Kebersamaan dengan keluarga adalah satu hal
yang amat dirindukan oleh seluruh orang di muka bumi. Bukan hanya di Indonesia,
hidup tentram bersama dengan keluarga adalah idaman banyak orang di seluruh
dunia.
Kebersamaan tidak hanya tergambar di dalam
rumah. Namun, kebersamaan juga seharusnya digambarkan dalam berbagai
kesempatan, baik di dalam rumah, di luar rumah, di tempat umum, bahkan di
jalanan sekalipun.
Tapi pernahkah kita berpikir, kadang ada
beberapa kebersamaan yang cara pengaplikasiannya jauh dari kata benar. Dimana landasan kebersamaan ini, dijadikan sebagai
suatu alat untuk membuat diri kita terhindar dari rasa nyaman dan aman.
Tentu kita pernah melihat dibeberapa kesempatan, kendaraan bermotor digunakan
sebagai sebuah alat transformasi layaknya sebuah mobil. Ditumpangi oleh lebih dari tiga orang. Bahkan, terkadang
motor secara ajaib bisa langsung mengangkut enam, bahkan lima orang sekaligus
dalam satu kali jalan.
Jika kita pernah menyaksikan kejadian ini
atau bahkan melakukan aktifitas ini, kita semua pasti tahu, bahwa terkadang saat-saat
seperti ini biasa terjadi ketika pagi hari atau jam berangkat sekolah dan juga jam
pulang sekolah. Kebanyakan motor digunakan oleh orang tua untuk mengangkut ketiga
anaknya sekaligus yang semuanya memakai seragam sekolah untuk berangkat bersama.
Motor menjadi transportasi pilihan bukan
karena si ayah tidak ingin menggunakan mobil, tetapi karena orang tua tersebut
memang belum mampu membeli mobil untuk mengangkut
anak-anak mereka berangkat ke sekolah. Satu-satunya kendaraan yang orang tua
tersebut miliki hanyalah sebuah motor, sehingga mau tidak mau pendidikan harus
tetap terus didapatkan oleh anak mereka dan merekapun akhirnya mengabaikan
keselamatan dan membawa seluruh anaknya dalam satu motor demi satu kata yakni “efektivitas”.
Apakah semua ini salah motor? Apakah semua
ini salah orang tua tersebut yang tidak mampu membeli mobil?
Sebenarnya dalam situasi seperti ini, yang
jelas salah adalah tatanan keluarga tersebut.
Pernahakah anda memikirkan mengapa orang tua tersebut tidak mengurangi
jumlah anaknya sejak awal melalui perencanaan
jumlah anggota keluarga? Mengapa ia nekat memiliki keturunan yang banyak,
sedangkan kondisi mereka tidak mendukung?
Keluarga, adalah sebuah anugerah yang
terbesar, namun jika kita benar-benar memikirkan kemampuan kita, mengapa tidak
berusaha mengurangi agar setidaknya kebahagiaan itu tidak menghilang?
Sebenarnya peristiwa orang tua yang memboncengi
anaknya lebih dari dua orang dalam satu motor terjadi karena motor yang orang
tua tersebut miliki terbatas jumlahnya, dan jumlah orang yang ingin menaiki
motor melebihi kapasitas yang ada. Sebenarnya masalah mereka bisa teratasi
dengan cara membeli lagi motor, dan membagi tugas antar anak ke sekolah dengan
istri. Mungkin cara itu bisa diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Namun,
mengapa tidak menggunakan cara yang sederhana dari awal? Yakni, mengurangi dan
mencoba memikirkan dan merencakan jumlah keturunan. Bukankah cara seperti itu
lebih membuat kita tenang dan tentram?
Belum lagi, jika kita masih belum mampu untuk
memiliki transportasi yang layak untuk seluruh keluarga, sudah pasti kelak akan
menjadi masalah ketika keluarga tersebut ingin mencari sebuah hiburan bagi diri
mereka.
Mungkin saat ini kita melihat situasi ini
sering terjadi hanya karena urusan sekolah. Tapi suatu waktu, mungkin saja akan
bisa terjadi dikala keluarga tersebut juga butuh hiburan. Akankah istri, suami,
serta ketiga anak harus menggunakan satu motor dan menuju tempat wisata
bersama? Apakah cukup? Apakah aman? Dan apakah tidak melanggar peraturan?
Akibatnya akan mempengaruhi kebahagiaan yang
dicari, kebahagiaan bersama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Niat untuk bahagia bersama, merasakan
kebersamaan bersama, merasakan liburan bersama, tentu pasti tidak akan pernah
bisa tercapai hanya karena tidak memiliki transportasi yang tidak memadai.
