba sujud di malam seperti
ini. Ketika alarm berbunyi saya bangun, dan tepat pada waktu itu juga ibu saya
dari Samarinda menelpon untuk bangunin saya, ini sih atas permintaan saya juga
untuk bangunin jam segitu, biar kaga telat, makanya selain masang alarm
sendiri, saya juga minta di telpon dari sana.
Subuh
itu masih terdengar begitu tentram, lantai 10 hotel terasa begitu nyenyak bagi
sebagian oang di dalamnya yang mungkin lagi mimpi bertemu keluarga, sukses
bersama pasangan, atau mungkin lagi bertempur sama sasuke di dalam lelap,
padahal dia adalah seorang ant-man, namanya juga mimpi, ya terserah aja lah :D.
Tapi jam segitu saya udah menuju ke dalam toilet untuk bebersih diri dan
mengambil air wudhu. Selepasnya saya sholat Tahajud, memohon kepada Yang Maha
Esa untuk memudahkan saya menyampaikan ide pada hari ini. Saya meminta untuk di
lancarkan saja, tak lebih, kalaupun lebih itu berarti yang Allah pengenin buat
saya. Setelah selesai, saya mencoba mengaji tanpa suara yang begitu nyaring,
saya tak mau menggangu kak Ronny tidur, setelah azan Subuh saya melanjutkan
sholat saya.
Selepasnya
saya mandi pagi, menyiapkan pakaian, dan ketika jam 7 pagi, saya langsung turun
ke restaurant buat sarapan. Menyapa beberapa orang yang hari itu baru saya
kenal, seperti peserta pidato dari Bali mbak Kadek, dan kalau tidak salah
peserta blog dari Sumatera Selatan mbak Iffah. Selesai makan, kami berangkat
dengan Bus ke venue acara, dan...... saatnya di mulai.
Semua
peserta memasuki ruangan masing- masing sesuai kategorinya, mendaftar ulang,
dan ketika di dalam kami mengambil nomor urut undian. Saya mencoba kenalan
dengan beberapa orang yang baru saya temui lagi, pertama dengan seorang dari
Jawa Barat mas Riski Ramadhan namanya, kategori dewasa. Lalu ada mas Erlando
dari Yogyakarta, dan yang terkahir saya kenalan juga sama mbak Eva dari Banten.
Saya mencoba mencari teman disini, setidaknya saya gak pengen ini kompetisi
hanya akan mempertemukan manusia – manusia yang saling bersaing tanpa mau
berteman. :D Meskipun sebenarnya, saya termasuk orang yang susah bergaul, saya
coba kalahkan itu sekarang.
Ketika
mengambil nomer urut, saya kebetulan dapat nomer 5. Oke, faigk lah buat saya
kalau segitu. Dari pengalaman saya selama ini ketika berbicara dengan orang
banyak, nomer tengah-tengah adalah nomer dimana konsentrasi seseorang sudah
panas, dan masih belum terlalu jenuh. Kalaupun dalam kondisi terburuk 4 orang
sebelum saya menampilkan penampilan yang buruk dan membosankan, setidaknya,
sang juri tidak akan hilang fill di nomer saya. Ini yang saya sebut analisis
ringan sebelum perang, saya aman. :-)
Kartu tanda peserta yang akan selalu saya simpan dan jaga. -lebay gak sih ? - hahaha
Aswendo
dan dua orang juri lainnya pagi itu ternyata tidak main- main dengan perlombaan
ini, semua peserta sebelum saya di tanya abis- abisan, dan mereka di minta
pertanggung jawaban atas data yang mereka berikan. Dalam hati, saya hanya
senyum – senyum sendiri, saya memang menunggu yang seperti ini, menunggu orang
yang juriin saya kritis dan bertanya tentang slide yang saya tulis. Kalau
perlu, saya pengen juri dan saya, jadi adu argumentasi biar suasana makin seru,
saya udah siapkan kondisi seperti itu.
