Aku beruntung
untuk bisa punya kesempatan mendapatkan kerja yang paling diidam-idamkan banyak
orang. Bahkan jika melihat aku baru saja lulus kuliah beberapa bulan yang lalu.
Proses
pelamaran kerjaku sudah masuk tahap akhir, ketika diawal kemarin cukup berduel
dengan banyak orang untuk merebutkan satu kursi. Agak melelahkan tapi hasilnya
lumayan baik.
Proses
pelamaran kerjaku pada tahap akhir, memintaku untuk membawa segala macam
sertifikat, ijazah serta berbagai dokumen yang dibutuhkan dan akan ditunjukkan
pada pihak yang akan menseleksi berkasku.
Namun,
tahap ini membuatku tersentak dan tersenyum manis. Ceritanya cukup unik dan
bila kuingat-ingat, sungguh pertanda manis.
Aku menyiapkan
berkas yang akan kubawa, sekitar beberapa hari sebelum hari H pelaksanaan yang
mengharuskanku membawa seluruh berkas. Sehingga, pada hari itu, aku
mengumpulkan segala macam berkas itu dan kutumpuk menjadi satu.
Selepas
menumpukkan menjadi satu, aku kebingunggan untuk menaruhnya dalam sebuah map.
Biasanya, aku menyimpan banyak map bekas yang kuyakinin akan digunakan kelak.
Namun, tidak ada map lain selain map warna kuning yang terlihat agak lusuh. Aku
mencoba mencari map lainnya yang lebih baik, namun tidak kutemukan. Jadi,
terpaksa aku memakai map kuning tersebut.
Terburu-buru,
kumasukan segala berkas yang sudah kutumpuk jadi satu tadi, ke dalam map
tersebut. Lantas menutupnya dan langsung menyimpan map beserta berkasnya di
salah satu sudut ruang di kamarku.
Menjelang
sehari sebelum hari H. Aku kembali membuka map tersebut dan mengecek isinya. Memastikan kelengkapan adalah
hal wajib, terlebih ini soal melamar pekerjaan. Sebagai calon pekerja, janga
sampai menampilkan kesan bahwa aku adalah orang yang tidak siap dalam bekerja.
Aku pun
kembali melihat dan mensortirnya satu persatu. Kutarik berkas itu secara cepat
dan kuangkat sembari memangku dan mengecek kembali.
Saat
kurasa sudah cukup dan semua telah rapi, aku kembali memasukan berkas itu ke tiga
sela pada map kuning yang lusuh itu. Tidak ada yang kusadari sesuatu yang aneh
pada map ini, kecuali di bagian atasnya ada tertulis “KRS TERAKHIR” yang
membuatku sadar kalau ini adalah map yang kupakai untuk mengurus KRS di akhir
semester pada perkuliahanku.
Namun,
tetiba aku sadar sesuatu saat nyaris menutup map kuning ini. Kulihat ada
tulisan yang mengintip dari balik sela di lipatan kanan. Sebuah tulisan nama
yang tidak kuasing. Sebuah nama yang ketika kubaca, aku mengeluarkan senyum
manis dan bahagia. Begini lah tulisan namanya di bagian kanan tersebut.
Nama
kekasihku, tertulis manis di sana. Aku lantas langsung ingat, bahwa ini adalah map
yang kubawa saat mengurus KRS terakhir dan saat itu, aku ditemani oleh kekasihku.
Mengurus berkas dan dengan yakin mengatakan padanya bahwa, “Ini adalah KRS
terakhir. Aku janji, semester ini pasti lulus.” Aku pun membuktikan perkataan
itu.
Lantas
aku penasaran sebab saat itu, seingatku dia tidak hanya menulis namanya saja,
tapi ada lagi di selipan atas dan bawah map. Aku pun membuka selipan bawah dan
kutemukan lagi tulisan namaku yang ditulisnya saat itu pakai pulpen miliknya
dan dengan tangannya sendiri.
Ditulisnya
tulisan ini di map kuning, tepat di depan kantor tempat aku dan dia mengurus
KRS perkuliahan kami. Namaku yang ditulisnya dengan tangannya sendiri ini,
tetiba mengingatkanku pada saat ia menuliskannya. Menutupinnya dariku untuk
tidak dilihat, setelah selesai baru ia menunjukkannya. Aku ingat masih ada
tulisan lain di selipan atas. Maka kubuka bagian teratas dan kutemukan.
Aku terasa
lega saat membaca tulisan ini. Membuatku sadar betapa kami sudah sejauh ini
memperjuangkan apa yang kami yakini berdua. Kami memutuskan melangkah bersama,
kami memutuskan memadu senyum dan sedih bersama-sama.