Lalu tidak bisa dipungkiri lagi, motor memang
menjadi alat transportasi yang efektif dan amat digemari, karena motor sudah
menjadi sebuah alat transportasi yang sangat romantis dan mengikatkan rasa
kebersamaan yang baik. Motor yang hanya memiliki satu tempat duduk, dan
membiarkan para penggunanya duduk diatas berderet dan berdekatan bersama, sudah
pasti akan mengikatkan tali kebersamaan yang lebih baik. Keluarga yang baik,
mungkin bisa diukur dari seringnya mereka naik motor bersama. Namun, apakah
dengan jumlah yang melebihi kapasitas dari motor itu sendiri, mampu menimbulkan rasa romantisme yang diharapkan?
Bisa jadi, keinginan untuk mendapatkan
suasana romantis diatas motor, akan gagal hanya karena harus menghitung-hitung
tempat dan berusaha memaksakan kondisi dimana satu motor yang dimiliki tersebut
cukup untuk kelima anggota keluarga. Yang ada, bukan romantisme yang didapat,
tapi malah rasa ketidaknyamanan.
Selayaknya, pengurangan jumlah penduduk
dengan menekan jumlah keturunan, pasti tentu akan berdampak pada pembelian
motor pada saat ini. Perkembangan pembelian motor sudah sangat mengkhawatirkan
saat ini, dimana semakin banyaknya jumlah motor yang terjual setiap harinya,
sudah pasti juga akan mengeluarkan banyak emisi tentu hal ini jelas akan
mencemari udara kita saat ini.
Sudah seharusnya kita paham dengan mengurangi
jumlah keturunan, akan pasti mengurangi pembelian motor di Indonesia pula dan
juga secara tidak langsung mengurangi polusi yang ditimbulkan.
Bayangkan, saat ini satu keluarga memiliki tiga
anak, dan harus membelikan mereka satu motor untuk satu anak demi keperluan
sehari-hari, berapa banyak motor yang akan dimiliki oleh satu keluarga?
Bisa jadi, satu rumah nanti akan memiliki
minimal empat motor. Dan bayangkan setidaknya bila satu gang memiliki 10 rumah,
dan satu rumah memiliki 4 motor, berarti dalam gang tersebut sudah memiliki 40
motor, belum lagi di dalam gang tersebut ada yang memiliki mobil. Bayangkan,
betapa kumuh dan padatnya Indonesia saat itu?
Andaikan kita menekan jumlah keturunan dan
satu keluarga hanya memiliki satu anak. Paling tidak, satu keluarga hanya memiliki
dua motor, yakni untuk ayah dan ibu, serta satu lagi untuk anak dewasa mereka yang
digunakan sebagai transportasi operasional setiap harinya. Setidaknya kita akan
mengurangi jumlah motor, dan pasti juga mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan dari motor tersebut.
Dari pengurangan penduduk saja, tanpa kita
sadari kita sudah mampu membantu melestarikan bumi secara tidak langsung. Dan
juga, dengan mengurangi jumlah keturunan, kita pasti sudah membantu mengurangi
jumlah kecelakaan di Indonesia yang hampir setengah, dari jumlah kasus yang
terjadi di alami oleh pengendara motor. Lalu, dengan berkurangnya jumlah motor
kita juga pasti akan mengurangi jumlah pengguna jalan dan sudah pasti kelak
akan mudah kita menemui jalan yang sepi dan terbebas dari kemacetan.
Betapa banyaknya keuntungan yang bisa kita
dapat dari mengurangi jumlah keturunan, dan dengan seperti itu, masihkan kita
mau seperti saat ini?
Mungkin bagi sebagian orang tua saat ini,
pemahaman ini sudah terlambat dan mungkin sudah tidak dapat mereka gunakan lagi.
Namun, kita sebagai seorang anak muda yang diberikan amanat sebagai agen
perubahan harus mampu merubah ini semua. Setidaknya ketika kelak kita telah
dewasa dan memiliki keluarga, buatlah keluarga itu sejahtera dan bahagia dengan
membatasi jumlah keturunan. Karena dengan
cara seperti itu, kita dapat berperan serta membantu negara menyelesaikan salah satu masalah kependudukan di Indonesia.
Bumi kita sudah terlalu penuh dengan manusia
saat ini, kalau kita tambah lagi dengan memenuhinya menggunakan mobil, motor,
dan kendaraan lainnya, apakah kelak kita masih bisa bertahan?
Karena mengurangi masalah di negara ini bukan
semata–mata tugas pemerintah, tapi ini juga tugas kita semua. Kita memiliki andil
untuk merubah itu semua.
Ingat, dari hal kecil yakni mengurangi jumlah
penduduk dengan menekan jumlah keturunan, paling tidak kita sudah sedikit
berperan membantu mengurangi polusi, dan mengatasi salah satu faktor penyebab
kemacetan. Lalu yang jadi pertanyaa saat ini adalah masihkah anak muda saat ini
masih ingin sama dengan generasi sebelumya? Jawabannya hanya ada dihati anda
para pemuda.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Motivator Muda Kependudukan Tahun 2016
Pandu Pratama Putra