Saat
giliran saya, saya membawa laptop teman dari Banten tadi dengan control slide
laser yang kebetulan dia bawa untuk saya pinjem. Hari itu saya gak pakai laptop
saya, karena pertama laptop saya agak error kalau di colokin di LCD, dan yang
kedua saya gak punya alat untuk next slide seperti yang Eva punya. Maklum saya
kaga ada modal buat lomba ini guys. :D
Sembari
mencoba mempererat pertemanan, dan si Eva-nya juga minjemin, ya udah, saya siap
tempur dengan alat pinjeman :D *kok baru sadar ya, kalo saya bener- bener kaga
modal, hahahaha*. Maju ke depan dengan cukup yakin, menampilkan slide, lalu
saya MULAI.
Delapan
menit waktu yang di berikan tidak saya sia-siakan. Selesai tepat pada waktu 7
menit 30 detik, sesuai syarat dasar yang menampilkan slide antara 6 – 8 menit.
Saya bisa katakan, harapan saya untuk menyampaikan dengan benar ide saya, sepertinya
benar-benar di cerna sama orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Juri
juga memerhatikan, kecuali pak Aswendo-nya, dia keliatan dingin sekali, entah
mendengarkan, atau tidak, tapi tatapannya tidak ke arah saya, dan begitu fasih
seperti tidur dalam mata yang terbuka.
Selesai
presentasi, semua juri di perbolehkan berkomnetar, dan pak Aswendo menanyakan
hal yang paling dasar dari presentasi saya. “apa itu kreatifitas menurut mu ?”,
dan dari situ saya tau kalau beliau ternyata gak tidur, tapi mencoba menelaah
suatu informasi dengan cara beliau. :D
Saya
jawab, lalu beliau memperbaiki, begitu pula dengan kedua juri, bertanya bahkan
hanya sempat meng’iya’kan apa yang saya jawab, gak kolot-kolot amat seperti
peserta sebelumnya. Padahal saya pengen pertanyaan sengit, tapi nampaknya slide
saya cukup dengan 3 pertanyaan tadi. Ya sudah, saya menutup dengan senyum penampilan
saya, dan saya kembali ke kursi peserta, berterima kasih kepada Eva karena dia
sudah bantu saya untuk bisa nampilin yang terbaik. Kau teman singkat yang
begitu membantu Va. Respect :-)
Setelah
itu kompetisi di lanjutkan, di potong istirahat sholat dan makan, lalu kembali
sisa peserta yang sedikit, menampilkan yang terbaik.
Jujur
ini bukan kompetisi yang mudah, mereka mungkin punya pengalaman yang lebih
banyak, bahkan ada yang dari universitas – universit hebat nomer 1 di
Indonesia, yakni UGM. Bahkan denger – denger ada yang saat ini berkuliah di dua
universitas unggulan sekaligus. Sedangkan saya, mungkin hanya di untungkan
karena saya terbiasa dengan suasana orang menonton seperti ini. Saya mungkin
menganggap ini tak lebih dari openmic yang saya lakukan setiap Jumat malam di Samarinda.
Bahkan mungkin beban disini tidak cukup besar seperti Stand Up, karena kali ini
saya tidak butuh mereka yang menonton tertawa, tapi cukup paham dengan apa yang
saya katakan, sama seperti waktu presentasi di Samarinda. Dan saya rasa, itu
berhasil.
Semoga
jam 3 nanti, ketika pengumuman berlangsung, saya bisa keluar sebagai juara di
kompetisi ini, aminnn..... :-)
Jam
sudah menunjukkan tiga sore, panitia yang on time langsung memulai acaranya
dengan sambutan sedikit, dan mulai mengumumkan hasil lomba pada hari itu.
“Pengumuman
hasil lomba kategori remaja, juara 3 saudara xxxxxxxx, juara 2 saudara
xxxxxxxx, juara 1 saudara xxxxxxx”, saya langsung terkulai lemas mendengar
pengumuman itu, karena tidak ada sama sekali nama saya disana. Saya mencoba
iklas, setelah di bacakan juara kategori dewasa, saya mulai mencoba tabah,
dalam hati saya berkata “Musti banyak belajar lagi”, dengan sedikit kekecawaan
tentunya.
