Ok , saya adalah mahasiswa baru
jurusan Sastra Indonesia
fakultas Ilmu Budaya di salah satu Universitas Negeri di Samarinda . Di lima post sebelumnya yang
saya kasih tajuk “MASA BARU” , saya menceritakan sedikit kisah gokil dan
mungkin sembari berbagi apa yang saya alami selama menjalani prosesi menuju
mahasiswa baru , yang banyak orang singkat jadi MABA.
Tapi ada satu hal yang menurut saya
mengganjal di hati , berkaitan dengan masalah mahasiswa baru . Terutama dengan
yang namanya Ospek .
Kalo di kampus saya , nama ospek di
gantikan dengan PAMB . Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru . Dan saya harus
bersyukur , karena adat kekerasan tak di pakai di universitas , ataupun di
fakultas saya . Semuanya bebas sentuhan dari para kakak tingkat yang bertugas .
Tapi saya agak ngeri di salah satu
perguruan tinggi lainnya yang ada di Samarinda . Mereka masih saja menggunakan
sistem ospek dan terkadang , kita di jadikan selayaknya anggota militer , atau
bahkan lebih dari sekedar militer .
Ok . Kalo emang ada yang pro dengan
ospek kekerasan . Tetaplah baca ini , dan jangan sensi dulu . Ini hanyalah
pemikiran saya , salah atau tidak , kembali kepada anda .
Menurut saya , Ospek / PAMB / MOS (
Jika di SMA ) seharusnya lepas dari yang namanya kekerasan , atau penghinaan
yang bahasa kerenya Bullying .
Karena apa ?
Karena sebenarnya , Ospek itu adalah
pengenalan mahasiswa / siswa baru terhadap tempat yang akan dia masukki untuk
menimba ilmu . Untuk menimba ilmu loh ya . ILMU !!!!!! saya ulangi .
Terus adakah ilmu di balik kekerasan
atau bullying itu ?
Pikir lagi !
Menurut saya , ospek berbalut
kekerasan , hanya mengajarkan kita untuk bertindak berani , dan malah
menyisakan dendam yang cukup dalam . Ok , Saya pernah denger ada salah satu
temen saya yang di ospek kekerasan bilang “Ospek kami itu , mengajarkan kami
untuk menjadi lebih jantan .” , hello !!!!! Emang selama ini dirimu bukan laki –
laki jantan ? banci ? atau semacamnya ?
Itu hanya kedok dari mereka yang tak
berani melawan . Kekerasan itu sama sekali tidak di benarkan dimanapun ,
apalagi di tempat pendidikan . Gini loh ya ! kalo ospek itu berfungsi untuk
mengenalkan kita terhadap situasi tempat yang ingin kita masuki untuk menimba
ilmu , terus apa kesan kalian terhadap sekolah atau perguruan tinggi yang
ospeknya pakai kekerasan ?
Pasti lah sangat jelas , bahwa kesan
yang di tangkap , universitas itu penuh kekerasan , dan penuh dengan ketidak
iklasan . Apa kita mau belajar di tempat yang penuh dengan kekerasan ?
Saya pikir tidak .
Kalo masa orientasinya aja udah
pakai kekerasan , gimana entar di masa perkuliahannya ?
Saya pikir inilah bibit – bibit demokrasi
perusak moral di negeri ini . Mahasiswa – mahasiswa pendemonstrasi tak kreatif
yang selalu membabi buta dan merusak sekitar . Apakah kita yang sudah dewasa
ini terus – terusan ingin membudidayakan sebuah kekerasan di bidang pendidikan
?
Bukankan kita sudah dewasa untuk
menyikapi sesuatu dengan matang , dan lebih baik lagi ?
Jangan jadikan ajang ospek itu untuk
mendidik dan melestarikan kekerasan . Karena sebenernya , para pahlawan tak
ingin Negara ini kembali berkoar – koar dengan suara kekerasan .
Kalo saya tanya , apa tujuan para
pahlawan berjuang memerdekakan Indonesia
?
Pastilah tujuan mereka satu , yaitu
tak ingin anak dan cucu mereka , merasakan penyiksaan dan kekerasan yang mereka
alami selama berjuang . MEREKA INGIN ANAK CUCU MEREKA MERASAKAN DAMAI .
Terus ! Kenapa cucu mereka sekarang
malah merusak sendiri apa yang di cita – citakan para pahlawan selama ini ?
Seharusnya ospek itu di jadikan
ajang memperkenalkan universitas itu , mengenalkan betapa indahnya kalo kita
masuk dan belajar disana . Memperlihatkan betapa keren dan bagusnya studi yang
kita ambil . Bukan malah menumbuhkan kesan buruk .
Ayolah , kita harus sadar dan mulai
merubah mindset kita . Jangan terus – terusan dendam dan ingin meng-ospek
mahasiswa baru lainnya .
Mungkin itu yang di tumbuhkan di
Universitas saya saat ini , entah apakah universitas kalian seperti saya .
Semoga iya , dan kalo belum , mari kita lakukan perubahan , agar nanti sama
seperti universitas saya saat ini .
Dari tangan kita , cita – cita bangsa
Indonesia
bisa tercapai .
Klo katanya senior saya dulu hidup itu keras. Bakal lebih keras dari masa pas masih SD-SMA. Selepas kuliah mencari pekerjaan pun juga keras. Sebagian besar yg kuliah di daerah merantau di kota besar yang kehidupannya lebih keras. Karena itu harus terbiasa hidup keras. Salah satu pembiasaannya pas ospek itu, katanya senior saya lho.
ReplyDeleteOspek berlalu, masih ada makrab fakultas/jurusan/prodi yang tentunya... ah...