Pages

Labels

Tuesday, 16 September 2014

Penyiksaan Berkonsep Ospek

            Ok , saya adalah mahasiswa baru jurusan Sastra Indonesia fakultas Ilmu Budaya di salah satu Universitas Negeri di Samarinda . Di lima post sebelumnya yang saya kasih tajuk “MASA BARU” , saya menceritakan sedikit kisah gokil dan mungkin sembari berbagi apa yang saya alami selama menjalani prosesi menuju mahasiswa baru , yang banyak orang singkat jadi MABA.
            Tapi ada satu hal yang menurut saya mengganjal di hati , berkaitan dengan masalah mahasiswa baru . Terutama dengan yang namanya Ospek .
            Kalo di kampus saya , nama ospek di gantikan dengan PAMB . Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru . Dan saya harus bersyukur , karena adat kekerasan tak di pakai di universitas , ataupun di fakultas saya . Semuanya bebas sentuhan dari para kakak tingkat yang bertugas .
            Tapi saya agak ngeri di salah satu perguruan tinggi lainnya yang ada di Samarinda . Mereka masih saja menggunakan sistem ospek dan terkadang , kita di jadikan selayaknya anggota militer , atau bahkan lebih dari sekedar militer .
            Ok . Kalo emang ada yang pro dengan ospek kekerasan . Tetaplah baca ini , dan jangan sensi dulu . Ini hanyalah pemikiran saya , salah atau tidak , kembali kepada anda .

            Menurut saya , Ospek / PAMB / MOS ( Jika di SMA ) seharusnya lepas dari yang namanya kekerasan , atau penghinaan yang bahasa kerenya Bullying .
            Karena apa ?
            Karena sebenarnya , Ospek itu adalah pengenalan mahasiswa / siswa baru terhadap tempat yang akan dia masukki untuk menimba ilmu . Untuk menimba ilmu loh ya . ILMU !!!!!! saya ulangi .
            Terus adakah ilmu di balik kekerasan atau bullying itu ?
            Pikir lagi !
            Menurut saya , ospek berbalut kekerasan , hanya mengajarkan kita untuk bertindak berani , dan malah menyisakan dendam yang cukup dalam . Ok , Saya pernah denger ada salah satu temen saya yang di ospek kekerasan bilang “Ospek kami itu , mengajarkan kami untuk menjadi lebih jantan .” , hello !!!!! Emang selama ini dirimu bukan laki – laki jantan ? banci ? atau semacamnya ?
           
            Itu hanya kedok dari mereka yang tak berani melawan . Kekerasan itu sama sekali tidak di benarkan dimanapun , apalagi di tempat pendidikan . Gini loh ya ! kalo ospek itu berfungsi untuk mengenalkan kita terhadap situasi tempat yang ingin kita masuki untuk menimba ilmu , terus apa kesan kalian terhadap sekolah atau perguruan tinggi yang ospeknya pakai kekerasan ?
            Pasti lah sangat jelas , bahwa kesan yang di tangkap , universitas itu penuh kekerasan , dan penuh dengan ketidak iklasan . Apa kita mau belajar di tempat yang penuh dengan kekerasan ?
            Saya pikir tidak .

            Kalo masa orientasinya aja udah pakai kekerasan , gimana entar di masa perkuliahannya ?
            Saya pikir inilah bibit – bibit demokrasi perusak moral di negeri ini . Mahasiswa – mahasiswa pendemonstrasi tak kreatif yang selalu membabi buta dan merusak sekitar . Apakah kita yang sudah dewasa ini terus – terusan ingin membudidayakan sebuah kekerasan di bidang pendidikan ?
            Bukankan kita sudah dewasa untuk menyikapi sesuatu dengan matang , dan lebih baik lagi ?
            Jangan jadikan ajang ospek itu untuk mendidik dan melestarikan kekerasan . Karena sebenernya , para pahlawan tak ingin Negara ini kembali berkoar – koar dengan suara kekerasan .
           
            Kalo saya tanya , apa tujuan para pahlawan berjuang memerdekakan Indonesia ?
            Pastilah tujuan mereka satu , yaitu tak ingin anak dan cucu mereka , merasakan penyiksaan dan kekerasan yang mereka alami selama berjuang . MEREKA INGIN ANAK CUCU MEREKA MERASAKAN DAMAI .
            Terus ! Kenapa cucu mereka sekarang malah merusak sendiri apa yang di cita – citakan para pahlawan selama ini ?
            Seharusnya ospek itu di jadikan ajang memperkenalkan universitas itu , mengenalkan betapa indahnya kalo kita masuk dan belajar disana . Memperlihatkan betapa keren dan bagusnya studi yang kita ambil . Bukan malah menumbuhkan kesan buruk .
            Ayolah , kita harus sadar dan mulai merubah mindset kita . Jangan terus – terusan dendam dan ingin meng-ospek mahasiswa baru lainnya .
            Mungkin itu yang di tumbuhkan di Universitas saya saat ini , entah apakah universitas kalian seperti saya . Semoga iya , dan kalo belum , mari kita lakukan perubahan , agar nanti sama seperti universitas saya saat ini .
            Dari tangan kita , cita – cita bangsa Indonesia bisa tercapai .


1 comments:

  1. Klo katanya senior saya dulu hidup itu keras. Bakal lebih keras dari masa pas masih SD-SMA. Selepas kuliah mencari pekerjaan pun juga keras. Sebagian besar yg kuliah di daerah merantau di kota besar yang kehidupannya lebih keras. Karena itu harus terbiasa hidup keras. Salah satu pembiasaannya pas ospek itu, katanya senior saya lho.

    Ospek berlalu, masih ada makrab fakultas/jurusan/prodi yang tentunya... ah...

    ReplyDelete