Tapi
entah, begitu antusias atau memang lagi lelah, ternyata saya salah denger, yang
tadi barusan di baca itu, hasil lomba pidato, sedangkan saya kan lomba
penulisan. Saya baru sadar ini ketika benar- benar mendengarkan pengumuman
berikutnya yang di bacakan oleh panitia. :D Dasar ya...Yang namanya otak lelah
di campur tegang kadang suka gak nyambung dan konek sembarangan.
Saya
mulai menarik nafas lagi, dan mendengarkan secara seksama hasil pengumuman
siang itu. Sang panitia mulai menyebutkan nama pemenang dari juara 3 kategori
remaja, yakni kategori saya. Nama pertama yang di sebut bukan nama saya, saya
diam.... mencoba mencari ambisi yang lain, apakah saya bisa masuk juara ? Lalu
nama juara kedua, lagi – lagi bukan nama saya, saya mulai mati lemas dalam
hati. Secara saya tidak mungkin bisa mencapai juara 1, meski saya cukup yakin,
juara 1 adalah kemungkinan dengan persentase paling minim, apalagi situasi ini.
Situasi ini bukan sekali yang saya alami selama hidup, situasi pengumuman ini
sering saya alami di beberapa lomba stand up dan lomba band dulu, dan yang
situasinya setegang ini juga mirip seperti suasana ketika saya musti menunggu
pengumuman guru kelas, memberi tahu juara kelas. Di situasi yang sama ketika
bagi raport, saya selalu mengiklaskan ketika guru mengumumkan bahwa saya paling
– paling dapat peringkat ke 3 atau ke 2 di kelas, atau bahkan tidak dapat sama
sekali, perasaan yang sakit, perasaan dimana ambisi untuk bisa dapat peringkat
tiba- tiba di musnahkan, saya terbayang wajah orang tua saya seketika.
Ketika
sang panitia mulai menyebutkan nama juara 1, saya merasakan sesuatu yang aneh.
Nama saya di sebut, saya gak bisa ngomong apa – apa selain tertunduk diam dalam
duduk, sambil berkata “alhamdulillah”. Kak Ronny dan Windi yang ada di samping
kanan dan kiri saya langsung bersorak. Saya dengar sekali sorakan itu hanya muncul
dari sisi bangku kami, dari wakil Kalimantan Timur, yang Cuma 3 orang ini, yang
lain melihat ke arah tempat duduk kami, entah heran atau bagaimana. Tapi yang
jelas, saya bisa membuktikan kalau usaha saya selama ini gak sia – sia, saya
bisa buktiin kalau orang Kalimantan Timur kaya saya juga bisa mengalahkan
mereka – mereka yang di takdirkan untuk lahir dan hidup di tempat orang – orang
cerdas berada. :’D sungguh moment yang tidak bisa saya lupakan.
Setelahnya
pengumuman kategori dewasa, sayangnya teman saya dari Kalimantan Timur Windi
tidak masuk dalam 3 besar tersebut, sedikit ada luka dalam bahagia, tapi Windi
wanita kuat yang memahami persaingan, ia terima dan terus mengucapkan selamat
sama saya. :-) Saya percaya, tanpa kehadirannya, cerita ini tak akan indah. :’)
Dari kiri geng, Windi, saya, lalu kak Ronny
Selepasnya
pengumuman juara blog dan acara di akhiri dengan haru, bahagia, kekecewaan, dan
campur aduk rasa di dalamnya. Ruangan itu jadi sebuah tempat pertunjukkan kasta
tapi dalam suasana tetap kekeluargaan. Keluarga yang tercipta secara pelan dan
singkat.
