Masalah validator usai , begitupun semua kebutuhan daftar
ini , daftar itu telah berkahir . Bahkan saya udah punya Kartu Tanda Mahasiswa
, Keren bukan ????? Hahaha .
Tapi ada
sesi lagi yang menurut saya agak jadi beban kalo jadi mahasiswa baru , yaitu
masa – masa ospek .
Yah , di
universitas saya ada yang namanya ospek . Walaupun berubah nama jadi PAMB (
Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru ) . Iya , lebih halus memang , dari pada
kesan ospek yang selama ini ada di kepala kita akan perpelonoan .
Tapi tetep
, saya takut akan perpeloncoan . Selain takut , saya adalah orang anti bullying
, apalagi kekerasan *ada alasannya , saya akan post setelah Masa Baru series
selesai* . Jadi ada niatan buat engga ikut PAMB di universitas dan juga
fakuktas .
Tapi banyak
ajakan yang datang , mulai dari BEMnya hingga testimony – testimoni orang –
orang yang masuk disana .
Tapi , karena
ada kebutuhan mendadak , saya akhirnya enggak ikut PAMB di unibersitas . Tapi ,
saya ikut di fakultas .
Waktu PAMB
di Universitas , kata anak – anak mahasiswa baru yang ikut , perkataan itu
benar , enggak ada perpeloncoan . Saat itu saya merasa tenang . Dan akhirnya
ikut di fakultas .
Waktu ikut
PAMB difakultas hari pertama , saya juga binggung , ada rasa takut , dan
mungkin saya bakal marah – marah , kalo saya sampai di bullying apalagi dapat
kekerasan .
Tapi
uniknya , karena saya masuk di fakultas ilmu budaya , PAMBpun berhubungan
dengan budaya .
Dari jam 8
pagi , sampai jam 11 siang . Semua mahasiswa baru , enggak sama sekali di
sentuh apalagi di bullying . Kami hanya di siksa ringan tapi menyenangkan ,
yaitu di suruh duduk dan ngedengerin dekan , serta beberapa pembicara ngomongin
tentang narkoba . Agak garing sih , tapi enggak apa – apa , lebih baik ketibang
di pelonco enggak jelas ala universitas – unniversitas labil lainnya .
Lanjut
setelah sholat dhuhur , PAMB masuk dalam sesi tampil bakat . Ini adalah ajang
enggak jelas , tapi lagi – lagi lebih baik dari pada perpeloncoan . Karena
disini , kita di ajarkan untuk berkarya , meski amatir , dan kebanyakan dari
mereka nampil untuk nyanyi . Sedangkan kelompok saya musikalisai puisi ala Najwa
Shihab di Mata Najwa .
Yah ….
Akhirnya saya sadar , PAMB ini keren sangat ….
Lanjut hari
kedua , PAMB berlangsung . Mulai jam 8 pagi , kami sudah di bagi ke tiga
kelompok besar , sesuai prody yang di ambil . Setelah itu , kami mendengarkan
sedikit tausiah , yang menerangkan sistem pendidikan di fakultas yang saya
masuki ini . Dan pemberi materi adalah bapak kepala prodi sastra Indonesia
kami.
Tapi yang
asik dari PAMB terakhir ini , saya menemukan satu orang ajaib yang menurut saya
ilmunya wajib untuk saya pelajari . Bernama Irwan .
Entah doi
ini berasal dari mana . Tapi , dia bener – bener sastrawan sejati , bahkan
sebelum menginjak bangku kuliah .
Knapa ?
karena dia menceritakan banyak kisah tentang gurunya yang seorang penulis puisi
. Dan dia juga banyak menceritakan puisi – puisi yang sama sekali enggak saya
kenal .
Nama – nama
penulis sastra Indonesia
yang benar – benar asing di telinga saya , dia sebut . Bahkan saking asingnya ,
saya sendiri sampai lupa nama – nama sastrawan itu .
Beberapa
kali dia juga menceritakan sastra Indonesia yang benar – benar
beragam . Bahkan dia sempat bercerita ada cerpen yang pendek . Becerita semacam
“Ada seorang
anggota DPR , di temukan tewas karena tercekik dasinya sendiri” , tamat .
Agak enggak
paham dengan itu , namun saya tau . Kalo di stand up comedi , kata – kata
semacam itu disebut oneliner . Tapi kalo untuk sastra , doi bilang itu cerpen .
Dan emang bener ada maknanya . Kata doi , maknanya dia terbunuh oleh jabatannya
sendiri .
Yah … Unik
memang orang ini . Tapi karena dia saya jadi lebih bersemangat lagi buat kuliah
di sastra Indonesia
ini . Ternyata banyak orang hebat di sekitar saya . Saya pikir saya harus bisa
mencuri ilmu mereka. Mencuri memang tak baik , tapi kalo buat ilmu , itu adalah
hal yang baik .
Lagian …..
Saya sadar . Saat kuliah ini , saya bisa bertemu banyak suku dan budaya .
Bahkan semua bersatu di satu tempat . Dan ini yang selama ini saya pengen
kenali . Yaitu persatuan Indonesia
.
Dari
keputusasaan , saya terbaring di tempat yang hanya jadi opsi kedua dalam hidup
saya . Tapi , karena banyak orang – orang yang baik serta beragam , membuat
saya menjadi lebih ingin berkembang .
Saya yakin
, saya bisa lihat persatuan Indonesia
, dari tempat yang memang tak seluas Indonesia kenyataannya . Tapi saya
bersyukur , saya bisa merasakan feel kemerdekaan di sini . Dan itu , lebih dari
apa yang saya idam – idamkan .
Saya
berharap , saya bisa kembali melempar topi wisuda , bersama mereka – mereka
yang tak dari suku atau budaya yang sama . Dan saya pengen lihat senyum serta
tawa bangga karena lulus , di satu kota
yang sama . Yaitu SAMARINDA !!!!!!!
0 comments:
Post a Comment