Aku
lantas menutup dokumen itu lagi dan tersenyum dengan bahagia. Siap untuk
melanjutkan proses berikutnya dari lamaran kerjaku yang sudah nyaris berhasil
ini. Tapi, ternyata kejutan belum berakhir.
Kupikirm
aku sudah membuka semua selipan di map kuningku. Ternyata tidak. Ketika pagi hari,
di mana jadwal tesku dilakukan siang hari, kembali aku mengecek berkas untuk
terakhir kalinya. Aku orang yang cukup takut bila sampai ada yang terlewat.
Padahal semalam sudah kuyakinin telah kubawa seluruhnya. Tapi terpaksa kembali
ku tarik kumpulan berkasku dan memangkunya di pagi hari untuk kembali dicek
ulang.
Sebelum
kukembalikan berkas, aku yang sudah tahu bahwa map kuning itu penuh dengan
tulisan dari kekasihku, maka kubuka selipan-selipannya kembali.
Aku
baru sadar sesuatu. Ternyata, ada di bagian selipan atas dari map ku yang belum
ku baca. Bahkan selipan itu yang ditulis dengan pesan penuh kasih dari
kekasihku. Pesan yang sontak membuatku terharu dan membuatku terbakar
semangatnya untuk menyelesaikan seleksi penerimaan kerjaanku untuk bisa
diterima. Beginilah tulisan di selipan atas dari kekasihku.
“To the
man who teaches me the word ‘love’...”
Tulisan
ini benar-benar membuatku terharu, benar-benar membuatku merasa bahwa kami
sudah melwati banyak hal. Tulisan ini ditulis sekitar 7-10 bulan yang lalu. Sedangkan,
bila diingat-ingat. Waktu yang panjang itu, telah banyak hal yang kita lewati.
Banyak hal yang membuat kami tegap berdiri, suka bersama, duka bersama dan
banyak lagi.
Bila
berbicara satu tahun belakangan ini, semua seperti keajaiban datang pada kami.
Atas niat baik kami berdua, Tuhan berikan jalan yang mulus (apa saja itu, ada
waktunya kelak aku menceritakan pada kalian) untuk semua itu. Segala harapan
juga cita-cita bersama seperti dibentangkan luas di depan mata kami. Namun tidak
dengan mudah juga kami melewatinya.
Terjatuh
berkali-kali, berulang-ulang kami bangkit untuk berdiri pada harapan bersama
yang kami pijakkan pada kata yang kekasihku sebut dengan ‘love’. Kami bersama melangkah
dan menuju tujuan yang mungkin tidak semua pasangan di bumi ini miliki dengan
cepat.
Aku bahagia
sekali membaca tulisan di map kuning ini. Membuatku rindu banyak hal, membuatku
bersyukur atas banyak hal juga. Mungkin kekasihku bilang kala aku adalah yang mengajarkannya
tentang kata cinta. Tapi, tanpa kekasihku sadar, aku pun belajar hal itu banyak
darinya.
Aku
tumbuh menua dalam pikiran, menjadi lebih banyak mengerti tentang diri sendiri,
sampai berdamai pada pikiran-pikiran lamaku soal sesuatu yang kusebut
kebahagiaan. Aku belajar banyak darinya.
Kalau
dia kuajari tentang cinta, maka aku belajar darinya tentang banyak hal,
termasuk kehidupan.
Kasih,
kita masih punya banyak pekerjaan rumah. Banyak hal yang masih terus dipelajari.
Terlebih aku. Masih banyak hal yang kurang dari hidupku, termasuk bagaimana aku
bisa membuatmu tersenyum. Aku masih
sering gagal.
Kasih,
teruslah belajar bersama soal semua ini. Soal dunia ini, soal hidup ini. Aku
tidak tahu apakah aku bisa jadi yang terbaik, tapi aku berharap bisa selalu ada
untukmu. Kekuranganku adalah tugasku untuk memperbaiki, temani semua proses
itu. Begitu juga denganmu. Aku merindukanmu kekasih, merindukan banyak hal.
Merindukan sesuatu yang sulit untuk diungkapkan soal kerinduanku.
Kasih,
aku hanya berharap tahun ini lekas tuntas. Aku ingin menata ulang, memperbaiki
yang salah, menumbuhkan lagi soal apa yang pernah kita sepakati bersama, yaitu
soal kepahitan dan bersama-sama.
Niwa.
Im Yours.
0 comments:
Post a Comment