Setelahnya
kami seluruh peserta foto bersama, sedikit mengabadikan moment – moment yang
segera akan berkahir ini. Beberapa orang yang jujur, saya gak kenal, malah
datang mengucapkan selamat sama saya, saya coba balas dengan senyum dan
berterima kasih. J
Orang
yang musti tahu kebahagiaan ini adalah orang tua, saya ingin mereka merasakan
lagi rasa bahagia, sama ketika saya menunjukkan surat panggilan ke Jakarta,
atau saat mereka datang di malam penganugeraah ketika si Samarinda. Sebenarnya
apa yang saya lakukan ini di tentang sama kak Ronny, karena khawatirnya beliau
cukup beralasan. Takutnya, ketika saya beri tahu orang tua saya, bahwa saya
menang, dan ternyata besok ketika pembagian hadiah nama saya gak ada karna cuma
salah panggil. Itu yang di takutkan beliau. Tapi orang tua tetaplah orang tua,
sebodoh apapun kesalahan kita di dunia, saya yakin orang tua tetap akan
menerima dan memaafkan, apalagi cuma keliru seperti yang kak Ronny takutkan,
saya rasa kalaupun itu terajadi, orang tua saya tetap akan memaafkan kebodohan
saya. Saya berjuang disini untuk ini, saya gak mau menunda untuk itu, jadi saya
terobos larangan kak Ronny.. Agak nakal dikit ye.. hehe :D
Saya
tidak bisa melihat wajah mereka, tapi dari suara di telpon, saya cukup merasa
senang, sekali lagi saya bisa membuat mereka bahagia. Semoga yang seperti ni
tetap bisa saya lakukan di waktu yang akan datang nanti. :D
Agenda
hari itu di lanjutkan dengan makan malam bersama sembari city tour mutar –
mutar Jakarta ngeliat apa yang orang daerah seperti kami tidak pernah lihat
sebelumnya.
Mutar –
mutar Jakarta, ngerasain betapa padatnya ibukota Indonesia, mutarin bundara HI,
ngeliat dari jauh kota Tua yang saat itu benar- benar ramai pengunjung, melihat
sepintas monas dari dalam bus, kembali memutar dan menuju tempat makan malam.
Setibanya
kami di tempat makan, kami disambut oleh lagu – lagu instrumental daerah,
suasana restaurant yang cukup asri, apalagi berkumpul kembali dengan orang –
orang yang baru kami kenal seperti ini. Menunaikan sholat maghrib di mushola
restaurant yang cukup kecil sehingga kami semua berdempet – dempetan untuk bisa
menunaikan sholay bersama. Setelah itu kami memulai makan malam.
Sajian
yang cukup bikin penat kami sedikit hilang, selepasnya kami kembali ke hotel
tepat pukul 9 malam. Suatu malam indah yang tidak mungkin akan terlupakan. :D
Masih
cukup awal kalau saya tidur jam segini, badan saya cukup fit, masih cukup kuat
beraktifitas. Selesai sholat isya, saya langsung buka laptop, pake wifi hotel
yang mulai lelet jam segitu, untuk buka beberapa video stand up untuk
ngelengkapi kebahagiaan malam itu.
Setelahnya
saya kembali ke kasur, membaca sedikit buku yang saya bawa, lalu entah kenapa
tiba – tiba saya terlelap begitu saja untuk bangun besok pagi – pagi sekali. Tepatnya
jam 4 untuk segera siap – siap jam 5 kami harus berangkat ke Istana negara
untuk upacara bareng presiden Republik Indonesia ke 7 - Joko Widodo.
Kembali
saya dibangunkan oleh telpon dari ibu saya, kebetulan di Samarinda sudah
menunjukkan pukul 5 pagi, saat dimana keluarga saya biasanya langsung bangun
dan sholat subuh. Saya juga langsung bangun, bebersih diri sedikit, dan sholat
tahajud sembari mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan yang Allah SWT
berikan sama saya saat ini.
Setelahnya
saya langsung mandi, dan bersiap dengan baju putih, celana hitam, dasi merah
dan kopian hitam, siap berangkat upacara 17 Agustus, tanda negara tercinta
telah berumur 70 Tahun. Jam 5.00 selesai subuh saya langsung turun ke bawah
menuju bus yang telah menunggu keberangkatan kami pagi itu. Ketika di bus, saya
dibagikan undangan spesial yang samapi hari ini tetap saya simpan sebagai tanda
kalau saya juga pernah ikutan upacara bareng RI 1. :D
Ini undangan waktu ngehadiri upacara bendera di Istana Negara
Setibanya
di istana, mentari pagi udah cukup menyapa kami dengan tentram. Disana – sini
begitu banyak penjagaan yang ketat, keramaian para tamu undangan, atau sebagian
orang Jakarta yang hanya lewat di depannya, membuat semua makin padat.
Kami
langsung turun dari bus, masuk ke tempat yang penuh penjagaan. Ketika masuk
kami di periksa layaknya teroris, tapi wajar, ini acara kenegaraan, kalau
sampai ada apa – apa, bisa saja reputasi negeri ini yang tercoreng.
Saya
masuk dengan teman – teman yang kebetulan ikut hadir untuk upacara ke istana,
tidak semua peserta, hanya sebagian saja. Baru masuk kami di berikan sebuah tas
berisi cukup banyak cinderamata, lalu foto – foto sedikit sebelum acara di
mulai dengan background istana, lalu duduk karena sudah di usir oleh paspampres
–tulisanya bener gini kaga ya ? - karena mau mensterilkan tempat.
Waktu
itu kami datang sekitar pukul 8, lalu duduk dengan manis di tempat duduk
sekitar pukul 8 : 30, tapi ternyata acara baru mulai jam 10, cukup lama kami
musti membakar kebosanan, tapi semua terbayar ketika acara mulai. Upacara ini
menurut saya beda, namanya baru kali ini ngerasain upacara resmi di istana,
saya ngerasa ini pertama kalinya saya merasa rugi kalau saya tidak menikmati
upacara, dulu waktu di sekolah mungkin upacara adalah kegiatan yang hanya akan
membuat saya berdiri lama, dan menjadi tidak nasionalis. Tapi ini beda, saya
bersyukur karena saya ada di sini. :D
Saya
nikmati upacara dengan teman sebelah saya mas Yusuf dari Jawa Tengah dan mas
Wahyu dari Sulawesi Utara, disitu juga saya mulai akrab dengan orang baru lagi.
Setelah selesai upacara di pukul 12, saya kembali ke bus kami. Menunggu sejenak
di depan pagar komplek istana, dan akhirnya mendatangi bus yang di parkir tepat
di depan gerbang monas.
Depan Gerbang Nunggu Bus Mau Pulang :D
Bareng cowo - cowo berdasi merah, yang.... agak mirip..... Sales mungkin. :D
Dari kiri guys, Alpaqih, Afri, Jamin, Saya, Iffah, Angga, Yusuf, Wahyu
Kemarin
dari jalanan cukup jauh saya liat, sekarang lumayan rada deket, view cukup
mumpuni untuk melihat keajaiban trademark ibukota tersebut. Saya cukup bahagia
meski hanya melihatnya dari jauh, semoga kelak saya bisa jadi orang sukses, dan
kembali bisa melihat dari dekat.
Gimana ? Ganteng kan ? yang pake baju merah muda itu loh !!!!
Dari
Istana kami langsung menuju Thamrin city, ceritanya nyari oleh – oleh gitu. Oke
lah, tapi pas sampai di tempat ini, isinya penuh dengan baju – baju batik, saya
keliling- keliling rada binggung gitu, untungnya saya gak sendiri, tapi di
temenin sama temen saya mas alpaqih dari Bengkulu. Jujur, saya gak hobi nyari
pakaian, tapi karena punya dua adik yang semunaya wanita, dengan sabar saya
mencoba menerka apa yang cocok untuk mereka. Ya, sampai akhirnya 3 jam setelah
puas belanja kami langsung kembali ke bus dan menuju ke tempat terakhir. Yakni
Hotel Grand Cempaka, buat makan malam dengan pak ketua dan seluruh anggota
BKKBN sembari pembagian piagam.
Meski
hari ini cukup lelah, tapi saya merasa cukup tenang dan terobati. Kelelahan
saya hari ini adalah sebuah kebahagiaan yang tidak pernah saya duga sebelumnya.
Kelelahan yang begitu penuh pengalaman. Ketika mulai acara, saya nikmati
seluruhnya, selepas makan malam dan beberapa hiburan, penyerahan bukti pemenang
pun di mulai.
Seluruh
pemenang di panggil satu – satu, saya naik ketika nama saya di panggil.
Menerima penghargaan dari pak ketua. Lalu menyalami beberapa orang penting yang
ada di atas panggung tersebut. Beberapa orang menanyakan saya dari mana, dan dari
universitas apa. Saya bangga bisa menyebutkan nama Samarinda - Kalimantan
Timur, dan menyebutkan Universitas Mulawarman sebagai tempat saya bernaung saat
ini.
Foto bareng pak ketua, jangan lihat nominalnya ya, tapi saya bangga atas usahanya. #CeGitu
Inilah
mereka, teman – teman yang baru kali itu saya temui, teman – teman yang
menyisakan begitu banyak pengalaman dalam hidup saya.
Spesial, saya pengen ketemu lagi sama mas yang satu ini, mas Yusuf Amri, ada sesuatu yang masih pengen saya pelajari dari beliau
Acara di
akhiri tepat pukul 11 malam, lalu kami kembali ke bus dan kembali ke hotel
untuk istirahat. Besok pagi – pagi sekali, jam 6, rombongan Kalimantan Timur
sudah harus check out dan kembali ke bandara untuk menuju ke Samarinda.
Detik –
detik terkahir bertemu dengan kawan – kawan baru disini, sungguh sedikit
membuat saya tak ingin mengakihrinya. Meski singkat, tapi berjuang diantara
mereka yang hebat- hebat, sungguh tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Tapi
saya musti kembali ke Samarinda, kembali mengukir sebuah sejarah untuk hidup
saya sendiri, kembali kepada orang tua saya yang telah menunggu cerita saya selama
disini. Tapi !!!!! saya pergi untuk kembali, saya pengen datang ke kota ini
lagi dengan membawa sebuah keberhasilan yang lebih besar lagi. Saya pengen
datang kesini dan dikenal sebagai orang yang sukses. Mungkin terdengar berat
dan mustahil, tapi ini yang jadi ambisi saya. Saya pengen, kelak bisa kembali
ke hotel tempat saya tinggal beberapa hari di sini, saya pengen kembali ke
hotel di mana kami makan bersama, kembali ke kantor BKKBN, kembali ke Thamrin
city, kembali ke Istana Negara, kembali melihat Monas, kembali melihat kota
tua, kembali ke restaurant tempat saya makan di hari kedua setelah lomba,
kembali bisa mengumpulkan semua kawan – kawan baru saya di sini untuk
menunjukkan kesuksesan masing – masing.
Sekarang
saya punya ambisi yang lebih jelas, ada yang saya targetkan sekarang, ada yang
saya harapkan. Semoga Allah SWT memberikan saya kesempatan untuk bisa sukses
dan kembali. Semoga.
Tapi
dari ini semua, mungkin banyak pelajaran kecil yang bisa saya pribadi ambil dan
mungkin kalian yang membacanya. Bahwa sebuah keberhasilan atau kesuksesan itu
gak akan pernah bisa kita duga – duga datang dari mana. Saya gak kepikiran bisa
sampai sini dan lomba bareng provinsi yang hebat – hebat seperti ini, saya bahkan
tidak pernah kepikiran untuk bisa mendapatkan juara nasional. Saya bahkan tidak
pernah menyangka, bahwa sebuah informasi yang disebarkan oleh sang ketua BEM
FIB si Yusuf ternyata mampu membuat sebuah jalan cerita di hidup saya.
Bayangkan kalau saya menjadi seperti teman – teman atau warga kampus yang lain,
yang tidak menggubris post Yusuf di Facebook, mungkin hari ini saya tidak
pernah punya foto yang cukup membangakan atau bahkan cerita yang asik seperti
yang saya tulis seperti saat ini.
Jadi di
tulisan ini saya pengen terima kasih
Pertama
untuk Allah SWT.
Terus
Yusuf sang ketua BEM FIB ( saat itu )
Orang
tua yang mau terus mendukung. Serta adek – adek saya yang secara gak langsung
mendoakan juga.
BKKBN
Kalimantan Timur yang udah percaya sama saya.
Dua ibu
Juri provinsi yang sudah mempercayakan nilai tinggi ke saya.
Kak
Ronny yang mau ngajarin banyak pelajaran buat saya.
Qintari
dan Fitri yang mau ngajak saya seru – seruan. :D
E.P.V
sang wanita yang baru saya temui di seminar dan terus menjadi motivasi kecil
saya. J
Windi
teman yang mau ngajarin betapa harusnya kita tabah dalam hasil apapun saat
berkompetisi.
Sang
pilot yang mau menyelamatkan perjalanan saya sampai tujuan. – sungguh,
sebenarnya saya takut naik pesawat pak, sungguh.... HAHAHAHA-
Teman –
teman yang saya temui seperti
- - Mas Riski – Peserta paling pertama yang mau ngajak saya ngobrol -
- - Mas Erlando – Orang cerdas yang mau mengakui kehebatan orang lain -
- - Mas Yusuf Amri – Orang yang akhirnya bikin saya berani bergurau disana -
- - Mas Alpaqih – yang nemenin saya keliling – keliling Thamrin city, tanpa dia mungkin saya gak tau mau nawar harga kaya gimana - :D
- - Mas Afri – yang selalu jadi imam setiap sholat berjamaah, raja selfie, tapi suaranya waktu jadi imam ustad abis-
- - Mas Wahyu – lawannya mas Afri kalo selfie, FYI semua foto kayanya ada wajah mereka deh-
- - Mas Jamin – yang katanya bisa bahasa banjar, jadi kaga ngerasa sendiri deh, karena ada juga yang bisa bahasa orang Samarinda – Ikam the best dah wal ayy - :D
- - Mbak Eva - yang mau minjemin laptop dan remote control slide. Tanpa beliau mungkin saya gak akan semaksimal itu nampilin presentasinya -
- - Lalu Mas Risky imam, Mas Yoga, Mas Ansori, Mbak Iffah, Mbak Kadek, Mbak Alin, Mbak Nuruzzakiyyah, Mbak Renatha, dan semua teman – temen yang gak bisa saya sebutin satu – satu namanya.
Yang
jelas, kalian semua sudah memberikan saya pelajaran hidup, pelajaran yang tidak
bisa saya lupakan. Bahwa perjuangan itu tidak ada habisnya, bahwa perjuangan
itu tidak boleh berhenti sampai nyawa kita di cabut.
Saya
juga sudah membuktikan kata – kata Putri Tanjung yakni “Tidak Penting kita
siapa, kita punya hak untuk sukses”, dan saya juga telah melakukan apa yang
Pandji Pragiwaksono katakan dalam lagunya, yakni “Berdiri untuk menerjang ketidakmungkinan”,
sebuah ketidak mungkinan bahwa anak Kal-Tim juga bisa bertarung di tempat orang
– orang hebat.
Cerita
saya ini belum luar biasa sekali, masih banyak orang sukses di luar sana yang
lebih sukses dari apa yang saya tulis hari ini. Tapi ini juga yang akan menjadi
pelajaran bagi saya dan teman – teman yang membaca, bahwa perjuangan harus di
mulai dari sekarang, bukan saatnya menunggu....... menunggu dan menunggu,
bahkan untuk saya saat ini, ini bukan akhir, INI BARU AWAL !!!!!!!
Saya
Pandu Pratama Putra
Selamat
Berjuang !!!!!!
Salam
DuKem – Dunia Kelambu -